MUSIM PANCAROBA

29 Jun

Akhir-akhir ini sebagian besar wilayah Indonesia mengalami musim pancaroba. Jika siang hari matahari bersinar sangat terik sehingga suasana terasa amat panas, namun tiba-tiba cuaca dapat berubah seketika menjadi hujan dan udara menjadi terasa dingin. Perubahan cuaca yang tiba-tiba inilah yang biasa terjadi pada musim pancaroba. Musim pancaroba adalah masa peralihan dari musim kemarau ke musim hujan pada bulan September atau peralihan musim hujan ke musim kemarau pada bulan April. Perubahan udara dan temperatur sedikit banyak berpengaruh pada tubuh, karena tubuh kita otomatis akan berusaha keras menyesuaikan dengan temperatur sekitar. Saat itu pula imunitas (daya tahan tubuh terhadap penyebab penyakit) kita berkurang, sehingga sering menyebabkan orang sakit di musim pancaroba. Selain itu temperatur yang berubah-ubah adalah salah satu kondisi yang memacu virus dan bakteri untuk lebih cepat berkembang biak. Hal ini disebabkan oleh perubahan kelembaban udara. Jadi tidak heran lebih banyak orang terserang penyakit di musim pancaroba dibanding di musim yang temperaturnya relatif stabil.

Beberapa jenis penyakit yang biasa menyerang pada musim pancaroba adalah:

1.      Gangguan Saluran Napas. Pengaruh perubahan cuaca sangat berpotensi mengganggu saluran pernapasan. Gejala awal gangguan saluran pernapasan yaitu batuk, pilek atau influenza disertai bersin-bersin dan peningkatan suhu tubuh (demam). Demam bukan merupakan penyakit tersendiri, melainkan gejala dari penyakit lain; misalnya influenza dan bronkitis.

2.      Gangguan Pencernaan, salah satu gangguan pencernaan yang biasanya muncul pada musim pancaroba dan awal musim hujan adalah diare. Diare ditandai dengan buang air besar yang sangat encer seperti air, dan berlangsung terus menerus. Penyakit pada anak ini sebenarnya dapat digolongkan penyakit ringan, tetapi jika terjadi secara mendadak dan kurang mendapat perawatan maka diare juga dapat berakibat fatal, terutama apabila diare tersebut terjadi pada anak balita.

Berhubung diare dapat menyebabkan terjadinya kehilangan cairan tubuh yang berlebihan (dehidrasi) dan elektrolit, sehingga tubuh menjadi lemah dan lemas, apalagi kalau diare disertai dengan muntah-muntah.Penderita harus diberi minum sebanyak-banyaknya, serta diberi oralit.

 

 

Tips Sehat di Musim Pancaroba

1.      Konsumsi makanan bergizi. Daya tahan tubuh yang baik, selain dapat diperoleh makanan yang cukup jumlahnya, juga harus memenuhi semua unsur gizi yang dibutuhkan tubuh; yaitu: karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral.

2.      Cukup Istirahat. Kurang istirahat dapat menurunkan daya tahan tubuh kita. Tidur
6-8 jam sehari, memberikan tubuh kita istirahat yang cukup dan membantu pemulihan daya tahan tubuh.

3.      Sempatkan untuk berolahraga. Usahakan berolahraga secara rutin minimal 3 kali
seminggu selama 30 menit. Pilih olahraga yang bersifat aerobik seperti jogging, senam, treadmill, bersepeda, atau sekedar berjalan kaki berkeliling kompleks.

4.      Kelola stress dengan baik. Dewasa ini sangat sulit untuk menghindari stress. Hanya dengan belajar mengelolanya secara tepat, kita dapat terhindar dari dampak negatif stress seperti sulit tidur, nafsu makan berkurang yang pada akhirnya mempengaruhi daya tahan tubuh kita.

5.      Konsumsi Suplemen yang tepat. Sebagian besar dari kita sulit memenuhi kebutuhan gizi harian dengan diet yang seimbang, sehingga suplemen tambahan diperlukan terutama di musim pancaroba. Vitamin C, Zinc, dan Echinacea adalah sebagian dari suplemen yang telah terbukti mampu mendongkrak daya tahan tubuh kita. Pilihlah suplemen yang tepat dan minumlah sesuai kebutuhan kita.

6.      Kurangi minum minuman dingin dan perbanyak minum air putih (suhu normal) minimal 8 gelas sehari. Minuman dingin dapat menurunkan daya tahan tubuh kita terhadap peralihan cuaca.

Lakukan tips di atas secara rutin dan berkelanjutan maka Anda sudah menutup pintu masuk bagi penyakit di musim pancaroba untuk masuk ke dalam tubuh Anda

TUMBUHAN PAKU DI CUBAN RONDO

29 Jun

LAPORAN PENGAMATAN

TUMBUHAN PAKU COBAN RONDO

 Disusun untuk Memenuhi Tugas Tentang Tanaman Paku

Mata Kuliah Taksonomi Tumbuhan Tinggi

Dosen Pembimbing :

Drs. Sulisetijono

Ainun Nikmati Laili, M.Si

Disusun oleh :

Ni’matur Rochmah ( 10620109)

JURUSAN BIOLOGI

 FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

   APRIL 2012

BAB I

PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang

Tumbuhan paku ( Pteridophyta ) dapat digolongkan ke sebagai tumbuhan tingkat rendah karena meskipun tubuhnya sudah jelas memiliki kormus serta memiliki sistem pembuluh tetapi belum menghasilkan biji dan alat perkembangbiaknya yang utama adalah spora. Tumbuhan paku meskipun telah memiliki akar, batang dan daun tetapi untuk yang masih primitive daunnya masih sangat sederhana, belum mempunyai lamina dan masih dinamakan mikrofil ( Sulisetijono,2011).

Tumbuhan ini benar-benar telah berupa kormus, jadi telah jelas adanya akar, batang dan daun.Ada yang hidup sebagai saprofit dan ada pula sebagi epifit.Paku menyukai tempat lembab (higrofit), tumbuhnya mulai dari pantai (paku laut) sampai sekitar kawah-kawah (paku kawah). Bentuk tumbuhan paku bermacam-macam, ada yang berupa pohon (paku pohon, biasanya tidak bercabang), epifit, mengapung di air, hidrofit, tetapi biasanya berupa terna dengan rizoma yang menjalar di tanah atau humus dan ental (bahasa Inggris frond) yang menyangga daun dengan ukuran yang bervariasi (sampai 6 m). Ental yang masih muda selalu menggulung (seperti gagang biola) dan menjadi satu ciri khas tumbuhan paku.Daun pakis hampir selalu daun majemuk. Sering dijumpai tumbuhan paku mendominasi vegetasi suatu tempat sehingga membentuk belukar yang luas dan menekan tumbuhan yang lain(Firman,2009).

Tumbuhan paku memiliki jumlah anggota yang banyak dan tersebar diseluruh dunia tidak terkecuali di Indonesia. Indonesia memiliki berbagai jenis tumbuhan paku yang tersebar  di daerah-daerah di Indonesia, jenis tumbuhan tersebut tergantung pada daerah dan keadaan habitatnya, sehingga untuk mengetahui jenis tumbuhan paku dan ciri-cirinya berdasar tempat hidupnya dilakukan pengamatan tumbuhan paku di salah satu daerah Jawa yaitu Malang tepatnya di air terjun Coban Rondo Pujon kabupaten Malang. Diharapkan setelah pengamatan tumbuhan paku di Coban Rondo mahasiawa mampu mengenal tumbuhan paku dan dapat membedakannya.

1.2   Tujuan

Tujuan yang terdapat dalam laporan pengamatan ini adalah:

Mengetahui ciri-ciri beberapa tumbuhan paku yang ada di kawasan air terjun Coban Rondo Pujon Kabupaten Malang

BAB II

PEMBAHASAN

2.3  Adiantum  sp.

( Ni’matur Rochmah Nim: 10620109)

  1. 1.    Gambar

  1. 2.    Sistematika Takson (Cakmus, 2012):

Kingdom   Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom  Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Divisi   Pteridophyta (paku-pakuan)
Kelas  Pteridopsida
Sub Kelas  Polypoditae
Ordo  Polypodiales
Famili   Adiantaceae
Genus  Adiantum
Spesies  Adiantum sp.

  1. 3.    Lokasi

Pengamatan tumbuhan paku ini dilaksanakan di air terjun Coban Rondo yang terletak di desa Pandesari kecamatan Pujon kabupaten Malang dan menurut administrasi pengelolaan hutan Cobanrondo masuk wilayah KPH ( Kesatuan Pemangkuan Hutan ) Perum Perhutani Malang. Coban Rondo merupakan tempat wisata air terjun yang pertama kali digunakan sebagai objek wisata pada tahun 1980. Air Terjun ini memiliki ketinggian yaitu 84 meter, ketinggian dari permukaan air laut yaitu 1.135 meter. Suhu rata-rata ± 220C dan curah hujan rata-rata mencapai 1721 mm pertahun. Sumber air di air terjun ini berasal dari sumber mata air Cemoro Dudo.

  1. 4.    Deskripsi

Suplir adalah sebutan awam bagi segolongan tumbuhan yang termasuk dalam genusAdiantum, familiAdiantaceae. Sebagai tumbuhan paku-pakuan, suplir tidak menghasilkan bunga dalam daur hidupnya. Perbanyakan generatif suplir dilakukan dengan spora yang terletak pada sisi bawah daun bagian tepi tanaman yang sudah dewasa.

Genus Adiantum memiliki penampilan yang jelas berbeda dari jenis paku-pakuan lain. Daunnya tidak berbentuk memanjang, tetapi cenderung membulat. Sorus merupakan kluster-kluster di sisi bawah daun pada bagian tepi. Spora terlindungi oleh sporangium yang dilindungi oleh indusium. Tangkai entalnya khas, berwarna hitam mengkilap, kadang-kadang bersisik halus ketika dewasa. Sebagaimana paku-pakuan lain, daun tumbuh dari rizoma dalam bentuk melingkar ke dalam (bahasa Jawa mlungker) seperti tangkai biola (disebut circinate vernation) dan perlahan-lahan membuka. Akarnya serabut dan tumbuh dari rizoma.

Adiantum Sp hidup di tanah, hampir  semua paku-pakuan adalah herba atau agak berkayu. Letak akar tumbuhan paku bermacam-macam, pada Adiantum Sp akarnya serabut, tumbuh dari rizoma yang pakalnya rimpang, tegak dan berwarna coklat. Semua batang paku-pakuan kerap berupa rimpang karena umumnya arah tumbuhnya menjalau atau memanjat, bentuk batangnya bulat panjang, permukaan batangya halus, ukuraya berdiameter 1 mm, warna coklat dan percabangan monopodial.

Jenis daun pada Adiantum Sp ini adalah majemuk, tulang daunnya menyirip atau sporofil (daun fertil) yang fungsi utamanya adalah menghasilkan sporangium.Biasanya hampir semua sporofil juga berfungsi sebagai organ untuk fotosintesis.

Adiantum memiliki penampilan yang jelas berbeda dari jenis paku-pakuan lain. daunnya tidak berbentuk memanjang, tetapi cenderung membulat. Sorus merupakan kluster-kluster di sisi bawah daun pada bagian tepi.Spora.terlindungi oleh sporangium yang dilindungi oleh indisium. Tangkai entalnya khas, berwarna hitam mengkilap, kadang-kadang bersisik halus ketika dewasa. Sebagaimana paku-pakuan lain.

Daun paku-pakuan mempunyai bentuk yang khas yang bebeda dengan daun tumbuh-tumbuhan lain sehingga biasa disebut ental.Ental pada Adiantum Sp bergulung melingkar, dimana pinula (anak daun) terdapat sorus dan pinna (menyirip) bergerigi, bentuk bangun memanjang, bentuk ujungnya tumpul dan tepinya bergerigi.

Pada beberapa paku-pakuan Adiantum Sp selain ciri-ciri umum juga mempunyai cirri-ciri khusus, antara lain:

a.   Terdapat vernasi bergelung

b.   Tidak ada dimorfisme

c.   Tidak ada daun tereduksi

d.   Tidak ada daun sarang

e.   Tidak ada ligula

f.    Tidak ada daun daun penumpu (stipula)

Sporangium pada Adiantum Sp terletak dibawah permukaan daun (dipinggir) teratur.Sorus berada dibawah permukaan daun letaknya tersebar atau teratur dimana dalam satu daun terdapat 4-6 sorus.Warna sporangiumnya yang muda berwarna putih dan yang tua berwarna coklat.Indisium yaitu membran penutup yang merupakan perkembangan dari epidermis bawah daun.Pada daun Adiantum Sp bentuk indisiumnya memanjang.

2.4  Asplenium scandicinum

( Ni’matur Rochmah Nim: 10620109)

  1. 1.    Gambar

( Cakmus, 2012)

  1. 2.    Sistematika Takson (Cakmus, 2012):

Kingdom  Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom  Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Divisi  Pteridophyta (paku-pakuan)
Kelas  Pteridopsida
Sub Kelas  Polypoditae
Ordo  Polypodiales
Famili  Aspleniaceae
Genus  Asplenium sp.

 3.  Deskripsi Morfologi

 

Jenis paku ini sering disebut dengan nama paku kenying, dan sekarang masih banyak ditemukan dimana-mana di hutan yang masih lebat. Tumbuhnya bias secara epifit, tetapi juga dapat tumbuh di batu-batuan atau tanah liat yang keras. Tumbuh di dataran tinggi dengan ketinggian mencapai antara 1.000-2.200 m dpl, terutama di tempat-tempat yang terlindung dan agak basah atau lembab.

Family Aspleniaceae memiliki ciri-ciri morfologi Akar rizoma yang pendek, kebanyakan batang merunduk, terdapat tangkai majemuk yang sederhana, tulang daun yang menyebar, tulang daunnya bebas, dari ujung akan menyatu membentuk suatu submarginal tulang daun. Sori memanjang sepanjang tulang daun, dangkal (superficial), indusial yang sama panjang, spora bilateral dengan perispora (Tagawa, 1988).

Daun tunggal tersusun pada batang sangat pendek melingkar membentuk keranjang. Daun yang kecil berukuran panjang 7 – 150 cm, lebar 3 – 30 cm. Ujung meruncing atau membulat, tepi rata dengan permukaan yang berombak dan mengkilat. Daun bagian bawah warnanya lebih pucat dengan garis-garis coklat sepanjang anak tulang daun. Hidup didaerah tropika. Dapat tumbuh dari dataran rendah sampai ketinggian 2.500 m dpl.

Daun  Family ini mempunyai bentuk yang disebut ental. Tangkai entalnya untuk ml membedakan dari tangkai yang lain. Bagian pipih ental sering disebut lamina yang bisa berbentuk tunggal atau terbagi-bagi menjadi beberapa atau banyak anak daun yang menyirip. Tiap anak daun dari daun yang menyirip disebut sirip (pinna) dan poros tempat sirip berada disebut rakis, jika tiap sirip bersirip lagi, seluruh ental disebut bersirip ganda dan setiap anak daun terkecil disebut pinulla. Tepi anak daun yang terbagi oleh tulang daun di sisi yang menuju ental disebut akroskopi, yang menuju pangkal ental disebut basiskopi.

Batang : berupa rimpang karena arah tumbuhnya menjalar atau memanjat, meskipun ada yang tegak. Disamping itu juga mempunyai cabang dengan arah tumbuh tegak atau menggantung. Permukaan batang tidak selalu halus.Ukuran batang sangat bervariasi dari beberapa millimeter sampai beberapa meter, diameter juga bervariasi dari beberapa millimeter sampai sentimeter.

Akar : serabut yang bercabang-cabang secara dikotom, letak akar di sepanjang bagian bawah rimpang yang menjalar pada seluruh permukaan rimpang. Bersifat seperti akar serabut, ujungnya dilindungi kaliptra yang terdiri atas sel – sel yang dapat dibedakan dengan sel – sel akarnya sendiri.

Menurut Abdurrahim (2006) Ciri-ciri dari paku ini, sebagai berikut: berlimpang pendek, ujung tunasnya bersisik, berwarna coklat dan sisik tersebut dapat mencapai panjang 1 cm. jumlah entalnya dalam tiap pohon cukup banyak. Ental-ental tersebut menyirip dan tumbuhnya tegak, panjang tiap ental mencapai 100 cm lebih dan tiap ental terdiri atas anak-anak daun yang letaknya berpasangan. Anak daunnya tidak bertangkai, bercuping dangkal dan tipenya bergigi. Pangkal anak daunnya besar sebelah, sedangkan ujungnya lancip di permukaan atas daunnya berwarna hijau gelap, mengkilap.

BAB III

PENUTUP

1.1          Kesimpulan

Setelah melakukan pengamatan dan didukung literatur dapat disimpulkan bahwa beberapa tumbuhan paku yang hidup di Coban Rondo memiliki ciri- ciri yang  khusus sesuai khateristik dari paku tersebut.

Marsilea crenata berciri-ciri yaitu paku air, herba dan berdaun belah empat, sorus berupa sporokarp.Asplenium adiantum-ningrumberciri-ciri paku darat atau epifit, daun majemuk, spora berada di bawah permukaan daun.Belvia spicata berciri-ciri epifit pohon, daun memanjang kecil, spora di bawah permukaan daun dan Equisetum scirpoidesmemiliki ciri-ciri batang tak berdaun hanya berupa mikrofil, spora terletak di ujung batang sebagai strobilus.

Davallia solida memiliki ciri-ciri memiliki rimpang, entalnya berjumbai, sedangkan batang Pteris sp. berbentuk bulat beralur secara longitudinal, beruas-ruas panjang dan kaku, permukaan pada batangnya halus. Warna daun pada Pteris sp. adalah hijau tua, peruratan (vernasi) menyirip, ujung-ujungnya bergabung dengan urat lain.

Adiantum hispidulum memiliki ciri-ciri habitus perdu, akar berupa rimpang pendek mengelompok  berwarna gelapdaun berbentuk bulat panjang yang sempit,seperti berlian, atau berbentuk kipas. peruratanya jelas dan teksturnya kasar. 20 sori yang berada dibawah permukaan bawah daun sebalah pinggir. Sori berwana coklat tua.Nephrolepis falcata (Cav.) C.Chr hidup epifit, sori berbentuk bulat, daun enthal panjang meruncing.

Asplenium nidus merupakan tumbuhan herba, terestrial, paku epifit pada pohon tinggi, Sorus terletak di permukaan bawah daun sedang Cyathea cooperi pohon,  Daun berupa  roset batang, menyirip ganda (Bepinnate),  daun yang masih muda tegak atau serong.

Asplenium scandicinum batang  berupa rimpang,akar serabut bercabang dikotom, entalnya tersusun pada batang sangat pendek melingkar membentuk keranjang sedangkan akar, batang, dan daun, secara anatomi sudah memiliki berkas  pembuluh angkut, yaitu xilem yang berfungsi mengangkut air dan garam mineral dari akar menuju daun untuk proses fotosintesis, dan floem yang berfungsi mengedarkan hasil fotosintesis ke seluruh bagian tubuh tumbuhan.

1.2          Saran

Saran yang terdapat dalam adalah:

  1. 1.    Untuk mengetahui manfaat dari tumbuhan paku tersebut perlu penelitian yang harus di lakukan terlebih dahulu.
  2. 2.    Membekali diri dengan pengetahuan dasar sebebelum terjun ke penagamata

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahim, Dudun. 2006. Tugas Tanaman dan Sistem Ruang Terbuka Hijau: Paku-pakuan. Bandung: IPB.

Alvyanto. 2009 (http://alvyanto.blogspot.com davallia_) diakses tanggal 01 April 2012.

Aththorick , Alief. 2007. Kekayaan Jenis Makroepifit di Hutan Telaga Taman Nasional Gunung leuser (tngl) Kabupaten Langkat. Jurnal Biologi Sumatera. Vol. 2, No. 1.

Braggins, John E.2004. Tree Ferns.America. Timber Press

Cakmus, 2008.Dunia Tumbuhan .(http:// www.plantamor.com)

Cakmus, 2012.Dunia Tumbuhan .(http:// www.plantamor.com)

Campbell, 2003. Biologi. UGM:Bandung

Frohne, Dietrich, janji, Hans Juergen (2004), tanaman beracun, Stuttgart: Wissenschaftliche Verlagsgesellschaft

Hertwig (1938), Kesehatan Melalui Herbal, Berlin: Koch

Hoshizaki,Barbara joe.2009. Fern Grower’s.Amsterdam

ITB.2012. Taksonomi Tumbuhan.(http:// www.sithitb.com)

Iwatsuki, dkk. 1985. Flora Of Thailand volume three part two. Bangkok : TEM STIMINAND

Johns. 2005.Asplenium section Thamnopteris (Aspleniaceae) – new information leading to a better taxonomy of the section. Japan:Symposium Abstract

Large.M.F.1993.A Morphological Assessment of Adiantum hispidulum Swartzand A. pubescens Schkuhr (Adiantaceae: Filicales) in New Zealand. New Zealand Journal of Botany.Vol. 31: 403^17.

Latifah, Eva.2004.Biologi 2. Bandung: Remaja Ros Dakarya.

Muspiroh, Noviyanti, dkk.2010.Buku Panduan Praktikum Taksonomi Tumbuhan 1.Cirebon: Pusat Laboratorium IAIN Syakh Nurjati.

Lubis, Siti Rahma. 2009. Keanegaraman dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku di    Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara. Tesis: Provinsi Utara.

Marlena, Beni.2004. Ringkasan Penetapan Parameter Standar Umum Ekstrak Etanol 96% Daum Semanggi (  Marsilea Crenata Preshl.).Surabaya: Unair University

Mclean, D.C, dkk. 1952. Teks Books Of Practial Botany. Edinburgh:                                              Darien press

Murakami. 2008. Recognition of biological species in Asplenium nidus complex using molecular data and crossing experiments.Jakarta:  Malesiana

Mustofa, Imam.  2009. Petunjuk praktikum Botani Phanerogamae. Bandung: FPMIPA UPI

Piggot, A.G.1988. Botany an Introduction Science. Library of                                              Congress. USA.

Prawiro, Hartono. 2007. Sains Biologi. Jakarta: Bumi Aksara.

Purwanti, Maya. 2011.Masilea crenata. Malang: UMM University

Rätsch, Christian (1998), Ensiklopedi Tanaman psikoaktif, Aarau: AT Verlag

Rätsch, Christian (2003), Schamanenpflanze Tabak II, Solothurn: Nightshade penerbit

Sastrapradja, S., J. J. Afriastini, D. Darnaedi dan Elizabeth. 1980. Jenis Paku  Indonesia. Lembaga Biologi Nasional, Bogor. hlm. 7

Schimpfky, Richard (1893), TanamanObat dalam gambar dan kata kami, Gera-Untermhaus: Kohler

Small, james. 1954. Quantitative Evolution X1X The Numerical                                           Composition of Copelands Filicales: vol.17, hal 362

Smitinand, Tem. 1989. Flora of Thailand. Bangkok. Vol.3 no.4 hal. 519-                              522

Sudarsono, dkk. 2005. Taksonomi Tumbuhan Tinggi. Malang: Universitas Negeri Malang.

Sulisetiono, Widi.(2009).Analisis mikroskopis dan vitamin semanggi air (Marsilea crenata presl.) (marsileaceae). Bogor: IPB

Steenis, Van. 2006. Flora Untuk Sekolah Indonesia. Jakarta: PT Pradnya Paramitha

Sulisetjono.2009. Taksonomi Tumbuhan Tinggi.Malang : UM

Sulisetjono. 2011. Bahan Kuliah Taksonomi Tumbuhan Tinggi. Malang:Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Malang

Tagawa,M. 1988. Flora of  Thailand. Bangkok: Auspices of  Danida at The

Chutima press.

Tjitrosoepomo. 1989. Taksonomi Tumbuhan : Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta, Pteridophyta. Jakarta: UGM Press.

Tjitrosoepomo,Gembong. 2009.Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta :                                  UGM.

Widhiastuti, retno. Dkk. 2006. Struktur dan komposisi tumbuhan paku-                     pakuan di kawasan gunung sinabung kabupaten karo. Vol. 13 no. 8

Http://neta.wordpress.com/2009/12/13/asplenium-nidus-l

Http://www.sci.muni.cz/bot_zahr/fotografie/skleniky/kapradiny/Asplenium

Http://www.taxateca.com/ordencyatheales.html

NOTE  : Maaf  pak  tugas yang saya upload hanya bagian saya saja….^_^

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN

28 Jun

 

 

 

 

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN

TAKSONOMI TUMBUHAN TINGGI

DI KEBUN RAYA PURWODADI

 

 

Disusun oleh :

Kelompok  IV

1. Uswatun Hasanah                       (10620081)

2. Elik Sutriani                                  (10620084)

3. Nur Mudawamah                         (10620101)

4. Hafid Khoirul Anwar                     (10620091)

5. Ni’matur Rohmah                        (10620109)

6. Luluk Lugiati Sholikhah                (10620093)

7. Novi Endah Rarangsari               (10620110)

8. Intan Rafika Permata Hati           (10620102)

 

 

Asisten Pembimbing    : Khusnul

 

 

 

 

 JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2012

PENGESAHAN

 

Laporan Kuliah Kerja Lapangan dengan praktikan :

 Kelompok  IV

1. Uswatun Hasanah                       (10620081)

2. Elik Sutriani                                  (10620084)

3. Nur Mudawamah                         (10620101)

4. Hafid Khoirul Anwar                     (10620091)

5. Luluk Lugiati Sholikhah                (10620093)

6. Novi Endah Rarangsari               (10620110)

7. Ni’matur Rohmah                        (10620109)

8. Intan Rafika Permata Hati           (10620102)

 

 

 

telah disahkan sebagai salah satu tugas Praktikum Mata Kuliah Taksonomi Tumbuhan pada Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

                                                                                                Malang, 13 April 2012

Koordinator Kuliah Kerja Lapangan                                        Asisten Pembimbing

 

 

 

 

 

                                                                                                NIM.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

KATA PENGANTAR

 

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Syukur alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan praktikum Taksonomi Tumbuhan Tinggi ini dengan baik dan lancar.

Laporan ini disusun dengan mendapatkan arahan-arahan ataupun penjelasan dari pembimbing. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Bapak Drs, SulisetIjono, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Taksonomi Tumbuhan Tinggi
  2. Ibu Ainun Nikmati Laily, M.Si selaku dosen pengampu sekaligus pembimbing praktikum Taksonomi Tumbuhan Tinggi
  3. Kakak-kakak asisten
  4. Rekan-rekan semua yang telah memberi dorongan semangat kepada kami
  5. Pihak-pihak lain yang tidak mungkin kami sebutkan satu-persatu yang juga telah ikut membantu kami atas arahan dan bimbingan yang bermanfaat hingga terwujudnya laporan ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangannya serta masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan kesempurnaan dalam penulisan laporan yang akan datang. Dan semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amin-min Ya Robbal’alamin.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

 

Malang, 13 April 2012

Kelompok IV

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………………………… i

HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………………………………… ii

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………….. iii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………………… v

 

BAB  I. PENDAHULUAN……………………………………………………………………………. 1

1.1  Latar Belakang…………………………………………………………………………… 1

1.2  Tujuan………………………………………………………………………………………. 1

1.3  Manfaat…………………………………………………………………………………….. 1

 

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………………………….. 2

2.1  Sruktur Vegetasi Hutan Tropika Basah…………………………………………. 2

2.2 Iklim Daerah Tropik……………………………………………………………………. 3

2.3 Kebun Raya dan Pelestarian Plasma Nutfah…………………………………. 8

 

BAB III. METODE PENELITIAN………………………………………………………………… 26

3.1  Waktu dan Tempat Penelitian…………………………………………………….. 26

3.2  Alat dan Bahan ………………………………………………………………………… 26

3.3  Langkah  Kerja…………………………………………………………………………. 26

 

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………………………………….. 28

4.1   Kebun Raya Purwodadi…………………………………………………………… 28

4.2  Hasil………………………………………………………………………………………. 29

 

BAB V . KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………………………… 47

  1. Kesimpulan……………………………………………………………………………… 47

 

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………. 48

LAMPIRAN……………………………………………………………………………………………… 49

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita menemukan berbagai macam pepohonan yang secara sengaja atau tidak sengaja kita lihat. Pepohonan tersebut adalah sesuatu yang tidak asing bagi kita. Walau pun demikian namun terkadang ada kalanya kita tidak mengetahui nama-nama dari pepohonan tersebut baik secara nama local atau nama ilmiahnya. Hal ini mungkin karena kita masih kurang peduli dengan hal tersebut.

Pepohonan tersebut tidak bukan hanya kita temukan di sekitar kita tidak jarang di antara kita sudah sering menggunakannya. namun karena kita tidak mengetahui nama atau sesuatu yang berkaitan dengan pohon tersebut, kita tidak mampu menggunakannya secara maksimal atau terkadang kita tidak pernah menggunakannya karena kita menganggap bahwa pohon tersebut tidak ada manfaatnya.

Oleh karena itu, di Kebun Raya Purwodadi  kita belajar tentang pohon-pohon yang termasuk Gymnospermae, tidak hanya unutk mengenal spesies-spesies dari berbagai family, mengetahui nama local atau pun nama ilmiahnya serta sistematika, morfologi dan manfaatnya. Kunjungan ini tidak terbatas pada pengidentifikasian pohon-pohon yang termasuk gymnospermae saja. Tetapi juga kita akan belajar tentang tata cara mengherbarium tanaman dengan benar.

 

1.2   Tujuan

  1. Mengetahui tata cara pembuatan, penyimpanan, dan pendataan koleksi herbarium di Kebun Raya.
  2. Mengetahui keanekaragaman tumbuhan tingkat tinggi di Kebun Raya dan mengadakan pengamatan terhadap spesies untuk mengetahui ciri khusus/karakteristik dari masing-masing spesies.

1.3   Manfaat

Manfaat dilaksanakan kuliah kerja lapangan ini untuk mengetahui macam-macam dari tumbuhan berbiji yang ada di kebun raya purwodadi, serta dapat mengklasifikasikan dari beberapa famili dengan berbagai macam spesies.

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

2.1  Sruktur Vegetasi Hutan Tropika Basah

Hutan basah terdapat di daerah tropika meliputi semenanjung Amerika Tengah, Amerika Selatan, Afrika, Madagaskar, Australia Bagian Utara, Indonesia dan Malaysia. Di hutan ini terdapat beraneka jenis tumbuhan yang dapat hidup karena mendapat sinar matahari dan curah hujan yang cukup.

 

 

 

Ciri-ciri bioma hutan basah antara lain :

  1. Curah hujan sangat tinggi, lebih dari 2.000 mm/tahun
  2. Pohon-pohon utama memiliki ketinggian antara 20 – 40 m.
  3. Cabang pohon berdaun lebat dan lebar serta selalu hijau sepanjang tahun
  4. Mendapat sinar matahari yang cukup, tetapi sinar matahari tersebut tidak mampu menembus dasar hutan.
  5. Mempunyai iklim mikro di lingkungan sekitar permukaan tanah/di bawah kanopi (daun pada pohon-pohon besar yang membentuk tudung)
  1. Di daerah tropis umumnya temperaturnya tinggi dan ketersediaan air merupakan faktor yang sangat penting. Berdasarkan dua faktor tersebut dilahirkan berbagai zonasi atau pengelompokan vegetasi dengan cara-cara yang berbeda.

Klasifikasi berdasarkan kedua hal tersebut dilakukan antara lain oleh :
– de Martone (1926)

– Koeppen (1936)
– Koeppen dan Trewartha (1943) dan
– Lauer (1952).

Klasifikasi menurut Koeppen (1936), Koeppen dan Trewartha (1943) merupakan klasifikasi yang paling banyak digunakan. Sistem ini didasarkan pada pengaruh iklim terhadap pertumbuhan vegetasi yang selanjutnya dikelompokkan dalam lima kelompok besar yaitu :
-Iklim   Hutan  Tropis  (A)
-Iklim   Tropis  Kering  (B)
-Iklim   Savana
-Iklim   Stepa
– Iklim Gurun

 

2.2 Iklim Daerah Tropik

Tropika adalah daerah di permukaan bumi, yang secara geografis berada di sekitar ekuator, yaitu yang dibatasi oleh dua garis lintang 23.5 derajat LS dan 23.5 derajat LU: Garis Balik Utara (GBU, Tropic of Cancer) di utara dan Garis Balik Selatan (GBS, Tropic of Capricorn) di selatan. Tropis adalah bentuk ajektivanya.

Area ini terletak di antara 23.5° LU dan 23.5° LS, dan mencakup seluruh bagian Bumi yang dalam setahun mengalami dua kali saat Matahari tepat berada di atas kepala (di utara GBU dan di selatan GBS Matahari tidak pernah mencapai ketinggian 90° atau tepat di atas kepala). Kata tropika berasal dari bahasa Yunani, tropos yang berarti “berputar”, karena posisi Matahari yang berubah antara dua garis balik dalam periode yang disebut tahun.

Tumbuhan dan hewan tropis adalah spesies yang hidup di daerah tropis tersebut. Istilah tropis juga kadangkala digunakan untuk menyebut tempat yang hangat dan lembap sepanjang tahun, walaupun tempat itu tidak terletak di antara dua garis balik. Tumbuhan daerah tropis biasanya berdaun lebar dan hijau abadi (tidak menggugurkan daun), atau jika memiliki perilaku peluruh mereka tidak dipengaruhi oleh suhu atau durasi radiasi Matahari melainkan oleh ketersediaan air di tanah. Wilayah tropis di seluruh dunia dikenal dalam biogeografi sebagai wilayah pantropis (“seluruh tropis”), untuk dipertentangkan dengan wilayah per benua, seperti Amerika tropis, atau Asia tropis.

Tropis dapat didefinisikan sebagai daerah yang terletak di antara garis isoterm 20® C di sebelah bumi utara dan selatan atau daerah yang terdapat di antara 23½° lintang utara dan 23½° lintang selatan. Pada dasarnya wilayah yang termasuk iklim tropis dapat dibedakan menjadi daerah tropis kering yang meliputi padang pasir, stepa, dan savana kering dan daerah tropis lembap yang meliputi hutan tropis, daerah-daerah dengan angin musim dan savana lembap.

Daerah Tropis Kering Meliputi :
1. Padang pasir dan stepa

Daerah-daerah di sekitar garis lintang 15 ° dan 30 ° utara dan selatan merupakan daerah-daerah yang termasuk tropis kering termasuk negara-negara sahara, Timur Tengah, Iran, Pakistan, Nambibia, dan pedalaman Australia. Keadaan lansekap yang berupa padang pasir dan setengah padang pasir menjadikan kondisi di daerah ini kering dan tandus, kurang vegetasi.
2. Daerah savana kering

Daerah ini merupakan daerah peralihan dari tropika lembap ke tropika kering meliputi pegunungan Brasilia, Paraguay, Senegal, Sudan selatan, Zimbabwe, dan Tanzania. Ciri khusus lansekapnya berupa stepa semak belukar dan padang rumput, padang pasir sampai hutan rimba dengan rumput tinggi. Hutan berduri yang rendah dan semak berduri merupakan ekosistem yang ada di daerah ini. Terdapat tiga musim yaitu panas, dingin, dan hujan, dimana kondisi bulan terpanas, sangat panas dan lembap dan kondisi bulan terdingin panas dan kering.
3. Daerah pegunungan

Daerah – daerah dataran tinggi dan pegunungan di atas 1500 m yang terletak di antara garis isoterm meliputi Etiophia, Peru, dan Nepal. Keadaan lansekapnya hijau dalam musim lembap dan coklat sampai merah dalam musim kering. Ciri vegetasi berupa pohon-pohon hijau yang tidak terlalu tinggi dan terdapat berbagai jenis rumput.

Daerah tropis lembap meliputi :

a. Daerah musim dan savana lembap

Termasuk daerah ini adalah wilayah massa daratan yang besar di sekitar garis balik meliputi India, Asia Tenggara, dan Amerika Selatan. Lansekapnya berupa daerah hutan dan belukar yang selalu hijau dengan curah hujan tinggi yang menyebabkan erosi. Terdapat tiga musim yaitu panas-kering, panas-lembap, dan dingin-kering. Langit biru selama musim kering dan awan hujan tebal        selama musim            hujan.
b. Daerah hutan hujan tropis

Daerah hutan hujan tropis berada di sekitar garis khatulistiwa sampai 15° lintang utara dan selatan. Daerah ini meliputi lembap sungai Amazon, Afrika tengah, Malaysia, dan Indonesia. Kondisi lansekap berupa daerah hutan hujan di sekitar pantai dan di daratan rendah khatulistiwa. Daerah ini memiliki vegetasi yang lebat dan bervariasi berupa lumut, ganggang, jamur, semak-belukar yang tak dapat ditembus, pohon-pohon tinggi (hutan, rimba, hutan bakau).

Kondisi tanah sangat lembap, muka air tanah yang tinggi (kadang mencapai permukaan) dan merupakan tanah laterit merah dan coklat. Perbedaan musim sangat kecil di mana bulan terpanas, panas dan lembap sampai basah, sedangkan bulan terdingin panas sedang dan lembap sampai basah.(http://id.shvoong.com).

 

Indonesia mempunyai karakteristik khusus, baik dilihat dari posisi, maupun keberadaanya, sehingga mempunyai karakteristik iklim yang spesifik. Di Indonesia terdapat tiga jenis iklim yang mempengaruhi iklim di Indonesia, yaitu iklim musim (muson), iklim tropica (iklim panas), dan iklim laut.

1.Iklim Musim (Iklim Muson).

 

Iklim jenis ini sangat dipengaruhi oleh angin musiman yang berubah-ubah setiap periode tertentu. Biasanya satu periode perubahan angin muson adalah 6 bulan. Iklim musim terdiri dari 2 jenis, yaitu Angin musim barat daya (Muson Barat) dan Angin musim timur laut (Muson Tumur). Angin muson barat bertiup sekitar bulan Oktober hingga April yang basah sehingga membawa musim hujan/penghujan. Angin muson timur bertiup sekitar bulan April hingga bulan Oktober yang sifatnya kering yang mengakibatkan wilayah Indonesia mengalami musim kering/kemarau.

 

2.  Iklim Tropis/Tropika (Iklim Panas).

Wilayah yang berada di sekitar garis khatulistiwa otomatis akan mengalami iklim tropis yang bersifat panas dan hanya memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Umumnya wilayah Asia tenggara memiliki iklim tropis, sedangkan negara Eropa dan Amerika Utara mengalami iklim subtropis. Iklim tropis bersifat panas sehingga wilayah Indonesia panas yang mengundang banyak curah hujan atau Hujan Naik Tropika.

 

3.  Iklim Laut

Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak wilayah laut mengakibatkan penguapan air laut menjadi udara yang lembab dan curah hujan yang tinggi.

Edvin Aldrian (2003), membagi Indonesia terbagi menjadi 3 (tiga) daerah iklim, yaitu daerah Selatan A, daerah Utara – Barat B dan daerah Moluccan C, sebagai mana dituangkan pada gambar 1.

 

Gambar 1 : Tiga daerah iklim menggunakan metoda korelasi ganda, yang membagi Indonesia menjadi daerah A (garis tegas), daerah monsun selatan; daerah B (titik garis putus-putus), daerah semi-monsun; dan daerah C (garis putus-putus), daerah anti monsun.

 

Wilayah Indonesia terletak di daerah tropis yang dilintasi oleh garis Khatulistiwa, sehingga dalam setahun matahari melintasi ekuator sebanyak dua kali. Matahari tepat berada di ekuator setiap tanggal 23 Maret dan 22 September. Sekitar April-September, matahari berada di utara ekuator dan pada Oktober-Maret matahari berada di selatan. Pergeseran posisi matahari setiap tahunnya menyebabkan sebagian besar wilayah Indonesia mempunyai dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Pada saat matahari berada di utara ekuator, sebagian wilayah Indonesia mengalami musim kemarau, sedangkan saat matahari ada di selatan, sebagaian besar wilayah Indonesia mengalami musim penghujan.

Unsur iklim yang sering dan menarik untuk dikaji di Indonesia adalah curah hujan, karena tidak semua wilayah Indonesia mempunyai pola hujan yang sama. Diantaranya ada yang mempunyai pola munsonal, ekuatorial dan lokal. Pola hujan tersebut dapat diuraikan berdasarkan pola masing-masing. Distribusi hujan bulanan dengan pola monsun adalah adanya satu kali hujan minimum. Hujan minimum terjadi saat monsun timur sedangkan saat monsun barat terjadi hujan yang berlimpah. Monsun timur terjadi pada bulan Juni, Juli dan Agustus yaitu saat matahari berada di garis balik utara. Oleh karena matahari berada di garis balik utara maka udara di atas benua Asia mengalami pemanasan yang intensif sehingga Asia mengalami tekanan rendah. Berkebalikan dengan kondisi tersebut di belahan selatan tidak mengalami pemanasan intensif sehingga udara di atas benua Australia mengalami tekanan tinggi. Akibat perbedaan tekanan di kedua benua tersebut maka angin bertiup dari tekanan tinggi (Australia) ke tekanan rendah (Asia) yaitu udara bergerak di atas laut yang jaraknya pendek sehingga uap air yang dibawanyapun sedikit.

Dapat diamati bahwa hujan maksimum terjadi antara bulan Desember, Januari dan Februari. Pada kondisi ini matahari berada di garis balik selatan sehingga udara di atas Australia mengalami tekanan rendah sedangkan di Asia mengalami tekanan tinggi. Akibat dari hal ini udara bergerak di atas laut dengan jarak yang cukup jauh sehingga arus udara mampu membawa uap air yang banyak (monsun barat atau barat laut). Akibat dari hal ini wilayah yang dilalui oleh munson barat akan mengalami hujan yang tinggi. Atas dasar sebab terjadinya angin munson barat ataupun timur yang mempengaruhi terbentuknya pola hujan munsonal di beberapa wilayah Indonesia dapat dikatakan wilayah yang terkena relatif tetap selama posisi pergeseran semu matahari juga tetap. Namun, perubahan diperkirakan akan terjadi terhadap jumlah, intensitas dan durasi hujannya. Untuk mempelajari hal ini diperlukan data curah hujan dalam seri yang panjang. Kaimuddin (2000) dengan analisa spasial bahwa curah hujan rata-rata tahunan kebanyakan di daerah selatan adalah berkurang atau menurun sedangkan dibagian Utara adalah bertambah.

 

Iklim di Indonesia telah menjadi lebih hangat selama abad 20. Suhu rata-rata tahunan telah meningkat sekiitar 0,3 oC sejak 1900 dengan suhu tahun 1990an merupakan dekade terhangat dalam abad ini dan tahun 1998 merupakan tahun terhangat, hampir 1oC di atas rata-rata tahun 1961-1990. Peningkatan kehangatan ini terjadi dalam semua musim di tahun itu. Curah hujan tahunan telah turun sebesar 2 hingga 3 persen di wilayah Indonesia di abad ini dengan pengurangan tertinggi terjadi selama perioda Desember- Febuari, yang merupakan musim terbasah dalam setahun. Curah hujan di beberapa bagian di Indonesia dipengaruhi kuat oleh kejadian El Nino dan kekeringan umumnya telah terjadi selama kejadian El Nino terakhir dalam tahun 1082/1983, 1986/1987 dan 1997/1998.

 

2.3 Kebun Raya dan Pelestarian Plasma Nutfah

2.3.1 Pengertian Plasma Nutfah

Plasma nutfah adalah substansi yang terdapat dalam setiap makhluk hidup dan merupakan sumber sifat keturunan yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan atau ditarik untuk menciptakan jenis unggul atau kultivar baru. Termasuk dalam kelompok ini adalah semua kultivar unggul masa kini atau masa lampau, kultivar primitif, jenis yang sudah dimanfaatkan tapi belum dibudidayakan, jenis liar kerabat jenis budidaya dan jenis-jenis budidaya.

 

2.3.2 Luas Area Dan Keragaman Plasma Nutfah

Indonesia termasuk wilayah propinsi botani Malaysia yang keseluruhannya meliputi semenanjung Malya, kepulauan Philipina, Indonesia dan Papua Nugini tanpa pulau-pulau Colomon, luasnya  mencapai 3.000.000 km2, meliputi sepertujuh panjang katulistiwa, kebanyakan daerahnya lembab. Secara biologi daerah propinsi ini termasuk kaya karena diduga dihuni oleh  35.000 jenis tumbuhan atau sekitar 10% dari seluruh jenis tumbuhan yang hidup di dunia saat sekarang. Kekayaan di daerah ini dapat dibuktikan dengan membandingkan antara pulau Jawa dan Inggris raya yang luasnya 4 x Pulau Jawa hanya dihui oleh 1.500 tumbuhan.

Di Indonesia tempat tumbuh plasma nutfah nabati sebagian besar merupakan hutan tropik, sehingga kaya akan suku dari tumbuh-tumbuhan yang khas tropik seperti Dipterocarpaceae, Sapotaceae, Ebenaceae, Myristicaceae, Meliaceae, Zingiberaceae, Palmae, Moraceae, Rhizopphoraceae, Padananceae dan lain-lain. Di daerah-daerah pegunungan terdapat suku-suku yang mirip suku yang ada pada belahan bumi utara seperti Fagaceae, Rosaceae, Lauraceae, Theaceae dan lain-lain.

Di kawasan Indonesia juga dapat tumbuh dengan subur jenis-jenis tumbuhan, epifit, bambu dan benalu, Rafflesia, cendana, ficus dan lain-lain. Dasar pengetahuan botani atau untuk dapat dikenal secara botani, daerah seluas 100 km2 diperlukan koleksi herbarium sebanyak 100 nomor. Di Propinsi Malaesia sudah terkumpul  1.000.000 nomor koleksi. Ini berarti bahwa untuk dapat dikatakan kekayaan yang ada dapat  dikenal secara sempurna masih diperlukan 2.000.000 nomor koleksi lagi, dan koleksi ini kebanyakan bersifat koleksi botani, maksudnya untuk tanaman-tanaman budidaya dan kultivar-kultivarnya masih belum ditangani.

 

2.3.3 Bentuk Wadah Dan Macam Plasma Nutfah

Wadah plasma nutfah secara alami berupa ekosistem, dari jenis yang liar dapat berupa hutan, savana, semak, padang rumput, semi padang pasir dan sebagainya.

Macam plasma nutfah, selain berupa jenis tumbuhan liar juga varietas primitif, varietas pembawa sumber sifat yang khusus, varietas unggul yang sudah kuno dan varietas unggul masa kini.

1. Jenis liar atas dasar sejarah pembudidayaan dan penggunaan potensinya dapat digolong-kan menjadi tiga kelompok yaitu :

– Jenis-jenis yang mungkin mempunyai nilai ekonomi, tetapi sama sekali belum mem-budidayakan atau dipetik hasilnya.

– Jenis-jenis yang sudah dipetik dan dimanfaatkan hasilnya tetapi belum atau tidak di-budidayakan.

– Jenis-jenis yang tidak dipetik hasilnya, akan tetapi setelah mengalami atau melalui hi-bridisasi baru kemudian dibudidayakan dan dimanfaatkan.

 

2. Varietas primitif

Semua jenis yang dibudidayakan secara langsung atau tidak berasal dari liar. Varietas primitif adalah kultivar yang pembudidayaannya masih sederhana, belum mengalami pemuliaan. Tumbuhannya yang termasuk kelompok ini biasanya di daerah tumbuhnya mempunyai daya daptasi yang lebih baik, lebih tahan terhadap tekanan lingkungan yang bersifat fisik maupun biologi.

Hal ini dimungkinkan karena sudah ada seleksi gen secara alamiah yang tahan terhadap dingin, panas, hama ataupun penyakit di daerah tumbuh.

3. Varietas sumber sifat yang khusus

Kultivar yang mempunyai kelebihan dalam sifat-sifat tertentu, misalnya kepekaannya terhadap pemupukan. Sinar ketahanan terhadap hama atau penyakit tertentu atau sifat khusus yang lain seperti produksi.

4. Varietas unggul

Karena kemajuan di bidang pemuliaan, varietas unggul dapat diciptakan dengan merakit sifat-sifat yang baik dari beberapa sumber plasma nutfah.

Semakin besar sifat keanekaragaman yang dimilikinya, akan semakin bebas pemulia untuk merakit sifat-sifat yang  baik. Dengan silih bergantinya zaman, varietas unggul tidak dapat langgeng bertahan dipakai oleh petani. Memang pada saat tertentu atau pada kondisi yang memadai varietas unggul mampu mengatasi atau melebihi hasil varietas lain, akan tetapi pada kondisi yang lain untuk lingkungan yang kurang menguntungkan misalnya munculnya kembali penyakit atau hama di daerah penanamannya dapat memukul parah bahkan mengakibatkan fatal.

Hal ini dapat disadari sebagai akibat kehogenan sifat gennya yang tinggi, varietas unggul peka terhadap lingkungan yang kurang menguntungkan. Dengan pergantian varietas unggul-unggul dari masa ke masa, maka dikenal varietas unggul masa kini dan varietas unggul masa lampau atau yang sudah kuno.

 

2.3.4 Permasalahan Kelestarian Plasma Nutfah Nabati

Sebagai salah satu sumber daya alam, pengelolaan pemanfaatan plasma nutfah sekarang ini dirasakan kurang sempurna yaitu banyak mengalami erosi yang menyebabkan berkurangnya dan hilangnya jenis-jenis tertentu.

Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya erosi plasma nutfah nabati antara lain adalah :

1. Timbulnya peledakan penduduk yang sangat besar, yang menyebabkan perlunya perluas-an daerah permukiman di daerah-daerah pertanian yang mengakibatkan terjadinya penggusuran tempat tumbuh plasma nutfah.

2. Terjadinya eksploitasi hutan yang kebanyakan dilakukan dengan tidak memperhatikan kelestarian plasma nutfah yang dikandungnya, sehingga banyak jenis-jenis pohon yang mengalami erosi genetika seperti kayu olin, cendana, sawo, kecik. Di samping itu eksploitasi hutan juga berakibat merusak habitat hewan dan tumbuhan lain seperti jenis-jenis anggrek, paku-pakuan, rotan dan tanaman perdu yang lain.

3. Timbulnya tehnologi modern yang sering mengakibatkan terdesaknya bahan alam oleh bahan sintesis, sehingga membahayakan kelestarian plasma nutfah tertentu seperti tarum dan golongan serat-seratan.

4. Penggunaan tumbuhan untuk keperluan industri yang sering dilakukan secara besar-besaran tanpa memperhatikan peremajaan, misalnya golongan temu-temuan, kedawung, rotan, tengkawan.

Semua kegiatan di atas adalah merupakan beberapa contoh yang dapat menyebabkan terjadinya erosi plasma nutfah nabati, sehingga apabila proses tersebut terus berlangsung tanpa adanya usaha untuk mengatasinya, akan kehilangan beberapa jeis-jenis tertentu yang berarti juga kehilangan sebagian sumbernya alam.

Sebagai akibat terjadinya erosi genetika mengakibatkan timbulnya kelangkaan pada jenis-jenis tertentu, untuk mengetahui tingkat kelangkaan dari suatu jenis plasma nutfah nabati, dikenal ada 5 macam katagori yaitu :

1. Extinct (punah) adalah sebutan yang diberikan pada tumbuhan yang telah musnah atau hilang sama sekali dari permukiman bumi.

2. Endangeret (genting) adalah sebutan untuk jenis yang sudah terancam kepunahan dan tidak akan dapat bertahan tanpa perlindungan yang ketat untuk menyelamatkan kelangsungan hidupnya. Contoh : Rafflesia arnoldii dan purwoceng (Pimpinella pruatjan).

3. Vulnerable (rawan) katagori ini untuk jenis yang tidak segera terancam kepunahan tetapi terdapa dalam jumlah yang sedikit dan eksploitasinya terus berjalan sehingga perlu dilindungi contohnya adalah : cendana (Satalum album) kayubesi (Eusideroxylon ewageri) dan ki koneng (Arcangelisis flava).

4. Rare (jarang) sebutan untuk jenis yang populasinya besar tetapi terbesar secara lokal atau daerah penyebarannya luas tapi tidak sering dijumpai, serta mengalami erosi yang berat. Contohnya : sawo kecik (Munilkara kauki), kedawung (Parkia roxburghii) dan pulai pandak (Rauvolfia serpentina).

5. Indeterminate (terkikis) sebutan untuk jenis yang jelas mengalami proses pelangkaan tetapi informasi keadaan sebenarnya belum mencukupi, sebagian besar jenis-jenis plasma nutfah nabati yang langka termasuk katagori ini.

 

2.3.5 Metode Pelestarian Plasma Nutfah Nabati

Dalam penggunan sumber daya genetika, eksplorasi dan pelestarian adalah merupa-kan kegiatan pokok yang dwitunggal di dalam penyelamatan plasma nutfah. Eksplorasi menyelamatkan sumber daya yang ada di lapangan, pelestarian menyelamatkan koleksi yang baru dan yang sudah ada. Apabila dalam eksplorasi diperlukan mekanisme kegiatan yang terarah di lapangan yang seluas mungkin, sedangkan yang diperlukan dalam pelestarian adalah keefektifan organisasinya. Dalam kegiatan mengadakan eksplorasi, pengumpulan, evaluasi dan pelestarian plasma nutfah tersebut dimaksudkan untuk mencadangkan setiap nama koleksi yang juga dapat digunakan dalam mencari dan menciptakan bibit unggul baru melalui seleksi atau persilangan-pesilangan.

Strategi pelestaria plasma nutfah nabati dapat berciri :

1. Genotin tunggal atau populasi.

2. Tumbuhan hidup, biji, tepung sari, biakan jaringan atau meristem.

3. Satu, beberapa atau banyak jenis ekonomi.

4. Bersifat nasional, regional atau internasional.

5. Dalam bentuk koleksi dasar (base collection) atau koleksi aktif.

Dalam pelaksanaan strategi pelestarian biasanya timbul permasalahan-permasalahan sebagai akibat adanya faktor-faktor pembatas antara lain meliputi :

1. Masalah biasa yang menyangkut keuangan.

2. Hama dan penyakit.

3. Kemungkinan akan kehilangan kesempurnaan genetik.

4. Daur peremajaan.

5. Keterbatasan tenaga dan tehnik.

Sehingga untuk mencapai keberhasilan dalam pelestarian, dalam pelaksanaannya harus selalu diikuti dengan pemecahan masalah-masalah yang timbul.

Metode pelestarian plasma nutfah nabati ada 2 bentuk yaitu yang disebut pelestarian IN SITU dan EX SITU.

1. Pelestarian in situ

Cara pelestarian ini adalah melestarikan plasma nutfah di dalam komunitasnya, di dalam biotanya. Cara pelestarian ini pada umumnya cocok untuk jenis-jenis liar, sebab untuk pelestarian jenis liar sering timbul adanya kesukaran-kesukaran yang disebabkan :

– Faktor adaptasi terhadap daerah dan iklim yang baru.

– Faktor hama dan penyakit.

– Ukuran perawakan dan daur hidupnya.

Pelestarian secara in situ yang umum dilakukan adalah dengan cagar alam atau daerah lindung.

Pengawasan plasma nutfah di daerah lindung harus dilakukan secara teratur dan berkesinambungan.

Pelestarian secara in situ dilaksanakan dalam hutan, semak, savana, stepa atau biota yang lain, jadi cara pelestarian ini dalam bentuk koleksi tumbuhan hidup. Sehubungan dengan tujuan pelestarian plasma nutfah yang ada, maka pengelolaan hutan seharusnya : keseimbangan ekosistem dijaga sestabil mungkin guna melindungi plasma nutfah yang belum diusahakan.

2. Pelestaria ex situ

Pelaksanaan cara pelestarian ini adalah dengan mengeluarkan plasma nutfah dari wadahnya, ekosistemnya atau biotanya, dan cara ini akan dapat dianggap berhasil baik dan murah apabila yang dilestarikan dapat ditekan sampai tingkat yang minimal.

Ada beberapa bentuk dalam pelestarian secara ex situ :

– Koleksi tumbuhan hidup

Cara ini dapat dilakukan pada kebun raya, Arboreta, kebun buah-buahan, kebun tanaman luar (introduksi), stasiun/kebun pemuliaan dan kebun-kebun yang lain.

– Bentuk penyimpanan biji

Pelestarian dalam bentuk penyimpanan biji harus diperhatikan jenis biji yang akan disimpan, sebab atas dasar sifatnya ada 2 kelompok jenis biji yaitu :

a. Jenis yang orthodog yaitu jenis biji yang bereaksi positif terhadap pengeringan dan pendinginan atau juga disebut mempunyai kepekaan positif terhadap suhu rendah, pelaksanaannya adalah sebagai berikut :

– penurunan kadar air sampai 5%

– suhu penyimpanan 10C, atau lebih baik 0sampai 20C

– disimpan di tempat yang gelap, tidak terjadi pertukaran uap air, gas dan kelembaban udara kurang dari 70%, tempat penyimpanan dapat berupa kaleng, gelas atau kantong aluminium.

– tekanan O2 dijaga serendah mungkin dan CO2 setinggi mungkin

b. Jenis yang rekalasitranya itu jenis biji yang bereaksi negatif terhadap pengeringan dan mungkin juga dengan pendinginan. Jenis ini banyak terdapat pada pertumbuhan tropis yang tumbuh di hutan atau daerah basah. Contoh : Cola, Artocarpus, Coffea, Theobroma, Havea dan macam-macam palmae, cara penyimpanan setiap jenis mempunyai persyaratan yang berbeda dengan jenis yang lain. Sehingga perlu penelitian yang lebih intensif.

– Bentuk penyimpanan tepung sari

Seperti penyimpanan kebanyakan biji, dalam penyimpanan tepung sari, daya hidupnya akan lebih panjang apabila diperlukan penurunan suhu penyimpanan, kadar air dan tekanan O. Yang masih sulit dijumpai adalah untuk penyimpanan dari jenis Gramineae, Alismataceae dan Cyperaceae.

– Bentuk penyimpanan persediaan meristem dan jaringan

Dalam bentuk penyimpanan ini daya berkembangnya ditekan sekecil mungkin atau dihilangkan sama sekali tetapi daya hidupnya dipertahankan sebaik mungkin.

Keuntungan dari cara ini adalah :

– Ruang yang diperlukan relatif sempit.

– Pemeliharaan murah dan sederhana.

– Tidak ada erodi genetika.

– Potensi perbanyakan tinggi.

– Yang bebas dari pathogen dapat dipelihara dan diperbanyak.

Kesulitannya adalah :

– Tidak semua jenis dapat dilakukan dengan cara ini.

– Regenerasi tumbuhan dari jaringan tidak selalu berhasil.

– Potensi perkembangan bentuk dapat hilang pada jangka penyimpanan tertentu.

Penyimpanan pada suhu rendah dimungkinkan lebih berhasil (suhu nitrogen cair -196C). Pelestarian plasma nutfah yang tidak dalam bentuk tanaman hidup, akan selalu disertai satu contoh herbarium yang sering disebut voecher atau herbarium acuan. Herbarium tersebut diperlukan sebagai jalan untuk mendeterminasi contoh yang dikumpulkan untuk keperluan penelitian.

 

2.3.6 Pelestarian Plasma Nutfah

Plasma nutfah merupakan bahan baku yang penting untuk pembangunan di masa depan, terutama di bidang pangan, sandang, papan, obat-obatan dan industri. Penguasaannya merupakan keuntungan komparatif yang besar bagi Indonesia di masa depan. Oleh karena itu, plasma nutfah perlu terus dilestarikan dan dikembangkan bersama untuk mempertahankan keanekaragaman hayati (Buku I Repelita V hal. 429). Hutan kota dapat dijadikan sebagai tempat koleksi keanekaragaman hayati yang tersebar di seluruh wilayah tanah air kita. Kawasan hutan kota dapat dipandang sebagai areal pelestarian di luar kawasan konservasi, karena pada areal ini dapat dilestarikan flora dan fauna secara exsitu. Salah satu tanaman yang langka adalah nam-nam (Cynometra cauliflora).

 

2.3.7 Penahan dan Penyaring Partikel Padat dari Udara

Udara alami yang bersih sering dikotori oleh debu, baik yang dihasilkan oleh kegiatan alami maupun kegiatan manusia. Dengan adanya hutan kota, partikel padat yang tersuspensi pada lapisan biosfer bumi akan dapat dibersihkan oleh tajuk pohon melalui proses jerapan dan serapan. Dengan adanya mekanisme ini jumlah debu yang melayang-layang di udara akan menurun. Partikel yang melayang-layang di permukaan bumi sebagian akan terjerap (menempel) pada permukaan daun, khususnya daun yang berbulu dan yang mempunyai permukaan yang kasar dan sebagian lagi terserap masuk ke dalam ruang stomata daun. Ada juga partikel yang menempel pada kulit pohon, cabang dan ranting.

Daun yang berbulu dan berlekuk seperti halnya daun Bunga Matahari dan Kersen mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menjerap partikel dari pada daun yang mempunyai permukaan yang halus (Wedding dkk. dalam Smith, 1981).

Manfaat dari adanya tajuk hutan kota ini adalah menjadikan udara yang lebih bersih dan sehat, jika dibandingkan dengan kondisi udara pada kondisi tanpa tajuk dari hutan kota.

 

2.3.8 Penyerap dan Penjerap Partikel Timbal

Kendaraan bermotor merupakan sumber utama timbal yang mencemari udara di daerah perkotaan (Goldmisth dan Hexter, 1967). diperkirakan sekitar 60-70% dari partikel timbal di udara perkotaan berasal dari kendaraan bermotor (Krishnayya dan Bedi, 1986).

Dahlan (1989); Fakuara, Dahlan, Husin, Ekarelawan, Danur, Pringgodigdo dan Sigit (1990) menyatakan damar (Agathis alba), mahoni (Swietenia macrophylla), jamuju (Podocarpus imbricatus) dan pala (Mirystica fragrans), asam landi (Pithecelobiumdulce), johar (Cassia siamea), mempunyai kemampuan yang sedang tinggi dalam menurunkan kandungan timbal dari udara. Untuk beberapa tanaman berikut ini : glodogan (Polyalthea longifolia) keben (Barringtonia asiatica) dan tanjung (Mimusops elengi), walaupun kemampuan serapannya terhadap timbal rendah, namun tanaman tersebut tidak peka terhadap pencemar udara. Sedangkan untuk tanaman daun kupu-kupu (Bauhinia purpurea) dan kesumba (Bixa orellana) mempunyai kemampuan yang sangat rendah dan sangat tidak tahan terhadap pencemar yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor.

 

2.3.9 Penyerap dan Penjerap Debu Semen

Debu semen merupakan debu yang sangat berbahaya bagi kesehatan, karena dapat mengakibatkan penyakit sementosis. Oleh karena itu debu semen yang terdapat di udara bebas harus diturunkan kadarnya.

Studi ketahanan dan kemampuan dari 11 jenis akan yaitu : mahoni (Swietenia macrophylla), bisbul (Diospyrosdiscolor), tanjung (Mimusops elengi), kenari (Canarium commune), meranti merah (Shorealeprosula), kere payung (Filicium decipiens), kayu hitam (Diospyros clebica), duwet (Eugenia cuminii), medang lilin (Litsea roxburghii) dan sempur (Dillenia ovata) telah diteliti oleh Irawati tahun 1990. Hasil penelitian ini menunjukkan, tanaman yang baik untuk dipergunakan dalam program pengembangan hutan kota di kawasan pabrik semen, karena memiliki ketahanan yang tinggi terhadap pencemaran debu semen dan kemampuan yang tinggi dalam menjerap (adsorpsi) dan menyerap (absorpsi) debu semen adalah mahoni, bisbul, tanjung, kenari, meranti merah, kere payung dan kayu hitam. Sedangkan duwet, medang lilin dan sempur kurang baik digunakan sebagai tanaman untuk penghijauan di kawasan industri pabrik semen. Ketiga jenis tanaman ini selain agak peka terhadap debu semen, juga mempunyai kemampuan yang rendah dalam menjerap dan menyerap partikel semen (Irawati, 1990).

 

2.3.10 Peredam Kebisingan

Pohon dapat meredam suara dengan cara mengabsorpsi gelombang suara oleh daun, cabang dan ranting. Jenis tumbuhan yang paling efektif untuk meredam suara ialah yang mempunyai tajuk yang tebal dengan daun yang rindang (Grey dan Deneke, 1978).

Dengan menanam berbagai jenis tanaman dengan berbagai strata yang cukup rapat dan tinggi akan dapat mengurangi kebisingan, khususnya dari kebisingan yang sumbernya berasal dari bawah. Menurut Grey dan Deneke (1978), dedaunan tanaman dapat menyerap kebisingan sampai 95%.

 

2.3.11 Mengurangi Bahaya Hujan Asam

Menurut Smith (1985), pohon dapat membantu dalam mengatasi dampak negatif hujan asam melalui proses fisiologis tanaman yang disebut proses gutasi. Proses gutasi akan memberikan beberapa unsur diantaranya ialah : Ca, Na, Mg, K dan bahan organik seperti glumatin dan gula (Smith, 1981).

Menurut Henderson et al., (1977) bahan an-organik yang diturunkan ke lantai hutan dari tajuk melalui proses troughfall dengan urutan K>Ca> Mg>Na baik untuk tajuk dari tegakan daun lebar maupun dari daun jarum.

Hujan yang mengandung H2SO4 atau HNO3 apabila tiba di permukaan daun akan mengalami reaksi. Pada saat permukaan daun mulai dibasahi, maka asam seperti H2SO4 akan bereaksi dengan Ca yang terdapat pada daun membentuk garam CaSO4 yang bersifat netral. Dengan demikian pH air dari pada pH air hujan asam itu sendiri. Dengan demikian adanya proses intersepsi dan gutasi oleh permukaan daun akan sangat membantu dalam menaikkan pH, sehingga air hujan menjadi tidak begitu berbahaya lagi bagi lingkungan. Hasil penelitian dari Hoffman et al. (1980) menunjukkan bahwa pH air hujan yang telah melewati tajuk pohon lebih tinggi, jika dibandingkan dengan pH air hujan yang tidak melewati tajuk pohon.

 

2.3.12 Penyerap Karbon-monoksida

Bidwell dan Fraser dalam Smith (1981) mengemukakan, kacang merah (Phaseolus vulgaris) dapat menyerap gas ini sebesar 12-120 kg/km2/hari. Mikro organisme serta tanah pada lantai hutan mempunyai peranan yang baik dalam menyerap gas ini (Bennet dan Hill, 1975). Inman dan kawan-kawan dalam Smith (1981) mengemukakan, tanah dengan mikroorganismenya dapat menyerap gas ini dari udara yang semula konsentrasinya sebesar 120 ppm (13,8 x 104 ug/m3) menjadi hampir mendekati nol hanya dalam waktu 3 jam saja

.

2.2.13 Penyerap Karbon-dioksida dan Penghasil Oksigen

Hutan merupakan penyerap gas CO2 yang cukup penting, selain dari fito-plankton, ganggang dan rumput laut di samudra. Dengan berkurangnya kemampuan hutan dalam menyerap gas ini sebagai akibat menurunnya luasan hutan akibat perladangan, pembalakan dan kebakaran, maka perlu dibangun hutan kota untuk membantu mengatasi penurunan fungsi hutan tersebut.

Cahaya matahari akan dimanfaatkan oleh semua tumbuhan baik hutan kota, hutan alami, tanaman pertanian dan lainnya dalam proses fotosintesis yang berfungsi untuk mengubah gas CO2 dan air menjadi karbohidrat dan oksigen. Dengan demikian proses ini sangat bermanfaat bagi manusia, karena dapat menyerap gas yang bila konsentrasinya meningkat akan beracun bagi manusia dan hewan serta akan mengakibatkan efek rumah kaca. Di lain pihak proses ini menghasilkan gas oksigen yang sangat diperlukan oleh manusia dan hewan.

Widyastama (1991) mengemukakan, tanaman yang baik sebagai penyerap gas CO2 dan penghasil oksigen adalah : damar (Agathis alba), daun kupu-kupu (Bauhinia purpurea), lamtoro gung (Leucaena leucocephala), akasia (Acacia auriculiformis) dan beringin (ficus benyamina).

 

2.3.14 Penyerap dan Penapis Bau

Daerah yang merupakan tempat penimbunan sampah sementara atau permanen mempunyai bau yang tidak sedap. Tanaman dapat digunakan untuk mengurangi bau. Tanaman dapat menyerap bau secara langsung, atau tanaman akan menahan gerakan angin yang bergerak dari sumber bau (Grey dan Deneke, 1978). Akan lebih baik lagi hasilnya, jika tanaman yang ditanam dapat mengeluarkan bau harum yang dapat menetralisir bau busuk dan menggantinya dengan bau harum. Tanaman yang dapat menghasilkan bau harum antara lain : Cempaka (Michelia champaka) dan tanjung (Mimusops elengi).

 

 

2.3.15 Mengatasi Penggenangan

Daerah bawah yang sering digenangi air perlu ditanami dengan jenis tanaman yang mempunyai kemampuan evapotranspirasi yang tinggi. Jenis tanaman yang memenuhi kriteria ini adalah tanaman yang mempunyai jumlah daun yang banyak, sehingga mempunyai stomata (mulut daun) yang banyak pula.

Menurut Manan (1976) tanaman penguap yang sedang tinggi diantaranya adalah : nangka (Artocarpus integra), albizia (Paraserianthes falcataria), Acacia vilosa, Indigofera galegoides, Dalbergia spp., mahoni (Swietenia spp), jati (Tectona grandis), kihujan (Samanea saman) dan lamtoro (Leucanea glauca).

 

2.3.16 Mengatasi Intrusi Air Laut

Kota-kota yang terletak di tepi pantai seperti DKI Jakarta pada beberapa tahun terakhir ini dihantui oleh intrusi air laut.

Pemilihan jenis tanaman dalam pembangunan hutan kota pada kota yang mempunyai masalah intrusi air laut harus betul-betul diperhatikan karena:

  1. Penanaman dengan tanaman yang kurang tahan terhadap kandungan garam yang sedang-agak tinggi akan mengakibatkan tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik, bahkan mungkin akan mengalami kematian.
  2. Penanaman dengan tanaman yang mempunyai daya evapotranspirasi yang tinggi akan menguras air dari dalam tanah, sehingga konsentrasi garam adalah tanah akan meningkat. Dengan demikian penghijauan bukan lagi memecahkan masalah intrusi air asin, malah sebaliknya akan memperburuk keadaannya.

Upaya untuk mengatasi masalah ini sama dengan upaya untuk meningkatkan kandungan air tanah yaitu membangun hutan lindung kota pada daerah resapan air tanah yaitu membangun hutan lindung kota pada daerah resapan air dengan tanaman yang mempunyai daya evapotranspirasi yang rendah.

 

2.3.17 Produksi Terbatas

Hutan kota berfungsi in-tangible juga tangible. Sebagai contoh, pohon mahoni di Sukabumi sebanyak 490 pohon telah dilelang dengan harga Rp. 74 juta (Pikiran Rakyat, 18-3-1991). Penanaman dengan tanaman yang menghasilkan biji atau buah yang dapat dipergunakan untuk berbagai macam keperluan warga masyarakat dapat meningkatkan taraf gizi/kesehatan dan penghasilan masyarakat. Buah kenari untuk kerajinan tangan. Bunga tanjung diambil bunganya. Buah sawo, kawista, pala, lengkeng, duku, asem, menteng dan lain-lain dapat dimanfaatkan oleh masyarakat guna meningkatkan gizi dan kesehatan warga kota.

 

2.3.18 Ameliorasi Iklim

Salah satu masalah penting yang cukup merisaukan penduduk perkotaan adalah berkurangnya rasa kenyamanan sebagai akibat meningkatnya suhu udara di perkotaan.

Hutan kota dapat dibangun untuk mengelola lingkungan perkotaan agar pada saat siang hari tidak terlalu panas, sebagai akibat banyaknya jalan aspal, gedung bertingkat, jembatan layang, papan reklame, menara, antene pemancar radio, televisi dan lain-lain. sebaliknya pada malam hari dapat lebih hangat karena tajuk pepohonan dapat menahan radiasi balik (reradiasi) dari bumi (Grey dan Deneke, 1978 dan Robinette, 1983).

Robinette (1983) lebih jauh menjelaskan, jumlah pantulan radiasi surya suatu hutan sangat dipengaruhi oleh : panjang gelombang, jenis tanaman, umur tanaman, posisi jatuhnya sinar surya, keadaan cuaca dan posisi lintang.

Suhu udara pada daerah berhutan lebih nyaman dari pada daerah tidak ditumbuhi oleh tanaman. Wenda (1991) telah melakukan pengukuran suhu dan kelembaban udara pada lahan yang bervegetasi dengan berbagai kerapatan, tinggi dan luasan dari hutan kota di Bogor yang dibandingkan dengan lahan pemukiman yang didominasi oleh tembok dan jalan aspal, diperoleh hasil bahwa:

  1. Pada areal bervegetasi suhu hanya berkisar 25,5-31,0° C dengan kelembaban 66-92%.
  2. Pada areal yang kurang bervegetasi dan didominasi oleh tembok dan jalan aspal suhu yang terjadi 27,7-33,1° C dengan kelembaban 62-78%.
  3. Areal padang rumput mempunyai suhu 27,3-32,1° C dengan kelembaban 62-78%.

Koto (1991) juga telah melakukan penelitian di beberapa tipe vegetasi di sekitar Gedung Manggala Wanabakti. Dari penelitian ini dapat dinyatakan, hutan memiliki suhu udara yang paling rendah, jika dibandingkan dengan suhu udara di taman parkir, padang rumput dan beton.

 

 

2.3.19 Pengelolaan Sampah

Hutan kota dapat diarahkan untuk pengelolaan sampah dalam hal : (1) sebagai penyekat bau (2) sebagai penyerap bau (3) sebagai pelindung tanah hasil bentukan dekomposisi dari sampah (4) sebagai penyerap zat yang berbahaya yang mungkin terkandung dalam sampah seperti logam berat, pestisida serta bahan beracun dan berbahaya lainnya.

 

2.3.20 Pelestarian Air Tanah

Sistem perakaran tanaman dan serasah yang berubah menjadi humus akan memperbesar jumlah pori tanah. Karena humus bersifat lebih higroskopis dengan kemampuan menyerap air yang besar (Bernatzky, 1978). Maka kadar air tanah hutan akan meningkat.

Pada daerah hulu yang berfungsi sebagai daerah resapan air, hendaknya ditanami dengan tanaman yang mempunyai daya evapotranspirasi yang rendah. Di samping itu sistem perakaran dan serasahnya dapat memperbesar porositas tanah, sehingga air hujan banyak yang masuk ke dalam tanah sebagai air infiltrasi dan hanya sedikit yang menjadi air limpasan.

Jika hujan lebat terjadi, maka air hujan akan turun masuk meresap ke lapisan tanah yang lebih dalam menjadi air infiltrasi dan air tanah. Dengan demikian hutan kota yang dibangun pada daerah resapan air dari kota yang bersangkutan akan dapat membantu mengatasi masalah air dengan kualitas yang baik.

Menurut Manan (1976) tanaman yang mempunyai daya evapotrnspirasi yang rendah antara lain : cemara laut Casuarina equisetifolia), Ficus elastica, karet (Hevea brasiliensis), manggis (Garcinia mangostana), bungur (Lagerstroemia speciosa), Fragraea fragrans dan kelapa (Cocos nucifera).

Po. K (1 + r – c)t – PAM – Pa
La = ———————————-
z

La  :  luas hutan kota yang harus dibangun
Po  :  jumlah penduduk
K  :  konsumsi air per kapita 1/hari)
r  :  laju peningkatan pemakaian air
c  :  faktor pengendali
PAM  :  kapasitas suplai perusahaan air minum
t  :  tahun
Pa  :  potensi air tanah
z  :  kemampuan hutan kota dalam menyimpan air

 

2.3. 21 Penapis Cahaya Silau

Manusia sering dikelilingi oleh benda-benda yang dapat memantulkan cahaya seperti kaca, aluminium, baja, beton dan air. Apabila permukaan yang halus dari benda-benda tersebut memantulkan cahaya akan terasa sangat menyilaukan dari arah depan, akan mengurangi daya pandang pengendara. Oleh sebab itu, cahaya silau tersebut perlu untuk dikurangi.

Keefektifan pohon dalam meredam dan melunakkan cahaya tersebut bergantung pada ukuran dan kerapatannya. Pohon dapat dipilih berdasarkan ketinggian maupun kerimbunan tajuknya.

2.3.22 Meningkatkan Keindahan

Manusia dalam hidupnya tidak saja membutuhkan tersedianya makanan, minuman, namun juga membutuhkan keindahan. Keindahan merupakan pelengkap kebutuhan rohani. Benda-benda di sekeliling manusia dapat ditata dengan indah menurut garis, bentuk, warna, ukuran dan teksturnya (Grey dan Deneke, 1978), sehingga dapat diperoleh suatu bentuk komposisi yang menarik.

Benda-benda buatan manusia, walaupun mempunyai bentuk, warna dan tekstur yang sudah dirancang sedemikian rupa tetap masih mempunyai kekurangan yaitu tidak alami, sehingga boleh jadi tidak segar tampaknya di depan mata. Akan tetapi dengan menghadirkan pohon ke dalam sistem tersebut, maka keindahan yang telah ada akan lebih sempurna, karena lebih bersifat alami yang sangat disukai oleh setiap manusia.

Tanaman dalam bentuk, warna dan tekstur tertentu dapat dipadu dengan benda-benda buatan seperti gedung, jalan dan sebagainya untuk mendapatkan komposisi yang baik. Peletakan dan pemilihan jenis tanaman harus dipilih sedemikian rupa, sehingga pada saat pohon tersebut telah dewasa akan sesuai dengan kondisi yang ada. Warna daun, bunga atau buah dapat dipilih sebagai komponen yang kontras atau untuk memenuhi rancangan yang nuansa (bergradasi lembut).

Komposisi tanaman dapat diatur dan diletakkan sedemikian rupa, sehingga pemandangan yang kurang enak dilihat seperti : tempat pembuangan sampah, pemukiman kumuh, rumah susun dengan jemuran yang beraneka bentuk dan warna, pabrik dengan kesan yang kaku dapat sedikit ditingkatkan citranya menjadi lebih indah, sopan, manusiawi dan akrab dengan hadirnya hutan kota sebagai tabir penyekat di sana.

 

2.3.23 Sebagai Habitat Burung

Masyarakat modern kini cenderung kembali ke alam (back to nature). Desiran angin, kicauan burung dan atraksi satwa lainnya di kota diharapkan dapat menghalau kejenuhan dan stress yang banyak dialami oleh penduduk perkotaan.

Salah satu satwa liar yang dapat dikembangkan di perkotaan adalah burung. Burung perlu dilestarikan, mengingat mempunyai manfaat yang tidak kecil artinya bagi masyarakat, antara lain (Hernowo dan Prasetyo, 1989) :

  1. Membantu mengendalikan serangga hama,
  2. Membantu proses penyerbukan bunga,
  3. Mempunyai nilai ekonomi yang lumayan tinggi,
  4. Burung memiliki suara yang khas yang dapat menimbulkan suasana yang menyenangkan,
  5. Burung dapat dipergunakan untuk berbagai atraksi rekreasi,
  6. Sebagai sumber plasma nutfah,
  7. Objek untuk pendidikan dan penelitian.

Beberapa jenis burung sangat membutuhkan pohon sebagai tempat mencari makan maupun sebagai tempat bersarang dan bertelur. Pohon kaliandra di antaranya disenangi burung pengisap madu. Pohon jenis lain disenangi oleh burung, karena berulat yang dapat dimakan oleh jenis burung lainnya.

Menurut Ballen (1989), beberapa jenis tumbuhan yang banyak didatangi burung  antara  lain :

  1. Kiara, caringin dan loa (Ficus spp.) F. benjamina, F. variegata, dan F. glaberrima buahnya banyak dimakan oleh burung seperti punai (Treron sp.).
  2. Dadap (Erythrina variegata). Bunganya menghasilkan nektar. Beberapa jenis burung yang banyak dijumpai pada tanaman dadap yangtengah berbunga antara lain : betet (Psittacula alexandri), serindit (Loriculus pusillus), jalak (Sturnidae) dan beberapa jenis burung madu.
  3. Dangdeur (Gossampinus heptaphylla). Bunganya yang berwarna merah menarik burung ungkut-ungkut dan srigunting.
  4. Aren (Arenga pinnata). Ijuk dari batangnya sering dimanfaatkan oleh burung sebagai bahan untuk pembuatan sarangnya.
  5. Bambu (Bambusa spp.). Burung blekok (Ardeola speciosa) dan manyar (Ploceus sp.) bersarang di pucuk bambu. Sedangkan jenis burung lainnya seperti : burung cacing (Cyornis banyumas), celepuk (Otus bakkamoena), sikatan (Rhipidura javanica), kepala tebal bakau ( Pachycephala cinerea) dan perenjak kuning (Abroscopus superciliaris) bertelur pada pangkal cabangnya, di antara dedaunan dan di dalam batangnya.

 

2.3.24 Mengurangi Stress

Kehidupan masyarakat di kota besar menuntut aktivitas, mobilitas dan persaingan yang tinggi. Namun di lain pihak lingkungan hidup kota mempunyai kemungkinan yang sangat tinggi untuk tercemar, baik oleh kendaraan bermotor maupun industri. Petugas lalu lintas sering bertindak galak serta pengemudi dan pemakai jalan lainnya sering mempunyai temperamen yang tinggi diakibatkan oleh cemaran timbal dan karbon-monoksida (Soemarwoto, 1985). Oleh sebab itu gejala stress (tekanan psikologis) dan tindakan ugal-ugalan sangat mudah ditemukan pada anggota masyarakat yang tinggal dan berusaha di kota atau mereka yang hanya bekerja untuk memenuhi keperluannya saja di kota.

Program pembangunan dan pengembangan hutan kota dapat membantu mengurangi sifat yang negatif tersebut. Kesejukan dan kesegaran yang diberikannya akan menghilangkan kejenuhan dan kepenatan. Cemaran timbal, CO, SOx, NOx dan lainnya dapat dikurangi oleh tajuk dan lantai hutan kota. Kicauan dan tarian burung akan menghilangkan kejemuan. Hutan kota juga dapat mengurangi kekakuan dan monotonitas.

 

2.3.25 Mengamankan Pantai Terhadap Abrasi

Hutan kota berupa formasi hutan mangrove dapat bekerja meredam gempuran ombak dan dapat membantu proses pengendapan lumpur di pantai. Dengan demikian hutan kota selain dapat mengurangi bahaya abrasi pantai, juga dapat berperan dalam proses pembentukan daratan.

 

 

2.3.26 Meningkatkan Industri Pariwisata

Bunga bangkai (Amorphophallus titanum) di Kebun raya Bogor yang berbunga setiap 2-3 tahun dan tingginya dapat mencapai 1,6 m dan bunga Raflesia Arnoldi di Bengkulu merupakan salah satu daya tarik bagi turis domestik maupun manca-negara. Tamu asing pun akan mempunyai kesan tersendiri, jika berkunjung atau singgah pada suatu kota yang dilengkapi dengan hutan kota yang unik, indah dan menawan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian KKL tentang divisi Pinophyta dan Magnoliophyta ini dilaksanakan pada hari Minggu, 1 April 2012 pada pukul 09.00 hingga pukul 12.00 WIB yang bertempat di Kebun Raya Purwodadi, Pasuruan, Jawa Timur.

 

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Alat-alat tulis
  2. Papan media tulis
  3. Koran
  4. Plastik herbarium
  5. Kamera

 

3.2.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1.  Diospyros malabarica
  2. Cinnamomum verum
  3. Gmelina asiatica
  4. Diospyros blancoi
  5. Musaenda flava
  6. Pholiebcarpus majadum
  7. Celebica

 

3.3 Langkah Kerja

3.3.1   Diospyros malabarica

Langkah-langkah yang diambil pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Diamati ciri-ciri spesifik tumbuhan (Batang, Daun, Bunga, Buah, dan Biji)
  2. Diamati ciri-ciri Morfologinya
  3. Diklasifikasikan sesuai dengan cirri-ciri morfologinya.

 

3.3.2.    Cinnamomum verum

Langkah-langkah yang diambil pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Diamati ciri-ciri spesifik tumbuhan (Batang, Daun, Bunga, Buah, dan Biji)
  2. Diamati ciri-ciri Morfologinya
  3. Diklasifikasikan sesuai dengan cirri-ciri morfologinya.

3.3.3      Gmelina asiatica

Langkah-langkah yang diambil pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Diamati ciri-ciri spesifik tumbuhan (Batang, Daun, Bunga, Buah, dan Biji)
  2. Diamati ciri-ciri Morfologinya
  3. Diklasifikasikan sesuai dengan cirri-ciri morfologinya.

3.3.4      Diospyros blancoi

Langkah-langkah yang diambil pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Diamati ciri-ciri spesifik tumbuhan (Batang, Daun, Bunga, Buah, dan Biji)
  2. Diamati ciri-ciri Morfologinya
  3. Diklasifikasikan sesuai dengan cirri-ciri morfologinya.

3.3.5      Musaenda flava

Langkah-langkah yang diambil pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Diamati ciri-ciri spesifik tumbuhan (Batang, Daun, Bunga, Buah, dan Biji)
  2. Diamati ciri-ciri Morfologinya
  3. Diklasifikasikan sesuai dengan cirri-ciri morfologinya.

3.3.6      Pholiebcarpus majadum

Langkah-langkah yang diambil pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Diamati ciri-ciri spesifik tumbuhan (Batang, Daun, Bunga, Buah, dan Biji)
  2. Diamati ciri-ciri Morfologinya
  3. Diklasifikasikan sesuai dengan cirri-ciri morfologinya.

3.3.7      Celebica

Langkah-langkah yang diambil pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Diamati ciri-ciri spesifik tumbuhan (Batang, Daun, Bunga, Buah, dan Biji)
  2. Diamati ciri-ciri Morfologinya
  3. Diklasifikasikan sesuai dengan cirri-ciri morfologinya

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

4.1   Kebun Raya Purwodadi

Kebun raya Purwodadi didirikan pada tanggal 30 Januari 1941 oleh Dr. Lourens Gerhard Marinus Baas Becking atas prakarsa Dr. Dirk Fok van Slooten pada tanggal 30 Januari 1941 sebagai pemekaran dari Stasiun Percobaan ‘s Lands Plantentuin Buitenzorg atau Kebun Raya Bogor. Kebun ini merupakan salah satu dari tiga cabang Kebun Raya Indonesia (Kebun Raya Bogor).

Kebun Raya Purwodadi adalah sebuah kebun penelitian besar yang terletak di Purwodadi, Pasuruan, Jawa Timur, Indonesia. Luasnya mencapai 85 hektar dan memiliki sekitar 10.000 jenis koleksi pohon dan tumbuhan.Didirikan pada tanggal 30 Januari 1941 oleh Dr. L.G.M. Baas Becking. Kebun ini merupakan salah satu dari 3 cabang Kebun Raya Indonesia (Kebun Raya Bogor) yang masing-masing memiliki tugas dan fungsi spesifik. Kedua cabang lainnya adalah Kebun Raya Cibodas dan Kebun Raya Eka Karya Bali. Pengelolaan seluruh Kebun Raya ini berada di bawah tanggung jawab LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia).

Mula-mula kebun ini dipergunakan untuk kegiatan penelitian tanaman perkebunan. Kemudian pada tahun 1954 mulai diterapkan dasar-dasar per-kebunraya-an yaitu dengan dimulainya pembuatan petak-petak tanaman koleksi. Sejak tahun 1980 sebagian tanaman ditata kembali menurut kelompok suku yang menganut klasifikasi sistem Engler dan Pranti. Dalam perkembangannya diharapkan UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi akan menjadi pusat konservasi dan penelitihan tumbuhan iklim kering di daerah tropis.

Kebun ini merupakan salah satu dari 3 cabang Kebun Raya Indonesia (Kebun Raya Bogor) yang masing-masing memiliki tugas dan fungsi spesifik. Kedua cabang lainnya adalab Kebun Raya Cibodas dan Kebun Raya Eka Karya Bali. Cabang Kebun Raya Indonesia (Kebun Raya Bogor). Kebun Raya Indonesia merupakan Unit Pelaksana ( Kebun Raya Bogor ), Kebun Raya Indonesia merupakan Unit Pelaksana Teknis yang bernaung dibawah dan bertanggung jawab kepada Deputi Ketua LIPI Bidang IPA. Yang pembinan sehari-hari dilakukan oleh Kepala Pusaat Penelitian dan Pengembangan (Pulitbang Biologi). Pengelolahan seluruh Kebun Raya ini berada dibawah tanggung jawab LIPI ( Lembaga IImu Pengetahuan Indonesia ).

Lokasi Kebun Raya ini terletak di Desa Purwodadi, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Pasuruan Lokasi ini terletak di tepi jalan besar yang menghubungkan 3 kota, yaitu Malang, Surabaya, dan Pasuruan. Jarak dari kota Malang adalah 24 km ke arah utara, dan dari kota Pasuruan 30 km ke arah barat daya dan dari kota Surabaya 65 km ke arah selatan. Luas Kebun Raya Purwodadi sakitar 85 ha, pada ketinggian 300m dpl dengan topografi datar sampai bergelombang. Curah hujan rata–rata per tahun 2366 mm dengan bulan basah antara bulan November dan Maret dengan suhu berkisar antara 22º – 32º C.

 

4.2   Hasil

4.2. 1  Dyospiros malabarica

 

 

Sistematika Taksonomi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Dilleniidae
Ordo: Ebenales
Famili: Ebenaceae
Genus: Diospyros
Spesies: Diospyros malabarica (Descr.) Kostel.

 

Sinonim : Diospyros glutinifera Roxb., Diospyros embryopteris Pers., Diospyros globularia (Miq.) Koord & Valeton

(Mus, 2010)

Deskripsi

Hasil pengamatan pada spesies Diospyros malabarica adalah berupa pohon 10 – 20 m, batang bulat, halus, sebagian terkelupas. Daun tunggal berseling, bentuk bulat sampai lonjong. Daun terbesar berukuran 18 x 6,8 cm, sedangkan daun terkecil berukuran 8,5 x 2,5 cm. Tangkai daun beralur, panjang 0,8 – 1,2 cm. Tepi rata, sedkit melengkung ke dalam. Ujung tumpul sampai lancip, pangkal membulat. Pertulangan daun menyirip, pertulangan utama menonjol, sedangkan kedua tidak terlalu tampak. Perbungaan bintang, putih kekuningan, merupakan daun tunggal, tumbuh dari ketiak daun. Buah berbentuk bulat, permukaan kulit berbulu halus, kelopak bunga tertinggal pada buah, berjumlah 4.

Secara umum, suku Ebenaceae termasuk semak atau pohon dengan kayu yang sering keras berwarna hitam, daun tunggal, duduk tersebar atau berkarang, tanpa daun penumpu. Bunga kebanyakan berkelamin tunggal, jarang banci, aktinomorf, terpisah – pisah dalam ketiak daun, atau membentuk rangkaian yang hanya terdiri atas sedikit bunga saja. Bunga jantan dengan bakal buah yang rudimenter, bunga betina dengan benang sari yang tidak sempurna atau sama sekali tanpa benang sari. Kelopak berlekuk 3 sampai 6, tidak runtuh, sering ikut membesar bersama pertumbuhan buah. Mahkota berlekuk 3 sampai 7 dengan lekuk – lekuknya tersusun seperti genting. Benang sari sama banyaknya dengan lekuk – lekuk mahkota 2 kali lipat atau lebih banyak, tidak berlekatan dengan mahkota, kadang – kadang berbekas, dalam bunga betina mandul atau tidak ada. Bakal buah menumpang, beruang 2 sampai 16, tiap ruang dengan 1 sampai 2 bakal biji, masing – masing dengan 2 integumen. Tangkai sari 2 sampai 8, bebas atau berlekatan pada pangkalnya. Buahnya kebanyakan berupa buah buni dengan 1 sampai beberapa biji. Biji berkulit tipis dengan endosperm yang besar, lembaga kurang lebih setengah panjangnya endosperm, daun lembaga kurang lebih sama panjangnya dengan akar lembaganya (Tjitrosoepomo, 2010 : 325 – 326).

Daerah penyebaran spesies ini meliputi kawasan Asia Selatan (India, Sri Lanka) dan Asia Tenggara (Birma, Indo-china, Thailand, Semenanjung Malaysia, Sumatra, Kepulauan Sunda Kecil, dan Sulawesi). Banyak ditemukan pada daerah di tepi sungai hingga ketinggian 300 – 650 m dpl, dengan curah hujan rata – rata 1300 – 2750 mm/tahun, suhu 18–330 C, serta kelembaban relatif pada musim kemarau 50 – 60 %. Jenis ini dapat tumbuh pada tanah netral alkalis, dengan solum tanah tipis – dalam, jenis tanah mediateran dan litosol (Gratiana, 2004 : 1).

Pohon dapat mencapai tinggi lebih dari 35 m, dengan tinggi bebas cabang 10 – 20 m dan diameter 30 – 80 cm. Berbatang silindris dengan warna kulit luar hitam, kasar bersisik, daging kulit bagian dalam berwarna agak merah. Kayu gubal berwarna coklat kemerahan dan mempunyai batas jelas dengan kayu teras yang berwarna hitam berselang – seling coklat. Daun berbentuk bulat telur sampai memanjang, berukuran 9 – 30 x 2,5 – 9,5. Pangkal daun seperti jantung dengan ujung tumpul sampai meruncing dan halus. Bunga majemuk, berwarna putih dan berukuran kecil. Dalam satu tangkai terdapat bunga jantan 3-7 buah, 4-5 daun penumpu, 24-64 benang sari. Bunga betina terdapat dalam tangkai tersendiri dan jarang terdapat lebih dari 5 bunga, dengan 4-5 daun penumpu (Gratiana, 2004 : 1).

Buah berdaging bertipe buni (berry). Buah terletak di ketiak daun dengan jumlah 1-5 buah. Berbentuk bulat telur dengan panjang 2-5 cm dan lebar 2-4 cm di dalamnya terdapat sekitar 6 benih. Benih berwarna coklat tua atau coklat kehitaman, berbentuk bulat elips (bulat panjang) dengan panjang antara 1-1,5 cm dan lebar 0,5-0,75 cm. Dalam 1 kg benih terdapat sekitar 1200 butir (Gratiana, 2004 : 1).

Bunga berumah 1. Perkawinan antara bunga jantan dan betina melalui silang luar (auterossing). Perkawinan melalui silang dalam (inbreeding) akan menghasilkan buah yang tidak sempurna atau buahh yang cepat rontok sebelum masak. Penyerbukan dilakukan dengan perantara serangga. Berbunga dan berbuah setiap tahun mulai umur 5-7 tahun. Berbunga segera sebelum atau setelah terbentuknya daun baru. Musim berbunga pada bulan Januari – Mei bervariasi tergantung tempat tumbuh. Di pulau Lombok pada bulan Januari – Maret, di pulau Sumbawa bulan April – Mei. Buah masak terjadi pada bulan September – November (Gratiana, 2004 : 1).

Buah masak ditandai dengan warna kulit hijau kekuningan atau kuning dengan bintik coklat, rasanya manis. Biasanya disukai oleh kelelawar, burung, dan monyet, sehingga pemanenan harus segera dilakukan. Pemanenan dilakukan dengan cara memanjat kemudian memotong tandan buah di ujung ranting menggunakan pisau berkait (Gratiana, 2004 : 2).

Benih termasuk rekalsiitran. Benih hasil pengunduhan memiliki daya kecambah 90%. Penyimpanan dilakukan dalam bentuk buah dengan penyimpanannya dalam karung goni basah atau dengan menyimpan buah dalam pelepah batang pisang. Denga cara ini benih dapat bertahan selama 2-3 minggu dengan persen daya perkecambahan 69%. Benih ditabur dalam media campuran pasir dan tanah (1:1) steril. Diletakkan dengan posisi titik tumbuh berada di bawah atau dengan cara ditidurkan. Jarak tanam penaburan antar benih 3-5 cm. mulai berkecambah setelah 3 minggu dan bibit siap disapih. Teknik lainnya adalah dengan merendam benih dalam air selama 1 jam, kemudian dimasukkan dalam karung goni basah. Benih akan mulai berkecambah setelah 4 hari dan siap disapih. Bibit dari cabutan siap ditanam setelah mempunyai 4-5 daun (6-7 bulan) (Gratiana, 2004 : 2).

Setelah lebih dari dua hari, umumnya ditemukan jamur pada benih saat dikecambahkan dalam karung goni basah. Hal ini disebabkan oleh suhu dan kelembaban dalam karung goni sesuai untuk pertumbuhan jamur atau proses ekstraksi benih tidak sempurna. Cara pengendaliannya dengan mencuci ulang benih, kemudian dimasukkan kembali pada karung goni yang basah (Gratiana, 2004 : 2).

 

Manfaat

Manfaat dari spesies ini adalah kayu mempunyai nilai dekoratif tinggi, dapat digunakan sebagai bahan pembuatan perahu, kontruksi ringan, meubel dan patung. Mempunyai berat jenis kering udara 0,80-1,10 gr/cm3, kelas awet I dan kelas kuat I. buah dapat dimakan, buah muda mengandung tannin yang digunakan sebagai zat pencampur warna. Biji dapat digunakan untuk obat diare dan disentri (Gratiana, 2004 : 2).

 

4.2.2  Gmelina asiatika

_

Sistematika Taksonomi

Kingdom       Plantae

Sub kingkom      Tracheobionta

Super Divisi     Spermatophyta

Divisio       Magnoliophyta

Classis      Magnolipsida

Sub Classis     Asteridae

Ordo      Tuliflorae

Famili       Verbenaceae

Genus      Gmelina

Species      Gmelina asiatica L.

                                                                                            (Mus,2010)

Nama Lokal : Wareng

 

Deskripsi Tanaman

  • Habitus

Tanaman perdu

  • Daun

Tunggal berhadapan, berbentuk bulat sampai lonjong. Tangkai daun dengan ukuran 1- 2,3 cm. Ukuran daun 2,1 x 1,1 – 5,9 x 4,3 cm.

Tepi daun rata, pangkalnya membulat, bagian ujugnya tumpul. Semua bagian lembar daun barbulu halus. Pada bagian bawah daun berwarna putih kecoklatan.

  • Pertulangan daun

Menyirip, terdapat pertulangan daun 3, pada pertulangan daun ke-3 menangga tali.

  • Batang

Bulat, kulitnya berkerak. Batang muda berduri kayu. Apabila tua tidak berduri.

  • Bunga

Berwarna kuning berbentuk tabung.

  • Perbungaan

Muncul dari ujung pertumbuhan (terminal).

  • Buah

Berbentuk bulat, berwarna hijau hingga kuning. Cepal masih tertinggal di pangkal buah.

Manfaat

Dapat digunakan sebagai obat luka lama.

 

 

4.2.3  Diospyros celebica

 

Sistematika Takson

Kerajaan    Tumbuh-tumbuhan

Divisi     Spermatophyta

Anak divisi    Angiospermae

Kelas     Dicotyledoneae

Anak kelas   Sympetalae

Bangsa      Ebenales

Suku       Ebenacçae

Marga      Diospyros

Jenis     Diospyros celebica Bakh

(Mus, 2012)

Deskripsi

Dalam dunia perdagangan kayu eboni dikenal dengan nama Macassar ebony (Inggris, Amerika Serikat), ebene de Makassar (Perancis) gestreept ebben (Belanda), Macassar ebenhols (Jerman) ebeno de Macassar (Spanyol) ebeno di Macassar (Italia) dan Indonesisk ebenholt (Swedia). Sedangkan untuk nama daerah dikenal berbagai macam nama diantaranya Toe (Donggala, Poso dan Manado), Limara (Luwu), Sora (Malili) dan ayu Maitong (Parigi).

  • Habitat

Eboni (Diospyros celebica. Bakh) umumnya tumbuh mengelompok pada hutan dataran rendah sampai daerah pegunungan rendah. Jenis ini tumbuh alami di hutan tropika basah dan hutan monson. Eboni tumbuh dari dataran rendah hingga tinggi tempat 400m dari permukaan laut (dpl), namun pada ketinggian 600 m dpl, kadang-kadang dijumpai Eboni walaupun pertumbuhannya tidak optimal. Eboni dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah berkapur, berpasir, samapai tanah liat berbatu asal tidak tergenang. Jenis ini dapat tumbuh di tanah-tanah latosol, podzol dan tanah berkapur. Sifat tanah permiabel, bertekstur lempung dan tergolong tanah kapur. Curah hujan yang baik untuk mendukung pertumbuhan Eboni berkisar 2.000 – 2.500 mm/th, namun masih bisa hidup di daerah kering dengan curah hujan 700 mm/th

  • Batang

Eboni adalah pohon yang berukuran sedang sampai besar, dengan tinggi dapat mencapai 40 m, bagian batang bebas cabang dapat mencapai 10 – 26 m. Diameter batang dapat mencapai 150 cm atau lebih.

  • Daun

Jenis daun eboni adalah tunggal berbentuk memanjang samapai jorong dengan panjang 12 – 35 cm dan lebar 2,5 – 7 cm.

  • Sistem pembungaan

Berbentuk paying menggarpu, pada bunga jantan ada 3 – 7 bunga, masing-masing dengan 4 petal dan mempunyai 16 benangsari, sedangkan pada bunga betina dijumpai 1 – 3 bunga yang seperti payung menggarpu 4 petal dengan kelopak bergelombang dan berkatup (Riswan, 2003) .

  • Buah

Berbentuk bulat telur berukuran 3,5 – 5 cm.

  • Biji

Biji  Eboni yang tua berwarna coklat kehitaman berbentuk bulat panjang. Panjang biji 2 – 5 cm dengan tebal 0,5 – 1,5 cm, rata-rata berat satu biji 0,5 – 2 g dan dalam 1 kg ±1.100 biji.

 

Manfaat

Kayu eboni banyak dipakai untuk mebel mewah, perpatungan, ukiran, kipas, alat-alat dekoratif mewah.  Kayu eboni termasuk jenis kayu yang paling mahal, namun juga paling awet. Kayu ini makin lama makin hitam.  Kualitas tertinggi adalah kayu yang bergaris teratur.  Pengawetan kayu dilakukan pada kayu yang sudah 50 tahun terbenam dalam tanah, namun tidak sedikitpun mengalami kerusakan.

Kayu Eboni biasanya digunakan sebagai bahan meubel, patung, ukiran, hiasan dinding, alat musik, kipas dan kayu lapis mewah. Sementara orang-orang Jepang beranggapan, apabila perabotan rumah tangganya berasal dari kayu Eboni dapat meningkatkan status sosialnya (Kuhon dkk, 1987). Tidak kurang dari 95 persen (%) kayu Eboni yang diperdagangkan adalah berbentuk gergajian, dan sisanya sekitar 5% diperdagangkan dalam bentuk barang jadi yang diproduksi oleh para perajin lokal maupun perajin yang ada di pulau Jawa dan Bali. Kayu Eboni dalam bentuk gergajian, kebanyakan diekspor dengan negara tujuan utama adalah Jepang, kemudian Amerika Serikat dan beberapa negara di benua Eropa (Soenryo,2002).

 

4.2.4 Mussaenda philippica

_

 


_

 

Sistematika Taksonomi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Asteridae
Ordo: Rubiales
Famili: Rubiaceae (suku kopi-kopian)
Genus: Mussaenda
Spesies: Mussaenda philippica L.

Deskripsi

Bunga Nusa Indah (Mussaenda philippica L.)mempunyai ciri sebagai berikut : tipe daun menyirip genap, bentuk daun bundar telur (ovale), pangkal daun meruncing (acuminate), ujung daun meruncing(acuminate), tepi daun rata (entire), pertulangan daun menyirip (pinnate), permukaan daun kasap (scabrous), bunga letak terminal, dan duduk daun berhadapan bersilangan (opposite-decussate). Tanaman perdu, berasal dr Filipina, tingginya dapat mencapai 4 m, berdaun tunggal, berbunga di ujung ranting, ditanam sbg pohon hias; Nussaenda philippica; (Sudarsono, 2010 : 321).

Dan dari hasi penelitian yang didapat adalah : mempunyai habitat perdu. Batang tunggal berhadapan berselang seling. Di setiap ruas buku terdapat setipula (daun penumpu) yang memeluk batang atas berbentuk lonjong ujung lancip. Pangkal daun melancip, tepi merata. Bagian seluruhnya berbulu. Tulang menyirip, ertulangan 1,2,3 sangat menonjol dan menagga. Mempunyai panjang 3,6×1,5 cm sampai 9,4×4,4 cm. Yang mana bunga muncul dari ujung berwarna kuning cerah. Terdapat bunga semu yang berasal dari modifikasi daun yang dekat dengan perbungaan. Untuk sementara kegunaannya sebagai tanaman hias (Sudarsono, 2010 : 321).

 

4.2.5 Diospyros blancoi

 

Sistematika Taksonomi

Kingdom          Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom    Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi        Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi                       Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas                     Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas                Dilleniidae
Ordo                        Ebenales
Famili                     Ebenaceae
Genus                    Diospyros
Spesies                    Diospyros blancoi A. D

                                                                                    (Mus, 2010)

Deskripsi

Bisbul merupakan pohon yang sedang tingginya, 10-30 m, meskipun umumnya hanya sekitar 15 m atau kurang. Berbatang lurus, dengan pepagan berwarna hitam atau kehitaman, diameter hingga 50 cm atau lebih di pangkal batang, bercabang kurang lebih mendatar dan bertingkat, dengan tajuk keseluruhan berbentuk kerucut yang lebat dan rapat daun-daunnya sehingga gelap di bagian dalamnya.

Daun-daun tersusun berseling, berbentuk lonjong, 2,5-12 × 8-30 cm, bertepi rata, dengan pangkal membundar dan ujung meruncing, bertangkai sekitar 1,7 cm. Sisi atas daun hijau tua, mengkilap, seperti kulit; sisi bawah berbulu halus, keperakan. Daun muda hijau muda sampai merah jambu.

Berumah dua, bunga-bunga jantan tersusun dalam payung menggarpu, 3-7 kuntum, di ketiak daun; berbilangan 4, daun mahkota berbentuk tabung, putih susu. Bunga betina soliter, bertangkai pendek dan terletak di ketiak daun.

Buah buni bulat atau bulat gepeng, 5-12 × 8-10 cm, berbulu halus seperti beludru, coklat kemerahan kemudian merah terang dan lalu agak kusam apabila masak, dengan “topi” dari kelopak bunga yang tidak rontok. Daging buah berwarna keputihan, agak keras dan padat, agak kering, manis agak sepat dan berbau harum; ditutupi kulit buah yang tipis berbulu. Bau keras agak mirip keju dan durian, bagi sebagian orang terasa memualkan, bahkan ada pula yang menyebutkan baunya mirip dengan kotoran kucing. Biji hingga 10 butir, berkulit kecoklatan, berbentuk baji agak mirip keping buah jeruk, 4 × 2,5 × 1,5 cm (di bagian tebalnya).

Bisbul (Diospyros blancoi A. DC) dikenal juga sebagai Velvet Apple (Inggris) atau Buah Mentega (Indonesia). Merupakan buah yang awalnya hidup liar di hutan-hutan primer dan sekunder Filipina, namun kini telah menyebar di berbagai negeri tropis, termasuk Indonesia, di Bogor, Jawa Barat dibudidayakan di pekarangan. Buah bisbul berbentuk bulat gepeng, dengan besar kira-kira 5-12 x 8-10 cm, berbulu halus seperti beludru. Termasuk keluarga eboni (suku Ebenaceae) dan berkerabat dengan Kesemek dan Kayu Hitam. Tak heran jika di negeri asalnya disebut Buah Mabolo atau Buah Berbulu.

Bisbul sudah cukup lama dikenal dan banyak tumbuh di Bogor . Sudah lebih dari seratus tahun tumbuh di Bogor Selatan, masyarakat setempat , termusuk pedagang buah, sudah menganggap buah ini sebagai buah khas dari daerah Bogor. Dan kebetulan juga di daerah lain memang tak ditemukan. Di daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi, hanya ada di Bogor Selatan dan sekitarnya. Buah bisbul ini, dapat diperoleh di pedagang buah yang mangkal di sepanjang Jalan Batutulis mulai dari samping Istana Batutulis sampai menjelang SPBU setempat, Para pedagang buah menawarkan dengan harga hingga Rp 15.000/kg.

Berdasarkan literatur yang ada,  tanaman tersebut diintoduksi ke Jawa, Malaysia pada tahun 1881, dan juga ke Kebun Raya Singapura, ke Calcuta di India. ”Diduga , bisbul ini beredar di daerah Bogor karena imbas dari Kebun Raya yang didirikan sejak tahun 1817. Tanaman ini berbuah terus menerus sepanjang tahun. Dari bunga sampai berbuah sekitar empat bulan.

Bisbul merupakan tanaman hias pohon yang indah dengan ketinggian mencapai hingga 30 m, tapi umumnya hanya sekitar 15 m atau kurang. Berbatang lurus, dengan diameter batang ± 50 cm, bercabang mendatar dan bertingkat, dengan tajuk keseluruhan berbentuk kerucut yang lebat dan rapat sehingga gelap dibagian dalammya. Sisi atas daun hijau tua, mengkilap, sisi bawah berbulu halus keperakan, daun muda berwarna hijau muda samapi merah jambu.

Buah muda berwarna  cokelat kemerahan yang berubah menjadi merah terang, kemudian agak kusam jika matang. Sedangkan daging buah berwarna keputihan, agak keras dan padat, serta kering. Rasanya manis agak sepat dan berbau khas, hampir menyerupai bau keju dan durian. Bijinya 0 – 10 butir per buah, berbentuk baji, ukurannya mencapai 4 x 2,5 x 1,5 cm. Buah bisbul umumnya dimakan dalam keadaan segar jika matang. Daging buahnya juga dapat diiris-iris dan dicampur dengan buah-buahan lain untuk dijadikan rujak.

Batang: bulat, berkerak

 

( Diospyros blancoi)                             Habitus: pohon Bisbul

Bisbul merupakan salah satu tanaman yang berbuah dan mempunyai batang kayu dengan kualitas yg cukup baik, berwarna coklat kemerahan hingga hitam, bertekstur halus, kuat dan keras. Tanaman ini merupakan salah satu tanaman yang bisa dikategorikan cukup langka karena jarang kita temui lagi menghiasi pekarangan rumah atau dibudidayakan secara komersil. Tanaman buah ini berasal dari Filipina dan di Indonesia bisa ditemui tumbuh salah satunya di wilayah Bogor.

Buahnya yang unik biasanya berbentuk bulat dan berbulu halus sebesar kepalan tangan orang dewasa yang berwarna merah kecoklatan apabila sudah matang. Daging buahnya berwarna putih dan berbau harum, memiliki aroma seperti durian dan keju. Tekskur dagingnya lembut, ( seperti mentega, buah alpukat) dan padat, rasanya manis dan ada juga yg berasa sedikit sepat ditutupi kulit buah yang tipis dan berbulu halus.

Dapat tumbuh di segala jenis tanah dengan ketinggian hingga ± 800 dpl dan tidak memerlukan perawatan khusus.

Daun : merupakan daun tunggal,berseling tangkai beralur berukuran 0.5-1 cm. Tepi daun: rata bergelombang, ujung tumpul-runcing. Pangkal membulat,bagian atas berwarna hijau tua, sedangkan bagian bawah berwarna putih kehijauan. Bentuk daun bulat sampai lonjong, ukuran 9x 5.8 cm- 17,3x 8.1 cm.

 

 

 

 

Bunga : muncul dari ketiak daun, warna kuning keputihan.

 

Bunga-bunga jantannya tersusun dalam payung menggarpu, di ketiak daun, terdiri atas 3-7 kuntum; tangkai bunganya pendek; daun kelopaknya berbentuk tabung, bercuping 4 yang~dalam, panjangnya kira-kira 1 cm; daun mahkotanya sedikit lebih besar daripada daun kelopak, berbentuk tabung dan bercuping 4 juga, berwarna putih susu; benang sarinya 24-30 utas, menyatu di pangkalnya, membentuk pasangan-pasangan; bunga betina soliter, berada di ketiak daun, bertangkai pendek, ukurannya sedikit lebih besar daripada bunga jantan, memiliki 4-5(-8) staminodia.

Buah : bulat pipih,warna orange sampai coklat, mempunyai cepal tapi kecil. Buahnya bertipe buah buni yang berbentuk bulat atau bulat gepeng, berukuran (5-12) cm x (8-10) cm, berbulu beludru, berwarna coklat kemerahan, di pangkalnya ada topi dari kelopak yang kaku dan tidak rontok; kulit buahnya tipis, tertutup rapat oleh bulu-bulu pendek yang berwarna coklat keemasan, mengeluarkan bau keras yaftg mirip bau keju; daging buahnya berwarna keputih-putihan, keras, agak kering, rasanya manis, sepet, berbau harum. Bijinya 0-10 butir per buah, berbentuk baji, ukurannya mencapai 4 cm x 2,5 cm x 1,5 cm. Pohon asal benih cenderung tumbuh tegak, kadang-kadang hanya memiliki satu batang tanpa cabang. Akan tetapi, pohon yang berasal dari sambungan perawakannya pendek dan mengeluarkan lebih banyak cabang lateral. Pohon yang berasal dari semai berbuah 6-7 tahun setelah ditanam, sedangkan yang berasal dari sambungan 3-4 tahun. Pohon bisbul bervariasi terutama dalam bentuk dan perbuluan daun serta bentuk dan rasa buah. Kandungan Nama daerah bisbul di Filipina ialah ‘mabolo,’ berarti buah berbulu, mengacu kepada buahnya yang berbulu. Buah bisbul memiliki 60-73% dari bagian yang dapat dimakan, yang setiap 100 g berisi: air 83,0-84,3 g, protein 2,8 g, lemak 0,2 g, karbohidrat 11,8 g, serat 1,8 g, abu 0,4-0,6 g, kalsium 46 mg, fosfor 18 mg, besi 0,6 mg, vitamin A 35 SI, tiamina 0,02 mg, riboflavin dan niasina 0,03 mg, dan vitamin C 18 mg. Nilai energinya rata-rata 332 kJ/100 g.

 

 

Manfaat

Selain manis, buah ini juga sangat manfaat. Setiap 100 gr buah bisbul mengandung protein 2,8 gr, lemak 0,2g, karbohidrat 11,8 gr, serat 1,8 gr, kalsium 46 mg, fosfor 18mg, zat besi 0,6mg, vitamin A 35 SI, vitamin C 18 mg, tiamin 0,02 mg, robflavin 0,03 dan energi 332 kj/100 gr. Buah bisbul juga memiliki kandungan serat yang cukup tinggi. Dengan kandungan yang demikian kaya, maka bisbul bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh, mem-perbaiki saluran pencernaan, meng-haluskan kulit, menjaga kesehatan mata dan mencegah sembelit.

Buah bisbul umumnya dimakan dalam keadaan segar jika matang. Rasanya agak manis, tetapi cukup kering. Daging buahnya juga dapat diiris-iris dan dicampur dengan buah-buahan lain untuk dijadikan rujak. Kayunya licin dan tahan lama, warnanya hitam dan banyak dimanfaatkan di Filipina untuk pembuatan kerajinan tangan. Pohon bisbul sering ditanam di pinggir jalan.

 

4.2.6 Pholidocarpu majadum


Sistematika Taksonomi

Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas: Arecidae
Ordo: Arecales
Famili: Arecaceae (suku pinang-pinangan)
Genus: Pholidocarpus
Spesies: Pholidocarpus majadum Becc.

(Mus, 2010).

Deskripsi

Berdasarkan pengamatan terhadap Pholidocarpus majadum didapatkan hasil bahwa palem ini termasuk ke dalam bangsa Arecales, suku Areceae yang memiliki ciri-ciri batang bulat, tinggi dapat mencapai ± 20 meter dan beruas. Terdapat tapas (Pengganti pelepah daun) pada batangny. Daun tunggal tersusun spiral , tangkai panjang  ≥ 1 meter , bagian tepi berduri bagian bawah terdapat 2 garis yang berwarna kuning. Tulang daun menjari, bertoreh dalam berbagi 90%. Perbungaan muncul di ketiak daun.

Pengamatan yang kami lakukan kemudian kami bandingkan dengan literature, menurut Becari (1904). Pholidocarpus majadum merupakan tumbuhan pohon yang tingginya mencapai 130 kaki, dan termasuk palem paleman, memiliki batang seperti kelapa, tetapi lebih ramping dan kayunya lebih keras. Daunnya berbentuk seperti kipas yang biasanya digunakan untuk atap  gubuk. ( Beccari , 1904 : 266).

Manfaat

Palem biasanya digunakan sebagi tanaman hias. Daunnya dapat digunakan sebagai penutup atap. Selain itu batangnya dapat dimanfaatkan sebagi bahan anyaman ( Beccari , 1904 : 266)

 

 

 

.

 

4.2.7  Cinnamomum verum

 _  

__

 

 

 

 

 

 

 

 

Sistematika Taksonomi

Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Magnoliidae
Ordo: Laurales
Famili: Lauraceae
Genus: Cinnamomum
Spesies: Cinnamomum verum J.Presl

Habitus:

Habitus Cinnamomum verum J.Presl  adalah berupa pohon yang mnjulang tinggi ke atas. Tingginya sekitar 50 meter dari permukaan tanah, nama  umum dari Cinnamomum verum J.Presl  adalah kayu manis. Kayu manis (Cinnamomum verum, synonym C. zeylanicum) ialah sejenis pohon. Termasuk ke dalam jenis rempah-rempah yang amat beraroma, manis, dan pedas. Kayu manis adalah salah satu bumbu makanan tertua yang digunakan manusia. Bumbu ini digunakan di Mesir Kuno sekitar 5000 tahun yang lalu, dan disebutkan beberapa kali di dalam kitab-kitab Perjanjian Lama.

BATANG:

Batang Cinnamomum verum J.Presl dengan diameter 125 cm. Batang nya bulat, dan berkulit halus.Batang  Cinnamomum verum J.Presl yang di mangfaatkan ke dunia memasak, kesehatan, aromatic dan lain-lain. Batang berkayu dan bercabang-cabang.

DAUN:

Daun Cinnamomum verum J.Presl merupakan daun tunggal (oposite =berhadapan), bentuk daun bagian ujung runcing sampai meruncing.Pangkal daun melancip atau membagi.Bentuk daun nya bulat sampai lonjong.Daun tunggal, lanset, warna daun muda merah pucat setelah tua berwarna hijau. Daun kayu manis duduknya bersilang atau dalam rangkaian spiral. Panjangnya sekitar 9±12 cm dan lebar 3,4±5,4 cm, tergantung jenisnya. Warna pucuknya kemerahan, sedangkandaun tuanya hijau tua..Pertulangan menyirip kemudian ada pertulangan daun ke tiga. Panjang daun paling besar:24,5 cm.

 

BUNGA:

Perbungaan Cinnamomum verum J.Presl  muncul dari ujung pertumbuhan (Terminal) , berwarna kuning pucat. Perbungaan bentuk malai, tumbuh di ketiak daun, warna kuning. Bunganya berkelamin dua atau bunga sempurna dengan warna kuning,ukurannya kecil.

 

BUAH:

Buah buni, buah muda berwarna hijau dan setelah tua berwarna hitam.Buahnya adalah buah buni, berbiji satu dan berdaging. Bentuknya bulat memanjang, buah muda berwarna hijau tua dan buah tua berwarna ungu tua (Rismunandar dan Paimin, 2001)

 

AKAR:

Akar tunggang.

 

Manfaat:

Kulit kayu manis, yang merupakan salah satu jenis rempah-rempah itu, biasa digunakan untuk penambah rasa masakan, bahan pembuat kue, minuman, serta bahan baku jamu dan kecantikan. Kulit kayu manis juga bisa untuk bahan baku obat. Minyak kayu manis adalah minyak atsiri yang didapatkan dari tumbuhan kayumanis. Kulit kayu manis adalah jenis rempah-rempah yang banyak digunakan sebagai bahan pemberi aroma dan citarasa dalam makanan dan minuman, dan bahan aditif pada pembuatan parfum serta obat-obatan. Kulit kayu manis mengandung minyak atsiri dan oleoresin.

Manfaat Minyak atsiri ini digunakan sebagai bahan baku minyak wangi, kosmetik danobat ± obatan. Industri komestik dan minyak wangi menggunakan minyak atsiri sebagai bahan pembuatan sabun, pasta gigi, samphoo, lotion dan parfum.Industri makananmenggunakan minyak atsiri sebagai penyedap atau penambah cita rasa. Selama ini dauncengkeh kurang dimanfaatkan oleh para petani cengkeh sehingga terbuang begitu saja, padahal daun cengkeh dapat di kembangkan pengolahannya.Dalam penelitian ini minyak atsiri yang di hasilkan dari kayu manis diambil denganmetode distilasi uap. Beberapa metode destilasi yang popular dilakukan di berbagai perusahaan industri penyulingan minyak atsiri adalah Metode destilasi kering (langsung dari bahannya tanpa menggunakan air) metode ini paling sesuai untuk bahan tanaman yang keringdan untuk minyak-minyak yang tahan pemanasan dan Destilasi air, meliputi destilasi air danuap air dan destilasi uap air langsung. Metode ini dapat digunakan untuk bahan keringmaupun bahan segar dan terutama digunakan untuk minyak-minyak yang kebanyakan dapatrusak akibat panas kering.

Kayu manis identik digunakan sebagai bumbu dalam penganan dalam perayaan Natal. Tapi tidak hanya menghadirkan aroma manis dan pedas pada makanan saja, ramuan kayu manis dapat menjaga kesehatan Anda juga. Jika biasanya Anda menggunakan kayu manis hanya sebagai bahan tradisional dalam kue Natal dan kue pie, kayu manis (cinnamomum verum) adalah salah.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

 

Kebun raya Purwodadi didirikan pada tanggal 30 Januari 1941 oleh Dr. Lourens Gerhard Marinus Baas Becking atas prakarsa Dr. Dirk Fok van Slooten pada tanggal 30 Januari 1941 sebagai pemekaran dari Stasiun Percobaan ‘s Lands Plantentuin Buitenzorg atau Kebun Raya Bogor. Kebun ini merupakan salah satu dari tiga cabang Kebun Raya Indonesia (Kebun Raya Bogor).

Fungsi Kebun Raya Purwodadi :

Melakukan inventarisasi, Menyediakan fasilitas penelitian, Menyediakan fasilitas rekreasi di alam terbuka.

Koleksi Pohon dan Tumbuhan :

Polong-polongan, Angrek, palem,obat, paku dan bamboo. Yang mana pada penelitian ini kita mengamati pada tumbuhan tingkat tinggi. Sehingga yang kita dapatkan adalah jenis tumbuhan tingakat tinggi.

Ciri tubuh dari tumbuhan tingkat tinggi

Ukuran dan bentuk tubuh Tumbuhan berbiji berukuran makroskopik dengan ketinggian yang sangat bervariasi. Tumbuhan biji tertinggi berupa pohon dengan tinggi melebihi 100 m. masalnya pohon konifer Sequoiadendron giganteum d taman Nasional Yosemite California, dengan tinggi sektar 115 m dan diameter batang sekitar 14 m. Habitus atau perawakan tumbuhan berbiji sangat bervariasi, yaitu Pohon, misalnya jati, duku, kelapa, beringin, cemara; Perduk, misalnya mawar, kembang merak, kembang sepatu; semak, misalnya arbei; dan Herba, misalnya sayur-sayuran, bunga lili, serta bunga krokot.

Maka dari itu dengan adanya penelitian ini diharapkan para mahasiswa akan lebih bias memahami dan lebih mengerti pada jenis tumbuhan tingkat tinggi dan bias membedakan antara tumbuhan tingkat tinggi dan tingakat rendah. Karena dengan adanya penelitian ini tumbuhan tingkat tinggi dan tumbuhan tingkat rendah bias diketahui. Dan semoga bias bermanfaat bagi para praktikan dan pada sekitarnya.

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Beccari, odoardo.1904. Wandering Of In The Great Floreset Of Borneo. Newyork: Newyork Public Library

Gratiana, Emmy.2004. Informasi Singkat Benih. Bandung: Direktorat Perbenihan tanaman Hutan

Mus. 2010. http:www.plantamorf.com. Yogyakarta: diakses tanggal 10 April 2012

Samedi, dan I. Kurniati. 2002. Kajian Konservasi Eboni. Berita Biologi Vol. 6 No. 2. Edisi khusus manajemen Eboni Pusat Penelitian Biologi LIPI, Jakarta

Shvoong.2012.http://www.shvoong.blogspot.com. Diakses tanggal 10 april 2012

Soenarno. 1996. Degradasi Potensi Kayu Eboni (Diospyros celebica Bakh.) di Sulawesi Tengah dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Eboni. Balai Penelitian Kehutanan Ujung Pandang, Ujung Pandang.

Sudarsono.2010. Kamus Besar Biologi. Surabaya: Sinar Wijaya

Sunaryo. 2002. Konservasi Eboni (Diospyros celebica Bakh.). Vol: 6  No (2). Diakses tanggal 12 april 2012

Tjitrosoepomo, Gembong. 2010. Taksonomi Tumbuhan spermatophyte. Yogyakarta: UGM press

Waluyo, E. B. 2002. Gatra Etnobotani Eboni (Diospyros celebica Bakh.).Berita Biologi Vol. 6 No. 2. Edisi khusus manajemen Eboni. Pusat Penelitian Biologi LIPI, Jakarta.

http://www.dephut.go.id/informasi/hutkot. Diakses Tanggal 10 April 2012

http://fp.uns.ac.id/hamasains/ekotan.9.htm. Diakses Tanggal 10 April 2012

http://iklim.dirgantara-lapan.or.id. Diakses Tanggal 10 April 2012

http://bpthsulawesi.net. Diakses Tanggal 10 april 2012

http://www.irwantoshut.net/tipe_tipe_hutan_tropis.html . Diakses Tanggal 10 April 2012

 

 

 

 

 

 

 

 

MAKROALGA

28 Jun

Udotea flabellum Ellis

Nama latin : Udotea flabellum

   Udotea flabellum

 

 

Klasifikasi

Domain           Eukaryota

Kingdom    Plantae

Subkingdom     Viridaeplantae

Phylum       Chlorophyta
Class         Bryopsidophyceae

Order   Bryopsidales
Family    Udoteaceae
Genus       Udotea

Spesies  Udotea flabellum

(Ali, 2010).
Udotea  flabellum adalah sala satu alga hijau yang termasuk dalam ordo Bryopsidales dengan  genus Udotea. Ganggang ini ditemukan di dasar perairan laut dan menempel di dasar, Penampakan alga ini hampir mirip dengan Halimeda hanya mempunyai thalli yang lebih tipis berbentuk lembaran dan tidak membentuk segmen-segmen yang jelas. Bentuknya menyerupai kipas yang berlipat-lipat berwarna hijau pada bagian permukaan.

Udotea flabellum merupakan golongan divisi Chlorophyta atau Alga hijau yang  merupakan kelompok terbesar dari vegetasi algae. Algae hijau berbeda dengan devisi lainnya karena memiliki warna hijau yang jelas seperti tumbuhan tingkat tnggi karena mengandung pigmen klorofil a dan klorofil b lebih dominan dibandingkan karoten dan xantofit (Sulisetjono,2009:65).

Udotea  flabellum memiliki beberapa karakteristik yaitu talusnya berbentuk kipas, sedang kalsifikasi, soliter dengan porsi melampirkan pendek tebal memperluas segera menjadi pisau datar berbentuk tali, sering lobed, sangat zonate, dibedakan ke dalam zona terang dan gelap, fleksibel, baik kalsifikasi, melekat pada dasar melalui suatu memanjang , bulat, massa akar. Stipe silinder, sekitar 3 cm, 4 mm diameter, melebar di atas dan sangat diperluas ke flabellum luas. Para flabellum sekitar 10 cm, 15 cm luas, tidak teratur terbagi menjadi beberapa segmen. Daun yang terdiri internal filamen pluriseriate, sangat tegas koheren ke dalam korteks perusahaan. Pada filamen 25-45 pM diameter, padat bercabang, dengan berbagai teratur ditempatkan pedicellate pelengkap lateral, padat dan fasciculanya  bercabang dan terminating di truncate atau apieces dactyline. Blade sifon konstriksi atas dikotomi tidak ada atau sedikit jarang simetris; pelengkap lateral yang tidak teratur spasi, panjang bertangkai, bercabang dikotom, Apeks ramai, pendek, bulat.

Habitat dari makroalga hijau ini adalah di air laut, biasanya di zona pasang surut yang berdasar pasir bercampur Lumpur. Sering tumbuh dibawah kanopi padang lamun. Sebaran. Asli sebagai alge tropis. Banyak ditemukan di perairan Kepulauan Nusantara. Tumbuh di daerah terumbu karang umumnya.

Cadangan makanan pada ganggang hijau berupa amilum, tersusun sebagai rantai glukosa tidak bercabang yaitu amilose dan rantai yang bercabang yaitu amilopektin seringkali amilum terbentuk dalam granula bersama dengan bahan protein dalam plastida disebut pirenoid (Tjitrosoepomo,2009 :55).

Udotea flabellum

Dalam pemanfaatan secara ekonomis Udotea flabellum masih sangat minim,atau bahkan belum dimanfaatkan. Bila ditinjau secara biologi, alga merupakan kelompok tumbuhan yang berklorofil yang terdiri dari satu atau banyak sel dan berbentuk koloni. Di dalam alga terkandung bahan-bahan organik seperti polisakarida, hormon, vitamin, mineral, dan juga senyawa bioaktif. Sejauh ini pemanfaatan alga sebagai komoditiperdagangan atau bahan baku industri masih relatif kecil jika dibandingkan dengan keanekaragaman jenis alga yang ada di Indonesia. Padahal komponen kimiawi yang terdapat dalam alga sangat bermanfaat bagi bahan baku industri makanan, kosmetik, farmasi dan lain-lain (Ali,2010).

DAFTAR PUSTAKA

http://khasiatrumputlaut.blogspot.com/2011/02/udotea-flabellum-dawson.html.

Ali,Ashgar. 2010. Constributionto the AlgaFlora (Chlorophyta)offresh waters of Distryc swat. N.W.F.P., Pakistan.Vol 42 no.5. Department of Botany, G.P.G. Jahanzeb College Saidu Sharif Swa.7 November 2011.

Sulisetjono. 2009. Bahan Serahan Alga. Malang: Fakultas Sains Dan Teknologi UIN Malang.

Tjitrosoepomo, Gembong. 2009. Taksonomi Tumbuhan Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta, Pteridiphyta. Yogyakarta: UGM Press.

Tanaman Yang Berfungsi Sebagai Pewarna Dan Pengawet Makanan

28 Jun

TUGAS III

TANAMAN TERKAIT FUNGSI

(PEWARNA DAN PENGAWET)


Dosen Pengampu :

Drs. Sulisetjono, M.Si

Ainun Nikmati Laily, M.S

 

 

 

 

 

 

 


Disusun Oleh :

KELOMPOK 9

Riftin Mazidah     (10620106)

Ni’matur Rochmah   ( 10620109 )

Izzatul Muhimmah    (10620111)

 

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS SAIN DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANG

2012

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Makanan berperan penting dalam kehidupan makhluk hidup, sebagai sumber tenaga,pembangun, pengatur bahkan penyembuh sakit. Bahkan makanan harus terjamin mutunya, paling tidak diproses secara alami, tanpa tambahan zat kimia, sehingga baik untuk tubuh. Saat ini banyak ditemukan makanan yang mengandung zat kimia, yang berpotensi toksik pada tubuh. Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah zat yang ditambahkan pada makanan untuk memperbaiki tampilan makanan, misalnya menjadi lebih awet, tampil lebih menarik dan berasa lebih mantap (Nurmaini, 2001).

Cermine Cl digunakan sebagai tambahan makanan untuk pewarna makanan begitu juga dengan formalin sebagai bahan tambahan makanan dalam makanan. Formalin merupakan zat kimia racun bila tertelan akan menyebabkan iritasi lambung, mual muntah, mulas, mimisan, kerusakan ginjal, radang paru-paru, gangguan jantung, kerusakan hati, kerusakan saraf, iritasi kulit, kebutaan, kerusakan organ reproduksi, bahkan kematian (Hasyim dkk., 2006).

Makanan yang baik adalah makanan yang tidak merugikan tubuh kita. Kulit manggis merupakan pewarna alami yang baik untuk di konsumsi sebagai pewarna pada makanan, tanpa berpengaruh negative bagi tubuh.

1.2  Rumusan Masalah

  1. Apasajakah tanaman yang digunakan sebagai pewarna alami pada makanan?
  2. Apasajakah tanaman yang digunakan sebagai pengawet alami pada makanan?
  3. Mengapa harus menggunakan pewarna dan pengawet alami sebagai tambahan makanan?

1.3  Tujuan

  1. Untuk megetahui jenis tanaman sebagai pewarna alami pada makanan.
  2. Untuk mengetahui jenis tanaman sebagai pengawet alami pada makanan.
  3. Untuk mengetahui penggunaan pewarna dan pengawet alami sebagai tambahan makanan

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

2.1 KUNYIT  (Curcuma domestica L.)

  1. A.   Gambar

(Cakmus, 2012)

  1. B.   Sistematika Takson ( Cakmus, 2012):

Kingdom   Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom   Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi   Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divis   Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas  Commelinidae
Ordo  Zingiberales
Famili  Zingiberaceae (suku jahe-jahean)
Genus  Curcuma
Spesies  Curcuma domestica L.

Sinonim : Curcuma longa Val. Curcuma domestica Rumph. Curcuma longa Linn.

Famili : Zingiberaceae

Nama Lokal : Saffron ( Inggris), kurkuma ( Belanda ), Kunyit ( Indonesia), Kunir ( Jawa ), Koneng ( Sunda ), Konyet ( Madura ) ( Arisandi, 2002: 192).

  1. C.   Deskripsi        :

Kunyit yang memunyai nama latin Curcuma domestica Val. merupakan tanaman yang mudah diperbanyak dengan stek rimpang dengan ukuran 20-25 gram stek. Bibit rimpang harus cukup tua. Kunyit tumbuh dengan baik di tanah yang tata pengairannya baik, curah hujan 2.000 mm sampai 4.000 mm tiap tahun dan di tempat yang sedikit terlindung. Tapi untuk menghasilkan rimpang yang lebih besar diperlukan tempat yang lebih terbuka. Rimpang kunyit berwarna kuning sampai kuning jingga. (Sumiati , 2004.)

Tanaman kunyit ( Curcuma domestica Val.) adalah sejenis tanaman yang termasuk familia Zingiberaceae, tempat tumbuhnya terutama di pulau Jawa          ( Kartasapoetra, 1996:60).

Termasuk salah satu  tanaman rempah dan obat, habitat asli tanaman ini meliputi wilayah asia khususnya asia tenggara. Tanaman ini kemudian mengalami persebaran ke daerah Indo-Malaysia,Indonesia,Australia bahkan Afrika. Hampir setiap bangsa Asia umumnya pernah mengonsumsi tanaman rempah ini. Baik sebagai pelengkap bumbu masak,jamu atau untuk menjaga kesehatan dan kecantikan (Arisandi, 2008: 192).

Tanaman kunyit tumbuh bercabang dengan ketinggian 40-100 cm. Batang merupakan batang semu, tegak, bulat, membentuk rimpang dengan warna hijau kekuningan dan tersusun dari pelepah daun ( agak lunak). Daun tunggal, bentuk bulat telur ( lanset) memanjang hingga 10-40 cm, lebar 8-12.5 cm dan pertulangan menyirip dengan  warna hijau pucat. Berbunga majemuk, berambut, dan bersisik dari pucuk batang semu, panjang 10-15 cm dengan mahkota sekitar 3 cm dan lebar 1.5 cm, serta berwrna putih/ kekuningan. Ujung dan pangkal daun runcing serta tepi daun rata. Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan dan daging buah merah jingga kekuning-kuningan ( Johani, 2002:14).

Menurut Steenis ( 2006), tanaman yang termasuk family Zingiberaceae ini merupakan tanaman herba menahun dengan akar rimpang. Batang tegak. Daun kerap kali jelas 2 baris dengan pelepah yang memeluk batang dan lidah diantara batas pelepah dan helain daun. Bunga zygomorph, berkelamin 2. Kelopak berbentuk tabung dengan ujung yang bertaju kerap kali terbelah serupa pelepah. Daun mahkota 3, pada pangkalnya melekat. Benang sari sempurna 1, penghubung benang sari kerap kali lebar, ruang sari 2. Staminodia hampir selalu 3. Bakal buah tenggelam tenggelam, beruang 3 atau 1. Tangkai putik sangat langsing, dengan ujung terjepit di antara kedua benang sari. Kepala sari melebar. Buah kotak kebanyakan berkatup 3, kadang-kadang tidak pecah.

Menurut Tjitrosoepomo ( 2005), rimpang ( rhizoma ) sesungguhnya adalah batang beserta daunnya yang terdapat di dalam tanah, bercabang-cabang dan tumbuh mendatar dan dari ujungnya dapat tumbuh tunas yang muncul di atas tanah dan dapat merupakan suatu tumbuhan baru. Rimpang disamping digunakan sebagai alat perkembangbiakan juga merupakan tempat penimbunan zat-zat makanan cadangan.

Akar tinggal pada kunyit memiliki ciri-ciri yaitu berbentuk bulat atau jorong, bergaris tengah ±5 cm, panjangnya sekitar 2 cm sampai 6 cm, lebar sekitar 1 cm sampai 3 cm. Bagian tepi akar tersebut berkeriput, bagian luar bewarna coklat muda kemerah-merahan ( Kartasapoetra, 1996:60).

  1. D.   Manfaat          :

Bagian kunyit yang terpenting sebagai bahan obat adalah bagian akar tinggalnya, yang mempunyai bau khas dan rasanya agak pahit. Sedang kandungan dalam akar tinggalmnya yaitu zat kuning kurkumin, minyak atsiri, hidrat arang, dammar, gom dan pati. Dengan dosis antara 8 gram sampai 12 gram bahan-bahan obat ini baik digunakan untuk obat diare, karminativa, kolagoga, dan skabisida ( Kartasapoetra, 1996:60).

Kunyit termasuk salah satu tanaman rempah dan obat. Hampir setiap orang Indonesia dan India serta bangsa Asia umumnya mengonsumsi tanaman rempah ini, baik sebagai pelengkap masakan, jamu atau untuk menjaga kesehatan dan kecantikan ( Johani, 2002:14).

Kunyit telah dikenal sebagai tanaman serbaguna. Selain digunakan untuk ramuan jamu, rimpang atau umbi kunyit juga bermanfaat sebagai anti inflamasi ( paradangan ), antioksidan, dan pembersih darah( Johani, 2002:15).

Kunyit mengandung senyawa kimia yang berkhasiat obat, yang disebut kurkuminoid yang terdiri dari kurkumin, desmetoksikumin dan bisdesmetoksikurkumin dan zat- zat manfaat lainnya Kandungan Zat : Kurkumin : R1 = R2 = OCH3 10 % Demetoksikurkumin : R1 = OCH3, R2 = H 1 – 5 % Bisdemetoksikurkumin: R1 = R2 = H sisanya Minyak asiri / Volatil oil (Keton sesquiterpen, turmeron, tumeon 60%, Zingiberen 25%, felandren, sabinen, borneol dan sineil ) Lemak 1 -3 %, Karbohidrat 3 %, Protein 30%, Pati 8%, Vitamin C 45-55%, Garam-garam Mineral (Zat besi, fosfor, dan kalsium) sisanya( IPTEKnet,2005).

Kunyit menurut Arisandi ( 2002), Kunyit dapat digunakan untuk mengobati diabetes mellitus, tifus, usus buntu, disentri, sakit keputihan, haid tidak lancar, perut mulas saat haid, memperlancar ASI, amandel, berak lender, morbili, dan cangkrang ( Waterproken).

Beberapa kandungan kimia dari rimpang kunyit yang telah diketahui yaitu minyak atsiri sebanyak 6% yang terdiri dari golongan senyawa monoterpen dan sesquiterpen (meliputi zingiberen, alfa dan beta-turmerone), zat warna kuning yang disebut kurkuminoid sebanyak 5% (meliputi kurkumin 50-60%, monodesmetoksikurkumin dan bidesmetoksikurkumin), protein, fosfor, kalium, besi dan vitamin C. Dari ketiga senyawa kurkuminoid tersebut, kurkumin merupakan komponen terbesar. Sering kadar total kurkuminoid dihitung sebagai % kurkumin, karena kandungan kurkumin paling besar dibanding komponen kurkuminoid lainnya. Karena alasan tersebut beberapa penelitian baik fitokimia maupun farmakologi lebih ditekankan pada kurkumin. (Sumiati , 2004).

2.2   BLIMBING WULUH (Averhoa bilimbi)

A.   Gambar

(Cakmus, 2012)

 

B.   Sistematika Takson ( Cakmus, 2012):

Kingdom  Plantae (tumbuhan)
Subkingdom  Tracheobionta (berpembuluh)
Superdivisio  Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisio  Magnoliophyta (berbunga)
Kelas  Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub-kelas  Rosidae
Ordo  Geraniales
Familia  Oxalidaceae (suku belimbing-belimbingan)
Genus  Averrhoa
Spesies  Averrhoa bilimbi L .

 

  1. C.   Deskripsi:

 

Pohon kecil, tinggi mencapai 10 m dengan batang yang tidak begitu besar, mempunyai garis tengah sekitar 30 cm. Ditanam sebagai pohon buah, kadang tumbuh liar di dataran rendah sampai 500 m – dpl. Pohon yang berasal dari Amerika Tropis ini menghendaki tempat tumbuh yang tidak ternaungi namun cukup lembab. Blimbing wuluh mempunyi batang kasar berbenjol-benjol, percabangan sedikit, arahnya condong ke atas. Cabang muda berambut halus seperti bludru, warnanya coklat muda. Daun berupa daun majemuk menyirip ganjil dengan 21 – 45 pasang anak daun yang bertangkai pendek, bentuknya bulat telur sampai jorong, ujung runcing, pangkal membundar, tepi rata, panjang 2 – 10 cm, lebar 1 – 3 cm, warnanya hijau, permukaan bawah hijau muda (Arisandi. 2008).

Menurut Steenis (2006), tinggi tanaman ini yaitu antara 5 – 12 m. Tanda bekas daun bentuk tonjolan. Anak daun bentuk bulat telur memanjang, meruncing, 1,5 – 9 kali 1 – 4,5 cm, ke arah ujung proses semakin besar, bawah hijau biru. Malai bunga kebanyakan terkumpul rapat, panjangnya 1,5 – 7,5 cm. bunga sebagian dengan benang sari pendek dan tangkai lk 4 mm. dan mahkota di tengah bergandengan, bulat telur terbalik memanjang, dengan pangkal dan tepi pucat. 5 Benang sari yang di depan daun mahkota mereduksi menjadi staminodia. Buah buni bulat memanjang, dengan 5 rusuk yang tajam, kuning muda, panjang 4 – 13 cm. ditanam sebagai pohon buah, kadang-kadang menjadi liar.

Tinggi 5 – 10 cm. tanda bekas daun bentuk ginjal atau jantung. Anak daun bulat telur atau memanjang, meruncing, 2 – 10 kali 1- 3 cm, ke arah ujung poros lebih besar, bawah hijau muda. Malai bunga menggantung, panjang 5 – 20 cm. Bunga semuanya dengan panjang tangkai putik yang sama. Kelopak panjang lk 6 mm. daun mahkota tidak atau hampir bergandengan, bentuk spatel atau lanset, dengan pangkal yang pucat. 5 Benang sari di depan daun mahkota mereduksi menjadi staminodia. Buah buni persegi membulat tumpul, kuning hijau, panjang 4 – 6,5 cm. Tanah asal tidak dikenal. Ditanam sebagai pohon buah, kadang-kadang menjadi liar. Belimbing, Ind, J, S, Md, Calingcing, S. Averhoa bilimbi L.

Perbungaan tanaman ini berupa malai, berkelompok, keluar dari batang atau percabangan yang besar. Bunga kecil-kecil berbentuk bintang warnanya ungu kemerahan. Buahnya buah buni, bentuknya bulat lonjong persegi, panjang 4 – 6,5 cm, warnanya hijau kekuningan. Bila masak berair banyak, rasanya asam. Biji bentuknya bulat telu, gepeng (Arisandi. 2008).

  1. D.   Manfaat

Daun belimbing wuluh berkhasiat untuk mengurangi rasa sakit atau nyeri dan pembunuh kuman serta dapat menurunkan kadar gula darah, bunganya juga dapat digunakan sebagai obat batuk dan perasan air buah sangat baik untuk asupan vitamin C dan di samping itu perasan buah juga dapat dipakai untuk keramas sebagai penghilang antiketombe, atau digosokkan sebagai penghilang panu (Arland, 2006). Rasa asam dan sejuk pada buah belimbing wuluh dapat menghilangkan sakit, memperbanyak pengeluaran empedu, antiradang, peluruh kencing (Wijayakusuma, 2006).

Tanaman belimbing wuluh, baik pada batang, buah dan daun, berdasarkan hasil pengujian secara in vitro pada bakteri Escherichia coli (E. coli), Staphylococcus aureus (S. aureus), Micrococcus luteus (M. luteus) dan Pseudomonas fluorescens (P. fluorescens) menunjukkan potensi yang aktif sebagai antibakteri. Senyawa aktif yang diduga yang terdapat pada tanaman belimbing wuluh yang bersifat sebagai antibakteri antara lain, senyawa-senyawa metabolit skunder tannin, flavonoid, alkaloid, tannin, terpenoid, saponin.

Tanaman belimbing wuluh ini baik daun, buah bahkan batangnya mempunyai manfaat dan khasia, batang belimbing wuluh (Faradisa, 2008) dan buah belimbing wuluh (Latifah, 2008), daun belimbing wuluh (Ummah, 2010 dan Mukhlisoh, 2010) secara laboratories mempunyai potensi sebagai antimikroba.

  1. Batang

Senyawa saponin yang terdapat dalam batang Belimbing Wuluh di duga mempunyai potensi sebagai antimikroba. Pada penelitian ini ekstraksi dengan metode ekstraksi bertahap dilakukan sebanyak dua kali. Kadar ekstrak kasar saponin yang diperoleh 0,35 % b/b. Ekstrak saponin dapat menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus pada konsentrasi 200 mg/mL dan terus meningkat sampai pada konsentrasi 800 mg/mL. Akan tetapi efektivitas ekstrak saponin hasil isolasi sebagai antimikroba terhadap S. aureus memberikan zona hambat yang lebih kecil dibandingkan zona hambat antibiotik standar (pinisilin), jadi treatmen ekstrak kasar saponin pada penelitian ini termasuk dalam kategori resisten dalam menghambat pertumbuhan bakteri s. aureus. Zona hambatan terhadap E. coli ditunjukkan pada konsentrasi 300 mg/mL.Pada konsentrasi 300 mg/mL dan terus mengalami peningkatan zona hambat sampai konsentrasi 1000 mg/mL.Akan tetapi efektivitas ekstrak saponin hasil isolasi memberikan zona hambat yang lebih kecil dibandingkan zona hambat antibiotik standar (streptomycin), jadi treatmen ektrak kasar saponin pada penelitian ini termasuk dalam kategori resisten dalam menghambat pertumbuhan bakteri E. coli (Faradisa, 2008).

  1. Daun
    Hasil uji aktifitas antibakteri daun belimbing wuluh dengan pelarut aseton :air (7:3) terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli menunjukkan bahwa pada konsentrasi 50 mg/ml sampai 400 mg/ml senyawa tanin memiliki aktivitas antibakteri untuk kedua bakteri uji, berdasarkan uji BNT 1 % untuk bakteri S.aureus diketahui konsentrasi ekstrak 150, 250, 300, 350, dan 400 mg/mL berpengaruh sangat nyata (p < 0,01) di antara konsentrasi lain sedangkan untuk E. coli diketahui konsentrasi ekstrak 100, 150, 250, 300, 350, dan 400 mg/mL berpengaruh sangat nyata (p < 0,01) (Hayati dkk, 2009).
    Penelitian (Jannah dkk, 2010) menyebutkan bahwa, ekstrak aquades daun Belimbing Wuluh yang di ujikan secara invitro pada bakteri yang menyebabkan kebusukan pada ikan yaitu M. luteusdan P. Flurescens mempunyai potensi sebagai antibakteri. Uji aktivitas bakteri M. luteus diketahui zona hambat pada 0,1-0,8 mg/mL menunjukkan respon hambat,sedangkan konsentrasi 1 mg/mL menunjukkan respon bunuh terhadap pertumbuhan bakteri. Pada bakteri M. luteus diketahui respon hambat sedang, pada 0,1; 0,2; 0,4 mg/mL sedangkan konsentrasi 0,6 dan 0,8 mg/mL menunjukkan respon hambat pertumbuhan kuat. Pada bakteri P. fluorescens hanya memberikan respon hambat. Zona hambat pada 0,1; 0,2 mg/mL menunjukkan respon hambat pertumbuhan sedang. Pada 0,4 mg/mL menunjukkan respon hambat pertumbuhan kuat. Pada 0,6; 0,8 dan 1,0 mg/mL menunjukkan respon hambat pertumbuhan sangat kuat. Senyawa aktif yang memberikan sifat antibakteri tersebut adalah senyawa tannin, karena tannin adalah senyawa polar dan dimungkinkan larut dalam pelarut air.
  2. Buah
    Ekstrak etanol dari buah belimbing wuluh, menunjukkan uji positif pada pengujian flavonoid dan terpenoid. Senyawa flavonoid dan terpenoid diduga bersifat aktif sebagai antimikroba.Ekstrak kasar buah belimbing wuluh masih bersifat efektif sebagai antibakteri terhadap bakteri S. aureus dan E. coli, namun ekstrak etanol memberikan zona hambat yang lebih kecil jika dibandingkan dengan zona hambat antibiotik standar pinnisilin.diketahui konsentrasi ekstrak 300, 350, 400 dan 450 mg/mL berpengaruh sangat nyata (p < 0,01) di antara konsentrasi lain (Latifah 2008).

2.3  MANGGIS (Garcinia mangostana L.)

  1. A.   Gambar

( Cakmus ,2012)

  1. B.   Sistematika Takson ( Cakmus , 2012):

Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Dilleniidae
Ordo: Theales
Famili: Clusiaceae
Genus: Garcinia
Spesies: Garcinia mangostana L.

  1. C.   Deskripsi

Manggis (Garcinia mangostana L.) adalah sejenis pohon hijau abadi dari daerah tropika yang diyakini berasal dari Kepulauan Nusantara. Tumbuh hingga mencapai 7 sampai 25 meter. Buahnya juga disebut manggis, berwarna merah keunguan ketika matang, meskipun ada pula varian yang kulitnya berwarna merah. Buah manggis dalam perdagangan dikenal sebagai “ratu buah”, sebagai pasangan durian, si “raja buah”. Buah ini mengandung xanthone,Xanthone mempunyai aktivitas antiinflamasi dan antioksidan. Sehingga di luar negeri buah manggis dikenal sebagai buah yang memiliki kadar antioksidan tertinggi di dunia ( Makabori, 1999 ).

Dijelaskan bahwa tumbuhan yang bernama latin Garcinia mangostana ini memiliki batang kayu keras. Cabangnya teratur, berkulit coklat, dan bergetah. Buah bernama Latin Garcinia mangostana L. ini termasuk famili Guttiferae dan merupakan spesies terbaik dari genus Garcinia. Manggis termasuk buah eksotik yang sangat digemari oleh konsumen, baik di dalam maupun luar negeri, karena rasanya yang lezat, bentuk buah yang indah, dan tekstur daging buah yang putih halus. Tidak jarang jika manggis mendapat julukan Queen of tropical fruit (Ratunya Buah-buahTropik). Manggis merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari hutan tropis yang teduh di kawasan Asia Tenggara, antara lain Indonesia. Dari Asia Tenggara, tanaman ini menyebar ke daerah Amerika Tengah dan daerah tropis lainnya seperti Srilanka, Malagasi, Karibia, Hawaii dan Australia Utara. Di Indonesia manggis disebut dengan berbagai macam nama lokal seperti Manggu (Jawa Barat), Manggus (Lampung), Manggusto (Sulawesi Utara), Manggista (Sumatera Barat) (Roni, 2004: 57-58).

Pohon manggis tinggi 6-12 m. Daun oval memanjang, meruncing pendek. 2 daun kelopak yang terluar hijau kuning, 2 yang terdalam lebih kecil, bertepi merah, melengkung kuat, tumpul. Daun mahkota bentuk telur terbalik, berdaging tebal, hijau kuning, tepi merah atau hamper semua merah. Staminodia kerap kali dalam kelompok. Bakal buah beruang 4-8. Kepala putik berjari-jari 4-8. Buah bentuk bola tertekan, garis tengah 3,5-7 cm, ungu tua, deengan kepala putik duduk, besar dan kelopak tetap. Dinding buah tebal, berdaging, ungu, dengan getah kuning. Biji 1-3, diselimuti oleh selaput bijiyang tebal berair, putih, dapat dimakan (juga biji yang gagal tumbuh sempurna) ( Steenis, 2006: 296).

  1. D.   Manfaat

Buah manggis dapat disajikan dalam bentuk segar, sebagai buah kaleng, dibuat sirop/sari buah. Secara tradisional buah manggis adalah obat sariawan, wasir dan luka. Kulit buah dimanfaatkan sebagai pewarna termasuk untuk tekstil dan air rebusannya dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Batang pohon dipakai sebagai bahan bangunan, kayu bakar/ kerajinan ( Http://mbkendri.wordpress.com).

Buah manggis dapat disajikan dalam bentuk segar, sebagai buah kaleng, dibuat sirop/sari buah. Secara tradisional buah manggis adalah obat sariawan, wasir dan luka. Kulit buah dimanfaatkan sebagai pewarna termasuk untuk tekstil dan air rebusannya dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Batang pohon dipakai sebagai bahan bangunan, kayu bakar/ kerajinan (http://www.naturindonesia.com)

Kulit buahnya mengandung senyawa pektin, tanin, dan resin yang dimanfaatkan untuk menyamak kulit dan sebagai zat pewarna hitam untuk makanan dan industri tekstil. Kulit buah manggis mengandung flavan-3,4-diols, yang tergolong senyawa tanin, dan bisa digunakan sebagai pewarna alami pada kain. Tanin termasuk salah satu zat pewarna alami yang terdapat pada berbagai tumbuhan, termasuk kulit manggis, Untuk mendapatkan pewarna kuning sampai coklat, yang sering digunakan pada batik tradisional, dapat memanfaatkan kulit manggis yang kaya tanin tersebut. Kulit manggis bisa dimanfaatkan sebagai pewarna alami dan bahan baku obat-obatan. Kulit ini mengandung senyawa xanton yang meliputi mangostin, mangostenol, mangostinon A, mangostenon B, trapezifolixanthone, tovophyllin B, alfamangostin, beta mangostin, garcinon B, mangostanol, flavonoid epicatechin, dan gartanin. Senyawa xanton hanya dihasilkan oleh genus Garcinia. Di luar negeri kulit manggis sudah dimanfaatkan sebagai suplemen diet, antioksidan, dan antikanker ( Husodo, 1999: 85-86).

2.4  MENGKUDU (Morinda citrifolia L.)

  1. A.   Gambar   

(Http://tulisannugroho.wordpress.com).

  1. B.   Sistematika Takson ( Cakmus ,2012):
    Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
    Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
    Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
    Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
    Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
    Sub Kelas: Asteridae
    Ordo: Rubiales
    Famili: Rubiaceae (suku kopi-kopian)
    Genus: Morinda
    Spesies: Morinda citrifolia L.
  1. C.   Deskripsi

Tanaman ini tumbuh di dataran rendah hingga pada ketinggian 1500 m. Tinggi pohon mengkudu mencapai 3-8 m, memiliki bunga bongkol berwarna putih. Buahnya merupakan buah majemuk, yang masih muda berwarna hijau mengkilap dan memiliki totol-totol, dan ketika sudah tua berwarna putih dengan bintik-bintik hitam (Bangun, 2002: 34).

Tumbuh liar di tepi pantai dan ditanam di seluruh Nusantara. Tumbuhan ini dapat tumbuh pada lahan dengan ketinggian 1-1500 m dpl.  : Mengkudu (Morinda citrifolia) termasuk jenis kopi-kopian. Mengkudu dapat tumbuh di dataran rendah sampai pada ketinggian tanah 1500 meter diatas permukaan laut. Mengkudu merupakan tumbuhan asli dari Indonesi. Tumbuhan ini mempunyai batang tidak terlalu besar dengan tinggi pohon 3-8 m. Daunnya bersusun berhadapan, panjang daun 20-40 cm dan lebar 7-15 cm. Bunganya berbentuk bungan bongkol yang kecil-kecil dan berwarna putih. Buahnya berwarna hijau mengkilap dan berwujud buah buni berbentuk lonjong dengan variasi trotol-trotol. Bijinya banyak dan kecil-kecil terdapat dalam daging buah. Pada umumnya tumbuhan mengkudu berkembang biak secara liar di hutan-hutan atau dipelihara orang pinggiran-pinggiran kebun rumah (Http://tanamanherbal.wordpress.com).

Pohon mengkudu tidak begitu besar, tingginya antara 4-6 m. batang bengkok-bengkok, berdahan kaku, kasar, dan memiliki akar tunggang yang tertancap dalam. Kulit batang cokelat keabu-abuan atau cokelat kekuning-kuniangan, berbelah dangkal, tidak berbulu,anak cabangnya bersegai empat. Tajuknya suklalu hijau sepanjang tahun. Kayu mengkudu mudah sekali dibelah setelah dikeringkan. Bisa digunakan untuk penopang tanaman lada.

Berdaun tebal mengkilap. Daun mengkudu terletak berhadap-hadapan. Ukuran daun besar-besar, tebal, dan tunggal. Bentuknya jorong-lanset, berukuran 15-50 x 5-17 cm. tepi daun rata, ujung lancip pendek. Pangkal daun berbentuk pasak. Urat daun menyirip. Warna hiaju mengkilap, tidak berbulu. Pangkal daun pendek, berukuran 0,5-2,5 cm. ukuran daun penumpu bervariasi, berbentuk segi tiga lebar. Daun mengkudu dapat dimakan sebagai sayuran. Nilai gizi tinggi karena banyak mengandung vitamin A .

Perbungaan mengkudu bertipe bonggol bulat, bergagang 1-4 cm. Bunga tumbuh di ketiak daun penumpu yang berhadapan dengan daun yang tumbuh normal. Bunganya berkelamin dua. Mahkota bunga putih, berbentuk corong, panjangnya bisa mencapai 1,5 cm. Benang sari tertancap di mulut mahkota. Kepala putik berputing dua. Bunga itu mekar dari kelopak berbentuk seperti tandan. Bunganya putih, harum .

Kelopak bunga tumbuh menjadi buah bulat lonjong sebesar telur ayam bahkan ada yang berdiameter 7,5-10 cm. Permukaan buah seperti terbagi dalam sel-sel poligonal (segi banyak) yang berbintik-bintik dan berkutil. Mula-mula buah berwarna hijau, menjelang masak menjadi putih kekuningan. Setelah matang, warnanya putih transparan dan lunak. Daging buah tersusun dari buah-buah batu berbentuk piramida, berwarna cokelat merah. Setelah lunak, daging buah mengkudu banyak mengandung air yang aromanya seperti keju busuk. Bau itu timbul karena pencampuran antara asam kaprik dan asam kaproat (senyawa lipid atau lemak yang gugusan molekulnya mudah menguap, menjadi bersifat seperti minyak atsiri) yang berbau tengik dan asam kaprilat yang rasanya tidak enak. Diduga kedua senyawa ini bersifat aktif sebagai antibiotic .

Mengkudu termasuk jenis tanaman pohon dan berbatang bengkok, ketinggian dapat mencapai 3-8 m. Daun tunggal dengan ujung dan pangkal kebanyakan runcing. Buahnya termasuk buah bongkol, benjol-benjol tidak teratur,berdaging, jika masak daging buah berair. Buah masak berwarna kuning kotoratau putih kekuning-kuningan dengan panjang 5-10 cm, lebar 3-6 cm ( Suryowinoto,1997).

Perdu atau pohan yang bengkok, 3-8 m tingginya. Kulit kekuningan. Daun penumpu bulat telur, bertepi rata, hijau kekuningan, gundul, hingga 1,5 cm panjangnya, dibawah karangan bunga selalu cukup tinggi dan tumbuh menjadi satu. Daun kebanyakan bersilang berhadapan, bertangkai, bulat telur lebar hingga bentuk elips, kebanyakan dengan ujung runcing, sisi atas hijau tua mengkilat, sama seekali gundul. Bunga bongkol bertangkai, rapat, berbunga banyak, diketiak. Bunga berbilang 5-6, berbau harum. Mahkota bentuk tabung bentuk terompet, putih dalam lehernya berambut wol, taju sempit. Benang sari 5, tumbuh jadi satu dengan tabung mahkota hingga tinggi, tangkai sari berambut wol. Bakal buah pada ujungnya dengan kelopak yang tetap tinggal yang berwarna hijau kekuningan. Tangkai buah 3-5 cm. Buah bongkol berbenjol-benjol tidak teratur, jika masak berdaging dan berair, kuning kotor atau putih kuning, 5-10 cm panjangnya; intinya keras seperti tulang, coklat merah, bentuk memanjang segitiga (Steenis, 2006: 388-389).

  1. D.   Manfaat

Pemakaian formalin pada makanan sangat tidak dianjurkan karena formalin mengandung zat formaldehid bersifat racun, iritasi lambung, alergi, bersifat karsinogenik dan bersifat mutagen, sehingga perlu usaha untuk menemukan bahan pengawet dari bahan yang alami. Hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa buah mengkudu mengandung senyawa antimikroba, sehingga berpeluang dimanfaatkan sebagai pengawet alami. Ekstrak buah mengkudu sebagai pengawet alami daging dan ikan segar. Bahwa uji in vitro menunjukkan ekstrak etanol buah mengkudu mempunyai konsentrasi hambatan minimal sebesar 40%, sedangkan uji in vivo menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak optimal tercapai pada konsentrasi 70% (Harborne, 1996: 77).

Zat nutrisi: secara keseluruhan mengkudu merupakan buah makanan bergizi lengkap. Zat nutrisi yang dibutuhkan tubuh, seperti protein, viamin, dan mineral penting, tersedia dalm jumlah cukup pada buah dan daun mengkudu. Selenium, salah satu mineral yang terdapat pada mengkudu merupakan antioksidan yang hebat. Berbagai jenis senyawa yang terkandung dalam mengkudu : xeronine, plant sterois,alizarin, lycine, sosium, caprylic acid, arginine, proxeronine, antra quinines, trace elemens, phenylalanine, magnesium, dll. Zat anti kanker. Zat-zat anti kanker yang terdapat pada mengkudu paling efektif melawan sel-sel abnormal (Bangun, 2002: 35).

 

 

 

 

2.5  LIDAH  BUAYA ( Aloe vera L.)

  1. A.   Gambar

                                                                                                            (Cakmus, 2012)

  1. B.   Sistematika Takson ( Cakmus, 2012):
    Kingdom   Plantae (Tumbuhan)
    Subkingdom   Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
    Super Divisi   Spermatophyta (Menghasilkan biji)
    Divisi  Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
    Kelas   Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
    Ordo  Asparagales
    Famili  Asphodelaceae
    Genus   Aloe
    Spesies   Aloe vera L.

 

  1. C.   Deskripsi

Lidah buaya (Aloe vera L.) tumbuh liar di tempat yang berhawa panas.  Tumbuhan liar di tempat yang berhawa panas atau ditanam di pot dan pekarangan rumah sebagai tanaman hias. Akar Akar tanaman Aloe Vera berupa akar serabut yang pendek dan berada di permukaan tanah. Panjang akar berkisar antara 50 – 100 cm. Untuk pertumbuhannya tanaman menghendaki tanah yang subur dan gembur di bagian atasnya.

Pada batangnya tidak kelihatan karena tertutup oleh daun-daun yang rapat dan sebagian terbenam dalam tanah. Melalui batang ini akan muncul tunas-tunas yang selanjutnya menjadikan anakan. Aloe Vera yang bertangkai panjang juga muncul dari batang melalui celah-celah atau ketiak daun. Batang Aloe Vera juga dapat disetek untuk perbanyakan tanaman. Peremajaan tanaman ini dilakukan dengan memangkas habis daun dan batangnya, kemudian dari sisa tunggul batang ini akan muncul tunas-tunas baru atau anakan. Bentuk daun  agak runcing berbentuk taji, tebal, getas, tepinya bergerigi/ berduri kecil, permukaan berbintik-bintik, panjang 15-36 cm, lebar 2-6 cm, bunga bertangkai yang panjangnya 60-90 cm.  Daun Daun tanaman Aloe Vera berbentuk pita dengan helaian yang memanjang. Daunnya berdaging tebal, tidak bertulang, berwarna hijau keabu-abuan, bersifaat sukulen (banyak mengandung air) dan banyak mengandung getah atau lendir (gel) sebagai bahan baku obat. Tanaman lidah buaya tahan terhadap kekeringan karena di dalam daun banyak tersimpan cadangan air yang dapat dimanfaatkan pada waktu kekurangan air. Bentuk daunnya menyerupai pedang dengan ujung meruncing, permukaan daun dilapisi lilin, dengan duri lemas dipinggirnya. Panjang daun dapat mencapai 50 – 75 cm, dengan berat 0,5 kg – 1 kg, daun melingkar rapat di sekeliling batang bersaf-saf. Bunga  berwarna kuning kemerahan (jingga), Banyak di Afrika bagian Utara, Hindia Barat. a. Batang Tanaman Aloe Vera berbatang pendek.  Bunga Aloe Vera berwarna kuning atau kemerahan berupa pipa yang mengumpul, keluar dari ketiak daun. Bunga berukuran kecil, tersusun dalam rangkaian berbentuk tandan, dan panjangnya bisa mencapai 1 meter. Bunga biasanya muncul bila ditanam di pegunungan.

  1. D.   Manfaat
    Khasiat lidah buaya  sebagai penyubur rambut, penyembuh luka, dan perawatan kulit, telah lama dikenal masyarakat Indonesia. Bahkan, lidah buaya juga dapat dikembangkan sebagai produk minuman segar. Potensi lidah buaya sangat baik untuk terus dikembangkan, salah satunya dengan pengembangan produk lidah buaya atau  Aloe vera sebagai bahan pengawet alami. Kandungan enzim oksidase dapat dimanfaatkan sebagai antioksidan dalam peningkatan daya simpan bahan pangan.

Potensi lidah buaya yang mengandung enzim oksidase sebagai antioksidan merupakan hal yang dapat dikembangkan. Hal ini menyiratkan bahwa tanaman lidah buaya berpotensi sebagai bahan pengawet alami terhadap bahan pangan sehingga dapat meningkatkan daya simpan bahan pangan tersebut.Pengawetan sendiri bertujuan untuk menghambat terjadinya pembusukan bahan pangan dan menjamin kualitas awal bahan pangan agar tetap terjaga selama mungkin. Salah satu peranan bahan pengawet adalah sebagai antioksidan. Sebagai antioksidan, zat-zat pengawet akan menekan reaksi yang terjadi pada saat pangan berkontak dengan oksigen, sinar panas dan beberapa logam sehingga dapat mencegah  terjadinya kebusukan dan munculnya noda-noda hitam pada produk pangan.

Buah-buahan memiliki manfaat gizi yang sangat baik bagi tubuh, namun banyak buah memiliki daya simpan yang cukup singkat sehingga menyebabkan buah tersebut cepat membusuk. Pengawetan terhadap buah-buahan sangat sering dilakukan oleh masyarakat. Namun, pengawetan dengan menggunakan bahan alami untuk menghindari efek dari bahan kimia pengawet, masih sangat jarang dilakukan oleh masyarakat luas. Peningkatan daya simpan dari buah-buahan melalui pengawet alami dapat dikembangkan. Pengawetan dengan bahan alami menggunakan gel lidah buaya dapat dijadikan perhatian oleh masyarakat luas mengingat adanya enzim oksidase sebagai sifat antioksidan dalam gel lidah buaya. Gel lidah buaya (Aloe vera) dikenal mempunyai efek untuk mengobati kulit yang terbakar dan mengalami iritasi (Furnawanthi, 2007).

Berdasarkan hasil penelitian para ahli, tanaman lidah buaya kaya akan kandungan zat-zat seperti: asam amino, mineral, vitamin, enzim, dan beberapa zat lain sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Selain itu, menurut Wahyono E dan Kusnandar (2002), lidah buaya juga berkhasiat sebagai anti jamur, anti bakteri, anti inflamasi, dan dapat membantu proses regenerasi sel. Di samping menurunkan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes, mengontrol tekanan darah, menstimulasi kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit kanker, serta dapat digunakan sebagai nutrisi bagi penderita HIV/AIDS.

Dengan beragam manfaat yang terkandung dalam lidah buaya, pemanfaatannya kurang optimal oleh masyarakat yang hanya memanfaatkannya sebagai penyubur rambut.

 

2.6  DAUN SUJI (Dracaena angustifolia)

  1. A.   Gambar

(Cakmus. 2012)

  1. B.   Sistematika Takson ( Cakmus,2012):
  • Kingdom   Plantae (Tumbuhan)
    Subkingdom   Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
    Super Divisi   Spermatophyta (Menghasilkan biji)
    Divisi  Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
    Kelas   Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
    Ordo  Asparagales
    Famili  Ruscaenaceae (Dracaenaceae)

Genus  Dracaena
Spesies   Dracaena angustifolia

 

 

  1. E.    Deskripsi

Suji (Dracaena angustifolia) merupakan tumbuhan perdu tahunan . uji tumbuh tersebar dari India, Birma (Myanmar), Indo-Cina, Cina bagian selatan, Thailand, Jawa, Filipina, Sulawesi, Maluku, New Guinea dan Australia bagian utara. Suji tumbuh subur hingga ketinggian 1000 m dpl., dan menyukai daerah pegunungan atau dekat aliran air (sumur, sungai kecil). Tanaman ini sudah banyak ditanam di pekarangan rumah penduduk dengan potongan rimpangnya atau ditanam sebagai pagar hidup, namun belum ditanam dalam skala besar atau perkebunan.

Suji (Dracaena angustifolia Roxb) merupakan perdu tegak atau pohon kecil dengan tinggi 6 – 8 m, sering bercabang banyak. Sistem perakaran  berakar  Tunggang, putih kotor.Batang tegak, berkayu, beralur melintang, putih kotorDaun  memita-melanset, menyempit di bawah dasar pelepah, sangat meruncing; Pembungaan malai, bercabang, panjang lebih dari 75 cm. dan Daun : Tunggal.berseling, lanset.ujung meruncing, pangkal memeluk batang, tepi rata, panjang 16-20 cm, lebar 3-4 cm, pertulangan sejajar, hijau tua.
Bunga kekuning-kuningan – putih. Buah membulat dengan 3 cuping, diameter 1,5-2,5 cm, jingga terang, 1-3 biji. Dan Bunga : Majemuk, di ujung cabang, bentuk tandan, putih keunguanBunga majemuk tersusun dalam karangan dengan mahkota bunga berwarna putih kekuningan, kadang-kadang dengan semburat ungu. Kultivar hias telah dikembangkan dengan daun variegata (loreng hijau kuning).Buah  bulat, diameter ± 1 cm, hijau.Biji  bulat, putih bening.

  1. E.    Manfaat

Daun suji (Pleomale angustifolia) banyak digunakan sebagai bahan pewarna hijau pada makanan, kue-kue tradisional dan minuman seperti untuk pewarna hijau pada es cendol. Selain memberikan pewarna hijau, daun suji juga memberikan aroma harum yang khas. Selain berfungsi sebagai bahan pewarna daun suji juga memiliki beberapa khasiat sebagai obat. Buah untuk mengobati orang yang kurang nafsu makannya. Selain itu buah dari daun suji berkhasiat untuk menurunkan tekanan darah tinggi dan juga  Pengobatan tradisional Asia Timur mengenal rimpang dan akar suji sebagai sumber tonikum dan diduga berkhasiat mengobati leukemia. Penggunaanya dengan cara langsung memakan buah tersebut. Sedangkan pada daunnya berkhasiat untuk mengobati sakit  kepala. dekoksi dari akar tanaman suji digunakan untuk mengatasi gonorhoe, daunnya digunakan sebagai obat luar untuk mengatasi beri-beri dan getah daun digunakan untuk menebalkan rambut. Daunnya juga digunakan untuk mewarnai minyak sayur dan menghijaukan makanan serta getah daunnya digunakan sebagai zat warna untuk mengecat. pucuk yang direbus dari tanaman Dracaena angustifolia dimakan sebagai sayuran.

 

 

BAB III

PENUTUP

  1. A.   Kesimpulan

Zat pewarna alami merupakan zat pewarna yang berasal dari tanaman atau buah-buahan. Secara kuantitas, dibutuhkan zat pewarna alami yang lebih banyak daripada zat pewarna sintetis untuk menghasilkan tingkat pewarnaan yang sama. Pada kondisi tersebut, dapat terjadi perubahan yang tidak terduga pada tekstur dan aroma makanan. Zat pewarna alami juga menghasilkan karakteristik warna yang lebih pudar dan kurang stabil bila dibandingkan dengan zat pewarna sintetis.Tanaman yang digunakan sebagai pewarna alami, seperti  kunyit (Curcuma domestica L.), manggis (Garcinia mangostana L.), dan daun suji (Dracaena angustifolia ).

Pengawetan makanan adalah cara yang digunakan untuk membuat makanan memiliki daya simpan yang lama dan mempertahankan sifat-sifat fisik dan kimia makanan. Pengawet alami merupakan zat pengawet yang berasal dari tanaman atau buah-buahan. Tanaman yang digunakan sebagai pengawet alami pada makanan, seperti belimbing wuluh (Averhoa bilimbi), Mengkudu (Morinda citrifolia L.), dan lidah buaya (Aloe vera L.).

Penggunaan pewarna dan pengawet makanan alami membuat tubuh merasa aman dan bebas dari berbagai penyakit. Makanan yang sehat adalah makanan yang tanpa mengandung zat kimiawi melainkan makanan yang bersifat natural atau alami.

  1. B.   Saran

Untuk mengetahui kandungan tanaman pewarna dan pengawet alami perlu di lakukan penelitian.

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Azwar. 2010. Tanaman Obat Indonesia. Jakarta: Salemba Medika

Amnur. 2008. Cikal Bakal Averhoa Bilimbi. (http://Averhoabilimi.blogspot.com) Diakses 4 April 2009.

Arisandi. Yohana. 2002. Khasiat Tanaman Obat. Jakarta: Pustaka Buku Murah.

Bangun, A.P, dkk. 2002.  Khasiat dan Manfaat Mengkudu. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Cakmus.2012. Dunia Tumbuhan . (http:// www.plantamor.com)

Harborne, J.B. 1996. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganlisa Tumbuhan.     Bandung: ITB Bandung

Hariana, Arief. 2007. Tumbuhan Obat dan khasiatnya. Depok: Swadaya

Hasyim, dkk.  2006. Formalin Bukan Formalitas. Jakarta: Buletin CP. Edisi Januari (83)

Hayati EK, Jannah A dan Fasya AG. 2009. Aktivitas Antibakteri Komponen Tanin    Ekstrak Daun Blimbing Wuluh(Averrhoa Billimbi L) Sebagai Pengawet Alami. Laporan Penelitian Kuantitatif Depag 2009. Jakarta: Depag

Husodo, T. 1999. Peluang Zat Pewarna Alami untuk Pengembangan Produk

Industri Kecil dan Menengah Kerajinan dan Batik. Yogyakarta: Genica

Jannah A, Hayati EK, Mukhlisoh W. 2010. Efektivitas Antibakteri Ekstrak Akuades dan Ekstrak Tanin Pada Daun Belimbing Wuluh
(Averrhoa bilimbi L) secara In Vitro. Prosiding Seminar Nasional Kimia BahanAlam.
Bandung:ITB

Johani, Erman. 2008. Tanaman Pakarangan. Bandung : Karya Kita

Kartasapoetra, G.1996. Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat : Meningkatkan Apotik Hidup dan Pendapatan Para Keluarga Petani dan PKK. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Komandoko. 2008. Aha! Aku Tahu Flora dan Fauna. Jakarta: Indica

Makabori.S. 1999. Teknik Silvikultur Jenis-jenis Tanaman Penghasil Warna Alam. Irian Jaya: Departemen Kehutanan.

Nurmaini. 2001. Pencemaran Makanan Secara Kimia dan Biologis. Sumatera: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Roni, Kastaman. 2004. Pengantar Ekonomi Teknik untuk Pengembangan Kewirausahaan. . Jakarta: Giratuna-Eloc UNPAD.

Sumiati, Anne.2012. Khasiat Kunyit. ( http:// www.anneahira.com) .

Steenis, Dkk. 2006. Flora untuk Sekolah di Indonesia. Jakarta : Pradnya Paramitha.

Suyowinoto, S.M. 1997. Flora Eksotika Tanaman Peneduh. Yogyakarta: Kanisius

Tjitrosoepomo, Gembong. 2005. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM University Press

Wardiyono. 2012. Keanekaragaman Hayati. ( www.prohati.com)

Ummah Mk. 2010. Ekstraksi Dan Pengujian Aktivitas Antibakteri Senyawa Tanin Pada Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.). Malang: UIN Maliki Malang.

 

Http://tanamanherbal.wordpress.com/2007/12/15/mengkudu

Http://tulisannugroho.wordpress.com

Http://mbkendri.wordpress.com/2009/02/06/manfaat-buah-manggis

http://www.naturindonesia.com/mengkudu/khasiat-mengkudu.html

Http://tulisannugroho.wordpress.com/2009/01/07/mengkudu /

FUNGSI TUMBUHAN TERKAIT TEMPAT ( PAGAR HIDUP )

28 Jun

TUGAS III

FUNGSI TUMBUHAN TERKAIT TEMPAT

( PAGAR HIDUP )

Dosen Pengampu :

Drs. Sulisetjono, M.Si

Ainun Nikmati Laily, M.S

 

 

 

Disusun Oleh :

KELOMPOK 9

Riftin Mazidah     (10620106)

Ni’matur Rochmah   ( 10620109 )

Izzatul Muhimmah    (10620111)

 

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS SAIN DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANG

2012

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Pagar yang berfungsi sebagai pembatas rumah atau pelindung bisa juga berfungsi sebagai penambah nilai estetika rumah. Selain memperindah tampilan fasad rumah, pagar tanaman juga bisa berfungsi sebagai peredam kebisingan dan debu. Selain itu, fungsinya juga sebagai ekologis. Air hujan yang mengenai dedaunan akan dihambat oleh tajuk daun sebelum jatuh ke permukaan tanah. Ini memberi kesempatan pada tanah untuk meresapkan air lebih banyak. Dalam jangka panjang, proses peresapan tersebut akan menjadi cadangan air bagi lingkungan rumah. Tentunya, tidak semua tanaman bias dijadikan pagar hidup. Hanya tanaman-tanaman tertentu yang memenuhi kriteria sebagai pagar hidup (Johani, 2002).

Pada tugas kali ini akan dilakukan pengamatan tanaman berdasarkan tempat, tempat yang diamati adalah pagar rumah. Dalam pengamatan ini diharapkan mampu menjelaskan keadaan dari tempat beberapa jenis tanaman hidup misalnya keadaan tanah. Dengan demikian mahasiswa mengetahui jenis dan keadaan tanaman yang berada pada suatu tempat tertentu.

 

1.2  Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam laporan pengamatan kali ini adalah :

  1. Bagaimana keadaan habitat  beberapa jenis tumbuhan pagar ?
  2. Bagaimana habitus beberapa tanaman tersebut?
  3. Apakah manfaat dari beberapa tanaman tersebut?

1.3  Tujuan

Tujuan dalam laporan pengamatan ini adalah:

  1. Mengetahui keadaan habitat beberapa jenis tanaman pagar.
  2. Mengetahui habitus beberapa tanaman pagar.
  3. Mengetahui manfaat beberapa jenis tanaman pagar tersebut.

 

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Waktu dan Tempat

Pengamatan tanaman pagar ini dilaksanakan di beberapa tempat yang berbeda pengamatan yang pertama dilaksanakan pada hari Minggu, 11 Maret 2012 yang bertempat di kompleks perumahan jalan Sumbersari Gg III Malang. Pengamatan yang kedua dilaksanakan hari Rabu,14 Maret 2012 di daerah Merjosari, Malang. Dan pengamatan ketiga dilaksanakan hari Kamis, 15 Maret 2012 didaerah Pasuruan.

2.1 Alat dan Bahan

A. Alat

Alat yang digunakan dalam pengamatan ini adalah:

  1. Kertas                          1 lembar
  2. Pensil                           1 buah
  3. Penghapus                  1 buah
  4. Penggaris                    1 buah
  5. Kamera                       1 buah

 

B. Bahan

Bahan yang digunakan dalam pengamatan ini adalah:

  1. Beluntas  (Pluchea indica)
  2. Bunga sepatu (Hibiscus rosa sinensis)
  3.  Bunga Soka ( Ixora javanica  )
  4. Bunga Bugenvil (Bougainvillea spectabilis)
  5. Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata Prain)
  6. Bunga Melati (Jasminum sambac L.)

 

 

 

 

 

TUGAS 3

FUNNGSI TUMBUHAN TERKAIT TEMPAT

( PAGAR HIDUP )

 

 

 

 

KELOMPOK 9

CHAPTER 1

Ni’matur Rochmah ( 10620109 )

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS SAIN DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANG

2012

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 BELUNTAS (Pluchea indica)

  1. A.   Gambar

     

 

 

 

 

 

 

 

( Cakmus, 2012)

 

  1. B.   Sistematika Takson :

Kingdom Plantae(Tumbuhan)
Divisi  Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas  Magnoliopsida (Tumbuhan berkeping dua)
Ordo: Asteriales

Famili: Asteracea

Genus: Pluchea

Spesies: Pluchea indica.

  1. C.   Deskripsi:

C.1 Habitat

Tanaman beluntas (Pluchea indica.) yang diamati, tumbuh sebagai tanaman pagar hidup yang berada di suatu pekarangan rumah di jalan Sumbersari Gg III Malang. Pekarangan ini memilki tanah yang tandus dekat sekali dengan selokan ± 30 cm.Tanaman ini tumbuh dengan mendapat pencahayaan  matahari yang cukup.

 

C.2 Habitus

Tanaman beluntas (Pluchea indica.) merupakan tanaman semak atau setengah semak yang tumbuh tegak sekitar 0.5 – 2 m.

 

C.3 Morfologi Tanaman

Beluntas (Pluchea indica.) mempunyai daun bertangkai pendek, letak berseling, bentuk bundar telur sungsang, ujung bundar lancip, bergerigi warna hijau terang. Bunga keluar di ujung cabang dan ketiak daun, bentuk bonggol bergagang atau duduk, warna ungu. Buah longkah agak berbentuk gasing, warna coklat dengan sudut putih,lokos ( Arisandi, 2008: 42).

Menurut Steenis (2006), Beluntas (Pluchea indica.) merupakan perdu tegak, sering bercabang banyak, tingginya 0,5 – 2 m. Ranting halus dan berambut keriting rapat. Tangkai daun 1-10 mm,helaian dau oval (ellips) hingga bulat telur terbalik, dengan ujung runcing, bergerigi-gerigi lemah atau kasar, berambut cukup rapat, sangat aromatis, lemas,hijau muda, 2,5-9 kali 1-5,5 cm. Bongkol kecil, berkumpul dalam malai rata majemuk terminal, berkelamin macam macam,duduk atau bertangkai pendek, cylindris sempat. 2-6 bunga terdalam jantan, lainnya betina. Mahkota dari bunga tepi bentuk tabung sangat sempit, bergigi 3-4 pendek. Tangkai putik dengan 2 cabang ungu, menjulang jauh. Mahkota dri bunga cakram bentuk corong, bergigi 5. Tabung kepala sari ungu. Buah keras kecil, bersegi, coklat , rambut sikat pada buah langsing 1 lingkaran. Di daerah cerah matahari atau agak teduh, di tanah yang mengandung garam atau tidak, lebih suka agak di belakang pantai.. Oleh cahaya matahari yang kuat daunnya mengambil kedudukan tegak (kedudukan profil).

 

C.4 Manfaat

Tanaman beluntas memiliki banyak manfaat,diantaranya adalah sebagai tanaman pagar, dapat diolah untuk makanan atau dikonsumsi, dan sebagai tanaman berkhasiat obat. Daun beluntas mengandung alkaloid, tannin, natrium, minyak atsiri, kalsium, flafonoida, magnesium, dan fosfor Sedangkan akarnya mengandung flafonoida dan tannin. Daun beluntas berbau khas aromatis dan rasanya getir dan menyegarkan, berkhasiat untuk meningkatkan nafsu makan, membantu melancarkan pencernaan, meluruhkan keringat, menghilangkan bau badan dan bau mulut, meredakan demam, nyeri tulang, sakit pinggang, dan keputihan; sedangkan akar beluntas berkhasiat sebagai peluruh keringat dan penyejuk]. Daun beluntas juga dapat dikonsumsi sebagai lalaban atau dikukus. Kadar minyak atsiri daun beluntas 5% dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, sedangkan pada kadar 20% dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherechia coli .

 

 

1.2  BUNGA SEPATU (Hibiscus rosa-sinensis)

  1. A.   Gambar:


                                                                                                                        (Cakmus, 2012)

  1. B.   Sistematika Takson

Kingdom  Plantae (Tumbuhan)

Divisio  Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas  Magnoliopsida (Tumbuhan berbiji dua/dikotil)

Ordo  Malvales

Famili  Malvaceae (suku kapas-kapasan)

Genus  Hibiscus

Species  Hibiscus rosa sinensis L.

  1. C.   Deskripsi:

C.1  Habitat

Tanaman bunga sepatu (Hibiscus rosa sinensis L.) yang diamati, tumbuh sebagai tanaman pagar hidup yang berada di suatu pekarangan rumah di jalan Sumbersari Gg III Malang.

C.2  Habitus

Tanaman bunga sepatu (Hibiscus rosa sinensis L.)  merupakan tanaman Perdu tahunan yang tegak,dan memiliki tinggi ±2-5 m.

 

C.3  Morfologi Tanaman

Tinggi tanaman bunga sepatu ini antara 2 hingga 5 meter. Bunganya besar,berbentuk terompet, berwarna kuning atau merah yang tidak berbau. Ketika mekar,bunganya menghadap ke atas atau ke samping. Putik bunga menjulur keluar dari dasar bunga. Bentuk daun bulat telur bergerigi – gerigi pada bagian tepinya, meruncing pada ujung daunnya dan berwarna hijau.

Menurut Komandoko (2008) bunga sepatu (Hibiscus rosa sinensis L.) adalah tanaman perdu yang termasuk anggota kelas Magnoliopsida, family Malvaceae, dan genus Hibiscus. Tanaman bunga sepatu berasal dari Asia timur dan bisa ditanam sebagai tanaman hias maupun tanaman pagar di daerah tropis dan subtropis. Tanaman ini dapat dikembangbiakkan dengan cara setek, cangkok, maupun penempelan. Bunga sepatu bersifat steril, sehingga tidak menghasilkan buah.

Batang: Bulat, berkayu, keras, diameter ± 9 cm, masih muda ungu setelah tua putih kotor.Daun: Tunggal, tepi beringgit, ujung runcing, pangkal tumpul, panjang 10-16 cm, lebar 5-11 cm, hijau muda, hijau.Bunga: Tunggal, bentuk terompet, di ketiak daun, kelopak bentuk lonceng, berbagi lima, hijau kekuningan, mahkota terdiri dari lima belas sampai dua puluh daun mahkota, merah muda, benang sari banyak, tangkai sari merah, kepala sari kuning, putik bentuk tabung, merah.Buah: Kecil, lonjong, diameter ± 4 mm, masih muda putih setelah tua coklat. Biji: Pipih, putih.Akar: Tunggang, coklat muda.

Bunga terdiri dari 5 helai daun kelopak yang dilindungi oleh kelopak tambahan (epicalyx) sehingga terlihat seperti dua lapis kelopak bunga. Mahkota bunga terdiri dari 5 lembar atau lebih jika merupakan hibrida. Tangkai putik berbentuk silinder panjang dikelilingi tangkai sari berbentuk oval yang bertaburan serbuk sari. Biji terdapat di dalam buah berbentuk kapsul berbilik lima.

Pada umumnya tinggi tanaman sekitar 2 sampai 5 meter. Daun berbentuk bulat telur yang lebar atau bulat telur yang sempit dengan ujung daun yang meruncing. Di daerah tropis atau di rumah kaca tanaman berbunga sepanjang tahun, sedangkan di daerah subtropis berbunga mulai dari musim panas hingga musim gugur.

C.4  Manfaat

Tanaman bunga sepatu memiliki banyak manfaat, diantaranya adalah sebagai tanaman pagar, tanaman hias. Anti radang, peluruh air seni dan pembersih darah.Obat wasir, Obat bisul. Bunga dan kulit batang bunga sepatu mawar mengandung saponin, kardenolin danflavonoid, di samping itu kulit batangnya juga mengandung tanin.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

TUGAS 3

FUNNGSI TUMBUHAN TERKAIT TEMPAT

( PAGAR HIDUP)

 

 

 

 

KELOMPOK 9

CHAPTER 2

Riftin Mazidah ( 10620106 )

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS SAIN DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANG

2012

1.2  BUNGA SOKA  ( Ixora  javanica  )

  1. A.   Gambar

http://tulisannugroho.wordpress.com )

  1. B.   Sistematika Takson

Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Asteridae
Ordo: Rubiales
Famili: Rubiaceae (suku kopi-kopian)
Genus: Ixora
Spesies: Ixora  javanica

( Http://www.plantamor.com )

 

  1. C.   Deskripsi

Di Indonesia tanaman soka (Ixora sp.) merupakan tanaman hias yang cukup populer dikalangan penghobi tanaman hias. Selain unik, bentuk dan jenisnya pun beragam. Ada yang asli berasal dari dalam negeri yaitu soka Jawa (Ixora javanica), ada pula yang berasal dari luar negeri seperti India dan China, dan sekarang telah hadir tanaman soka baru yang disebut soka hibrida. Selain jenisnya beragam, tanaman hias ini mempunyai berbagai keuntungan, artinya tidak hanya untuk tanaman indoor saja seperti mengisi sudut-sudut rumah, namun juga bisa untuk tanaman outdoor terutama untuk pembatas pagar. Dengan perawatan yang teratur, tanaman ini bisa bertahan sampai beberapa tahun.Tanaman ini berasal dari daerah Asia Tropis. Bahkan disinyalir ada yang menyebutkan berasal dari negara Indonesia. Namun sejauh ini belum teruji kebenarannya, yang pasti dengan ditemukannya jenis bunga soka kuno yaitu Ixora javanica di pulau Jawa telah cukup menjadikannya alasan mengapa tanaman tersebut berasal dari negara kita. Dugaan kuat mengenai asal usul tanaman ini lebih cenderung kepada negara India dan China, dimana di dua negera tersebut memiliki beragam jenis tanamansoka(Http:luqmanmania.blogspot.com,2011).                                                                                                                                                                     
Batang : tegak, berkayu bulat, percabangan simpodial, putih kotor. Daun : tunggal, lonjong, pangkal meruncing, tepi rata, ujung runcing, pertulangan daun menyirip. Bunga :majemuk, berwarna merah, berkelamin dua, kelopakerbentuk corong, benang sari 4, kepala sari melekat pada mahkota. Akar : tunggang berwarna coklat. Tanaman soka (Ixora spp) termasuk jenis tanaman perdu tegak, dengan tinggi sekitar 2 – 4 meter (Http://luqmanmaniabgt.blogspot.com,2011).

Tata letak daun soka adalah termasuk daun tidak lengkap karena hanya memiliki tangkai, helaian daun dan tidak memiliki pelepah daun. Jumlah daun pada tiap buku sebanyak dua dan tata letak daunnya berhadapan serta tidak memiliki rumus daun khusus. Daun umumnya berwarna hijau kekuning – kuningan atau sering disebut ( variegate ) ( Rukmana, 1997).

Perdu yang tegak, 2-4 m tingginya. Daun penumpu bulat telur segitiga, meruncingbentuk paku. Daun berhadapan, bertangkai pendek, bentuk memanjang bulat telur terbalik, dengan pangkal dan ujung tumpul, tepi rata atau sedilkitberinggit, hijau tua, gundul. Bunga harum, tersusun dalam malai rata yang bertangkai, duduk atau bertangkai pendek, pada ujung tangkai dengan 2 anak daun pelindung kecil. Kelopak bentuk lonceng, 1,5 cm tingginya, gundul ; gigi bentuk segitiga. Mahkota bentuk terompet, putih ; tabung langsing, taju runcing, membentang lebar atau membalik kembali. Benang sari 4, tertancap pada leher ; tangkai sari pendek. Kepala putik tidak atau sedikit bertaju. Buah batu bulat memanjang lebar, dimahkotai oleh gigi kelopak kecil, kemudian hitam buram. Dalam semak belukar dan pagar, hutan terbuka dan tepi sungai ( Stenis, 2006 : 390 ).

Dengan penampilan bunganya yang memancar seperti kembang api dan hidup di hutan-hutan liar, tidaklah mengherankan bila orang-orang Eropa menjulukinya dengan flame of the wood atau api dari hutan. Mungkin karena penampilannya yang menarik tersebut mengundang orang untuk membawanya ke rumah dan mmeliharanya sebagai tanaman hias. . Ada beberapa jenis soka yang dapat dimanfaatkan sebagai tanaman pagar ( Rukmana, 1997).                                  .

1.3  BUNGA BUGENVIL (Bougainvillea spectabilis)

  1. A.   Gambar

                                                                                                                 (Meythree.multiply.com )

  1. A.   Sistematika Takson ( Cakmus, 2012):

Kingdom  Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom  Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi  Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi  Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas  Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas  Hamamelidae
Ordo  Caryophyllales
Famili  Nyctaginaceae
Genus  Bougainvillea
Spesies  Bougainvillea spectabilis    .

  1. B.   Deskripsi

Tanaman ini ditemukan di seluruh daerah tropic pada ketinggian 1-1.400 m dpl,      menyukai tanah gembur yang mengandung pasir, dan terkena cahaya Matahari langsung sepanjang hari. merupakan tanaman hias populer. Bentuknya adalah pohon kecil yang sukar tumbuh tegak. Keindahannya berasal dari seludang bunganya yang berwarna cerah dan menarik perhatian karena tumbuh dengan rimbunnya. Seludang bunga ini kerap dianggap sebagai bagian bunga, walaupun bunganya yang benar adalah bunga kecil yang terlindung oleh seludang (Sunset, 1995:606–607 )

Bougainvillea disebut tanaman bunga kertas karena bentuk seludang bunganya yang tipis dan mempunyai ciri – ciri seperti kertas. Perawatannya pun mudah, tidak memerlukan waktu yang lama karena spesies tumbuhan ini sangat sesuai ditanam di kawasan beriklim tropis dan khatulistiwa seperti negara kita dan bisa tumbuh hingga 10 meter tingginya. Batang tanaman bunga ini agak keras, mempunyai duri yang tajam dan bercabang-cabang. Perdu memanjat, batang berkayu, memiliki duri yang berbentuk kait. Tinggi bisa mencapai 5-15 m, berwarna hijau saat masih muda dan hitam setelah tua, dengan ranting, daun, dan karangan bunga kerap berambut halus berwarna jingga. Daun tunggal, duduk berhadapan, bertangkai, bentuk bulat telur sampai elips, ujung meruncing, pangkal runcing, tepi rata, panjang 4-10 cm, dan lebar 2-6 cm. Bunga majemuk bentuk malai, keluar dari ketiak daun atau di ujung ranting, dan setiap 1 tangkai bunga bisa terdapat 1-7 kelompok bunga. Bunganya kecil-kecil seperti terompet, tumbuh berkelompok tiga, masing-masing bunga memiliki 1 daun pelindung yang lebar dengan macam-macam warna, tergantung jenisnya. Ada merah, ungu, jingga, putih, atau kuning sehingga ketiga bunga tersebut membentuk satu kesatuan seperti sekuntum bunga. Buah kecil dan di Jawa tanaman ini jarang berbuah (Sunset, 1995:606–607 ).

Liana yang kokoh dengan duri ketiak yang menjauhi batang membengkok, dipelihara sebagai perdu. Ranting, daun dan karangan bunga, kerapkali berambut oranye. Daun tersebar sampai berhadapan, bertangkai, bulat telur, elliptis atau memanjamg, meruncing, kerapkali tepi rata. Bunga tersusun dalam anak paying yang bertangkai, diketiak, berjumlah 1-7 anak paying, masing-masing anak paying terdiri dari tiga bunga; anak paying terkumpul menjadi malai ujung yang berdaun. Daun pelindung duduk, bulat telur, bertulang daun, tidak rontok, merah batu, ungu atau karmin. Tenda bunga bentuk tabung, berambut; tabung berusuk 5, bersegi 5, hijau, bagian bawah agak melembung dan bagian ini tetap menyelubungi buah, bagian atas rontok; tepi melebar, terbentang, kuning dengan 10 taju, dimanaa 5 melekuk kedalam. Benang sari kebanyakan berjumlah 8 ( Steenis, 2006 ).

Struktur batang merupakan pohan berkayu keras penampangnya bulat bercabang dan beranting banyak. Sehingga bila tanaman ini dibiarkan tumbuh alami dapat mencapai ketinggian 15 m. Pada bagian batang cabang terdapat duri-duri (spina) yang bentuknya kait sebagai alat pemanjat. Daun-daun tumbuh rimbun serta tunggal bentuknya jantung, hati yang dasarnya agak bulat dengan warna hijau tua namun, ada pula yang belang-belang antara hijau dan putih bercampur kekuning- kuningan (Gembong, 1997).

Walaupun tanaman ini berukuran kecil dan berbentuk corong, namun memiliki banyak manfaat. Contohnya saja untuk dandanan rambut, campuran bunga untuk mandian pewangi, dan sebagai kegunaan di upacara pemakaman bagi kaum Cina dan India. Tarikan mempesona bunga ini menjadi perbincangan penduduk di negara kita karena terkesan dengan bentuknya dan warnanya yang menarik hati. Warna bunga ini terdiri dari berbagai macam warna, seperti jingga, merah menyala, merah jambu, merah pucat, kuning, ungu, putih, dan berbagai campuran warna (Rukmana,1995).

 

 

 

TUGAS 3

FUNNGSI TUMBUHAN TERKAIT TEMPAT

( PAGAR HIDUP)

 

 

 

 

KELOMPOK 9

CHAPTER 2

Izzatul Muhimmah ( 10620111 )

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS SAIN DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANG

2012

3.5 LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Prain)

A.  Gambar
B.  Sistematika Takson ( Cakmus, 2012):
Kingdom   Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom  Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi  Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi  Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas  Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas  Liliidae
Ordo  Liliales
Famili  Agavaceae
Genus  Sansevieria
Spesies  Sansevieria trifasciata Prain.

  1. Deskripsi :
    C.1 Habitus

        Sanseviera dikenal dengan sebutan tanaman lidah mertua karena bentuknya yang tajam. Sanseviera tak hanya sebagai tanaman hias, tapi juga Dibanding tumbuhan lainSansevieria dibagi menjadi dua jenis, yaitu jenis yang tumbuh memanjang ke atas dengan ukuran 50-75 cm dan jenis berdaun pendek melingkar dalam bentuk roset dengan panjang 8 cm dan lebar 3-6 cm. Kelompok panjang memiliki daun meruncing seperti mata pedang, dan karena ini ada yang menyebut Sansevieria sebagai tanaman pedang-pedangan. Lidah mertua adalah marga tanaman hias  atau tanaman pagar yang cukup populer sebagai penghias bagian dalam rumah karena tanaman ini dapat tumbuh dalam kondisi yang sedikit air dan cahaya matahari. Berasal dari Benua Afrika tropis, namun sekarang khususnya di Indonesia banyak ditemukan di dataran tanah 1 –1000 Meter diatas permukaan Laut.

C.2 Morfologi

Lidah mertua mempunyai akar rimpang yang menjalar.
Tanaman Lidah Mertua berdaun tunggal, dengan bentuknya yang kaku dan keras, sukulen, tegak, dengan ujung meruncing. permukaannya licin, tumbuh dan berkumpul sebagai roset akar maksudnya yaitu 2-6 helai daun tumbuh berkumpul dipangkal akar. Bentuk daunnya panjang menyempit dengan ujungnya yang runcing, pangkalnya menyempit dan berbentuk talang, warnanya hijau dengan panjang antara 30 – 120 cm, sedangkan lebarnya sekitar 2,5 – 8 cm. Pada kedua permukaan daun terdapat garis-garis bergelombang berwarna hijau tua yang letaknya melintang, dengan tepi daun berwarna hijau tua. Serat daunnya dapat digunakan untuk membuat tali.Bunga Lidah Mertua berbentuk bunga majemuk, menempel dalam tandan yang panjangnya sekitar 30-80 cm, warnanya hijau muda, baunya harum, dan baru mekar menjelang malam. Tumbuhan ini berdaun tebal dan memiliki kandungan air sukulen, sehingga tahan kekeringan. Namun dalam kondisi lembap atau basah, sansiviera bisa tumbuh memiliki  buah buni, sedangkan untuk perbanyakkan tanaman dapat dilakukan dengan memisahkan anak tanaman yang tumbuh didekat induk atau dengan stek daun.

D. Manfaat

Khasiat Lidah Mertua sebagai tanaman obat : Bagian yang berkhasiat adalah bagian daunnya. Sifatnya sejuk, rasanya masam, berkhasiat sebagai antibiotik, Tanaman yang banyak mengandung kandungan kimia Abamagenin ini banyak digunakan untuk pengobatan influenza, batuk, dan radang saluran pernapasan. Sedangkan sebagai obat luar banyak digunakan untuk pengobatan penyakit keseleo, luka terpukul, gigitan ular berbisa, borok, bisul, atau sebanyak penyubur rambut. Dan juga memiliki manfaat untuk menyuburkan rambut, mengobati diabetes, wasir, hingga kanker ganas. Sementara seratnya digunakan sebagai bahan pakaian. Di Jepang, Sanseviera digunakan untuk menghilangkan bau perabotan rumah di ruangan. , Sanseviera memiliki keistimewaan menyerap bahan beracun, seperti karbondioksida, benzene, formaldehyde, dan trichloroethylene.

Lidah mertua biasa dimanfaatkan sebagai pagar rumah juga. Negara Jepang telah memanfaatkan serat tanamannya sebagai bahan pembuat kain dan kreasi anyamanTanaman ini menghasilkan wewangian saat sore hari terlebih ketika berbunga. Lidah mertua digunakan sebagai bahan parfum di beberapa negara maju

1.4  Bunga Melati (Jasminum sambac L,)

  1. A.   Gambar

                                                                                                               ( Cakmus, 2012)

B.  Sistematika Takson ( Cakmus, 2012):
Kingdom   Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom  Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi  Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi  Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas  Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas  Liliidae
Ordo      Lamiales

Famili  Oleaceae
Genus  Jasminum
Spesies  Jasminum sambac L.

C.Deskripsi :

C.1 Habitus

Melati putih atau Jasminum sambac (sinonim Nyctanthes sambac) adalah spesies melati yang berasal dari Asia selatan (di India, Myanmar dan Sri Lanka. Penyebaranya dimulai dari Hindustan ke Indocina, lalu Kepulauan Melayu. Bunga ini menjadi satu dari tiga bunga nasional Indonesia (sebagai “Puspa Bangsa”). Bunga ini juga menjadi bunga nasional Filipina. Melati putih tumbuh di pekarangan dan dapat digunakan sebagai tanaman pagar. Ketinggiannya dapat mencapai 2 meter. Melati termasuk tanaman setahun yang berbentuk perdu tegak atau merambat. Melati dapat tumbuh sampai ketinggian 2,5 meter (Arisandi, 2008).

C.2 Morfologi

Melati putih atau Jasminum sambac sistem perakaran serabut yang menyebar di dalam tanah. Bunga tumbuh di atas tunas, berbentuk tunggal atau berkelompok, dengan warna dan bentuk yang beraneka ragam. Setiap tangkai bunga terdiri atas 3 – 15 kuntum bunga bergantung jenis melatinya.Menurut jenis batangnya, tumbuhan ini dapat digolongkan sebagai semak, batangnya berkayu dengan tinggi kurang dari 5 meter. Batangnya sedikit berbulu halus dan jarang. Melati putih merupakan tumbuhan dengan daun majemuk menyirip (pinnatus), artinya daun majemuk yang anak daunnya terdapat di kanan dan kiri ibu tangkai daun tersusun seperti sirip pada ikan. Kedudukan daun batang (filotaksis) berjenis apposite dengan setiap buku terdapat dua lembar daun yang berhadapan. Daunnya hanya memiliki tangkai dan helaian saja, berbentuk ovate, pangkal daun berbentuk setengah lingkaran sedangkan pada ujung daun sedikit meruncing, seperti daun-daun yang biasa digambarkan. Pinggir daun tidak rata dan sedikit bergelombang. Permukaan daun agak berkerut seperti daun jambu biji dengan pertulangan daun menyirip mengikuti bangun daun yang oval. Jadi terkesan pertulangan daunnya agak melengkung.

Bunga melati selalu berwarna putih. Meskipun mempunyai ukuran yang bias dikatakan kecil tapi mengeluarkan aroma terapi yang dapat dimanfaatkan dalam kesehatan, terutama dalam refleksi dan menghilangkan stress, Bunga Jasminum sambae punya andrecium (alat kelamin jantan) ditandai dengan adanya stamen yang terdiri dari kepala sari, tangkai sari, kotak sari, dan serbuk sari dan juga mempunyai alat kelamin betina yang terdiri dari kepala putik, tangkai putik dan bakal buah. Namun alat kelamin ini tidak produktif sehingga tidak menghasilkan buah. Posisi stamen berada dalam rongga tangkai bunga, tidak terlalu terlihat dan untuk mengamatinya harus membelah bunganya terlebih dahulu. Posisi kepala putik lebih pendek dibandingkan kepala sarinya. Bunga ini dapat mekar selama 2 hari kemudian mahkotanya berubah warna menjadi ungu kebiru-biruan, bunga majemuk memilki ibu tangkai bunga yang keluar dari ketiak daun. Susunan bunganya menyirip dan berhadapan. Bagian-bagian bunganya terdiri dari tangkai anak bunga yang di ujungnya terdapat daun pelindung berbentuk benang berjumlah 7 helai, disambung dengan tangkai bunga. Saat mekar bunga yang memilki 7 mahkota berlapis-lapis ini akan berbentuk datar sehingga pada bunga jenis ini tidak ditemukan kelopak bunga.

  1. A.   Manfaat :

Tanaman ini digunakan  sebagai bunga tabur, tanaman hias pekarangan dan pot, bunga taman, industri parfum, dan pengobatan tradisional. Bunga mengeluarkan aroma wangi, sehingga sering dijadikan bahan pewangi rambut, parfum atau minyak, yang diperoleh dengan cara penyulingan. Perbanyakan tanaman melati dapat dilakukan dengan cara stek, rundukan, atau cangkokan. Dengan ketiga cara ini, bibit akan tumbuh dan berkembang menjadi tanaman baru yang sifatnya sama dengan induknya. Tanaman melati mengandung zat-zat bensil, indol, dan livalilasetat. Oleh sebab itu tanaman melati dapat digunakan untuk beragam pengobatan,seperti melegakan sesak napas .

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV

PENUTUP

 

1.1          Kesimpulan

Setelah melakukan pengamatan dan didukung literatur dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu :

  1. Habitat tanaman beluntas, kembang sepatu, bunga soka, bunga bugenvil, lidah mertua dan bunga melati adalah di tanah yang agak tandus atau kering akan tetapi dekat dengan sumber air berupa selokan.
  2. Tanaman-tanaman tersebut dapat digunakan sebagai obat, bahan makanan, kecantikan serta sebagai tanaman pagar dan hias.

1.2          Saran

Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui secara rinci tanaman yang dibahas dan sebaiknya penjelasan dibuat lebih efektif dan efisien.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Arisandi. Yohana. 2002. Khasiat Tanaman Obat. Jakarta: Pustaka Buku Murah

Cakmus.2012. Dunia Tumbuhan . (http:// www.plantamor.com)

Johani, Erman. 2008. Tanaman Pakarangan. Bandung : Karya Kita

Kartasapoetra, G.1996. Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat : Jakarta: PT. Rineka Cipta

Komandoko. 2008. Aha! Aku Tahu Flora dan Fauna. Jakarta:

Rumana, Rahmat. 1995. Kembang Bugenvil. Yogyakarta: Kenesus

Rumana, Rahmat. 1995. Kembang Soka. Yogyakarta: Kenesus

Steenis, Dkk. 2006. Flora untuk Sekolah di Indonesia. Jakarta : Pradnya Paramitha

Sunset, Western. Plant Identification Terminology. 1995. London:  Garden Book

Tjitrosoepomo, Gembong. 2005. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM University Press.

Http://tulisannugroho.wordpress.com

Http://www.plantamor.com

Http://luqmanmania.blogspot.com,2011

Meythree.multiply.com

Makalah Tumbuhan Dalam AL-Qur’an

28 Jun

Tamarisk ( Tamarix aphylla )

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Jika kita mau menganalisa atau melakukan observasi terhadap tumbuhnya tanaman yang ada di sekitar kita, kita akan sadar terhadap terjadinya hati kebangkitan. Oleh karena itu, al-qur’an melukiskan bangkitnya manusia dari dalam kubur seperti tumbuhnya tanaman, sebagaimana yang di jeaskan dalam surat Qaaf ayat 11 yang artinya : “Dan kami hidupkan dengan air itu tanah yang mati (kering). Serperti itulah terjadinya kebangkitan.”

Di dalam tafsir Shawiy disebutkan bahwa keluarnya manusia dari kubur ini sama prosesnya dengan tumbuhnya tanaman. Tanaman bisa tumbuh subur jika disiram dengan air, begitu juga yang terjadi pada hari kebangkitan. Sebelum Allah membangkitkan manusia dari dalam kuburnya, Allah menyirami permukaan alam ini dengan menurunkan hujan, yang airnya seperti sperma.

Menurut hukum alam, setiap tanaman itu akan tumbuh menurut jenis benih yang ditanamnya. Jika yang ditanam itu benih padi maka akan tumbuh tanaman padi, begitu seterusnya. Demikian pula yang terjadi pada hari kebangkitan. Jika semasa hidupnya ia berlaku baik, taat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka pada saat hari kebangkitan ia akan menuai hasil dari kebaikan yang pernah dijalankan sewaktu di dunia. Sebaliknya, jika semasa hidupnya ia suka berlaku dzalim, berbuat durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya, mengkufuri Allah dan senang berbuat maksiat, maka pada saat hari kebangkitan ia akan merasakan hasil dari kedzaliman dan kekufuran yang pernah ia lakukan sewaktu di dunia tersebut.

Seperti halnya tanaman Tamarisk ( Tamarix aphylla ) yang merupakan pohon besar seperti cemara yang tumbuh di lingkungan yang tandus, kering, gersang ataupun padang pasir. Karena tanaman ini berfungsi sebagai pohon peneduh dan sebagai suatu pembalasan terhadap kaum Saba’ atas ke kufuran nikmat yang telah diberikan Allah terhadap mereka, yang telah disebutkan dalam surat AsSaba’ ayat 16 : “ Tetapi mereka berpaling, Maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar 1 dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr2

1.2   RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah :

  1. Apakah tanaman tamarisk (Tamarix aphylla) itu  ?
  2. Bagaimanakah stuktur dan fungsi dari tamarisk (Tamarix aphylla) ?
  3. Bagaimanakah integrasi tanaman tersebut dalam sains Al-Qur’an ?

1.3   TUJUAN

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

  1. Memahami dan mengetahui tentang tanaman Tamarisk (Tamarix aphylla)
  2. Mengetahui struktur  dan fungsi dari Tamarisk (Tamarix aphylla )
  3. Mengetahui integrasi tanaman tersebut dalam sains dan Al-Qur’an

BAB II

AYAT – AYAT YANG MENJELASKAN TENTANG

Tamarisk ( Tamarix aphylla )

Allah SWT telah berfirman tentang tanaman Tamarisk (Tamarix aphylla) dalam Kitab Nya  yakni pada surat  As Saba’ ayat 16 :

فَأَعْرَضُوا فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ سَيْلَ الْعَرِمِ وَبَدَّلْنَاهُمْ بِجَنَّتَيْهِمْ جَنَّتَيْنِ ذَوَاتَيْ أُكُلٍ خَمْطٍ وَأَثْلٍ وَشَيْءٍ مِنْ سِدْرٍ قَلِيلٍ

Artinya :

” Tetapi mereka berpaling, Maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar[1]dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr[2]“(Q.S. As-Saba’ : 16).

 

 

 



[1] Maksudnya: banjir besar yang disebabkan runtuhnya bendungan Ma’rib

[2] Pohon Atsl ialah sejenis pohon cemara pohon Sidr ialah sejenis pohon bidara.

 

 

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Penafsiran dalam Al Qur’an

Tamarisk ( Tamarix aphylla ) yang merupakan pohon besar seperti cemara yang tumbuh di lingkungan yang tandus, kering, gersang ataupun padang pasir. Karena tanaman ini berfungsi sebagai pohon peneduh dan sebagai suatu pembalasan terhadap kaum Saba’ atas ke kufuran nikmat yang telah diberikan Allah terhadap mereka, yang telah disebutkan dalam surat AsSaba’ ayat 16 : “ Tetapi mereka berpaling, Maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar 1 dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr2 .

Mengingat bahwa mereka mendapatkan nikmat yang demikian besar dari Allah, yaitu mendiami tanah yang sangat subur,dapat membangun kota-kota yang besar yang mempunyai benteng-benteng yang kukuh dan mahligai-mahligai yang tinggi, yang mempunyai sebuah bendungan yang airnya mampu mengairi tanaman, maka yang paling layak mereka lakukan adalah mensyukuri atas nikmat-nikmat yang diberikan oleh Allah itu. Akan tetapi mereka tidak berjalan di atas jalan yang lurus. Bahkan mereka mendustakan para rasul Allah dan menyangkal kebenarannya karena terbuai oleh kemewahan dunia. Oleh karenanya, Allah memperlihatkan kepada mereka akibat dari perilaku yang buruk itu, supaya menjadi contoh bagi orang lain, maka Allah mengirimkan banjir besar yang menghancurkan bendungan (waduk) dan merusak kebun, tanaman, mematikan hewan ternak,dan memusnahkan sebagian besar penduduk hingga tertukarlah dua taman mereka yang sangat indah denga dua kebun yang hanya ditumbuhi sebagian pepohonan yang berduri dan pohon-pohon bidara (Ash-Shiddieqy. 2000)

Mengenai kata atsl , sebuah pendapat mengatakan bahwa ia adalah pohon thurafa.

Pendapat  lain mengatakan bahwa itu adalah sebuah pohon yang mirip denga pohon thurafa, tetapi lebih besar.

(Beentje HJ. 1994)

(Beentje HJ. 1994)

Dan pendapat lain mengatakan bahwa itu adalah pohon samar. Mereka yang berpendapat demikian menyebutkan riwayat berikut ini : Ali menceritakan kepadaku, ia berkata : Abu Shalih menceritakan kepada kami, ia berkata : Mu’awiyah menceritakan kepadaku dari Ali, dari Ibnu Abbas, mengenai firman Allah , وَأَثْلٍ “ Pohon Atsl “  ia berkata, “ Atsl  adalah pohon thurafa.” ( Abu Ja’far. 2009)

Lafad  فَأَعْرَضُوا  “ tetapi mereka berpaling…”mereka yang mendustakan para rasul Allah dan berbuat maksiat kepada Allah dan RasulNya . Allah akan membalas mereka atas yang di sebabkan oleh pembangkangan mereka, serta keengganan mereka untuk bersyukur (Al Jazairi. 2009).

Hal ini sesuai dengan sunnatullah kepada para hamba-Nya yang tidak bersyukur. Firman Allah SWT:  فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ سَيْلَ الْعَرِمِ   “Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar…” yakni dengan jebolnya bendungan Arim dan mengakibatkan krisis air. Kemudian buah-buahan yang terdapat dikebun mereka menjadi mati dan tanah pun menjadi tandus. Firman Allah : “Dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit….” Yaitu pohon Al-Arak, Atsl dan sedikit pohon bidara. Ini semua adalah merupakan balasan bagi orang yang membangkang untuk mengingat Allah, tidak taat kepada perintah-Nya (Al Jazairi. 2009).

Menurut Al-Maraghi (1989), Al-Atsl adalah pohon tharfa’, sejenis pohon yang dikenal di Mesir dengan atol (sejenis pohon cemara.

2.2 Integrasi Tanaman Tamarisk (Tamarix aphylla) dalam Sains

Telah diketahui bahwa tanaman Tamarisk (Tamarix aphylla) ialah merupakan pohon besar seperti cemara yang tumbuh di lingkungan yang tandus, kering, gersang ataupun padang pasir. Karena tanaman ini berfungsi sebagai pohon peneduh dan sebagai suatu pembalasan terhadap kaum Saba’ atas ke kufuran nikmat yang telah diberikan Allah terhadap mereka, yang telah disebutkan dalam surat AsSaba’ ayat 16 : Tetapi mereka berpaling, Maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar 1 dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr2


(Hocking D. 1993)

Sistematika Takson (Cakmus, 2012) :

Kingdom Plantae

Divisio Magnoliophyta

Classis  Magnoliopsida

Ordo Violales

Familia Tamaricaceae

Genus  Tamarix

Species  Tamarix aphylla

Nama umum :Tamarisk

Nama dalam Al-Qur’an : ‘Athl’ atau أَثْلٍ

Nama saintifik :Tamarix aphylla

Taburan asal : Afrika, Timur Tengah, Asia Barat, Asia Selatan

 

Deskripsi

Habitat yang populer adalah bukit pasir, kanal, pinggiran sungai, tempat tidur wadi, padang pasir asin, rawa garam dan daratan pesisir pantai. Pohon itu adalah kekeringan, panas, garam dan es toleran    (Hocking D. 1993)

       Tamarix aphylla adalah tanaman yang cepat tumbuh, seperti pohon cemara yang berukuran sedang, sampai dengan 18 m dengan batang meruncing tegak, 60-80 cm dbh dengan gagahnya banyak menyebar cabang coklat dan halus keunguan. Ranting terkulai, liat atau seperti jarum, sampai 1,5 mm diameter, bersendi, ranting tua kehijauan-coklat, berbulu, kebanyakan shedding. Bark cahaya abu-abu kecoklatan atau coklat kemerahan, kasar, menjadi tebal dan sangat berkerut panjang ke punggung keras sempit. Sebuah sistem akar yang dalam dan luas, sekitar 10 m vertikal dan horizontal 34 m. Daun hijau kebiruan, alternatif, dikurangi menjadi skala kecil ensheathing ranting kurus dan berakhir dengan poin, gundul, sering dengan kelenjar garam epidermis membentuk setiap sendi di sepanjang ranting. Banyak bunga, hampir stalkless, kecil, keputihan merah muda, di racemes 3-6 mm, 4-5 mm luas pada akhir ranting, melorot. Buah kapsul kecil, banyak, sempit, runcing, 5 mm, membelah diri menjadi 3 bagian. Banyak biji, 0,5 mm, coklat, masing-masing dengan seberkas rambut keputihan 3 mm. Nama spesifik berarti tanpa daun    (Hocking D. 1993)

Menurut (Bein E. 1996), secara biofisik Tamaix aphylla memiliki Ketinggian: 200 m 0-1, rata suhu tahunan: 10-50 deg.C, rata curah hujan tahunan: (100) 250-500 jenis Tanah mm: Ini tumbuh subur terbaik lempung, meskipun ditemukan juga pada lempung kaku dan pasir. Ini memiliki kapasitas luar biasa untuk tumbuh pada tanah salin. Tumbuh lebih keras di darat tunduk pada genangan sesekali dari pada tanah yang tidak pernah kebanjiran.

Sedangkan secara biologi, yakni morfologinya ialah  Daun dan branchlets adalah gudang selama musim dingin, tunas baru dan daun muncul sekitar bulan Mei. Pohon berumah satu dan bunga-bunga merah muda kecil muncul dari Mei hingga Juli, dan kapsul matang di musim dingin. Di beberapa bagian India, biji matang di tengah bulan Juli sampai pertengahan November. Kapsul matang berubah menjadi cokelat, secara bertahap membuka dan biji yang tertiup pergi (Bein E. 1996).

Kapsul tertutup tidak mengandung benih subur, karena itu, kapsul hanya yang hanya membuka atau sebagian telah dibuka harus dikumpulkan. Tidak biasanya diperbanyak dari biji karena mereka viabilitas cepat longgar. Oleh karena itu pembentukan melalui benih terbatas dalam kasus terisolasi. Mudah diperbanyak dari stek. Stek 10 cm, dilucuti dari dedaunan, disimpan di pasir lembab selama 10 hari untuk mengembangkan tunas akar ditanam di pembibitan dengan 1,5 cm terbuka di atas tanah. Panjang baik berakar dan stek didirikan dapat ditanam langsung ke pasir, bahkan di bukit pasir bergerak. Tanaman muda memerlukan penyiraman, terutama di periode kering untuk memfasilitasi pembentukan yang baik. Anakan sering ditanam berdekatan (Bein E. 1996).

Menurut Safaraz (2009), secara geografis Tamarix aphylla hanya terdapat di daerah-daerah tertentu antara lain seperti Aljazair, Bahrain, Chad, Mesir, Eritrea, Ethiopia, India, Iran, Irak, Israel, Yordania, Kenya, Kuwait, Arab Jamahiriya Libya, Maroko, Niger, Oman, Pakistan, Arab Saudi, Senegal, Somalia, Sri Lanka, Sudan, Republik Arab Syria, Tanzania, Tunisia, Uganda, Yaman. Negara–negara tersebut adalah Negara yang bergurun ataupun kering (gersang). Akan tetapi tanaman ini juga terdapat di Negara-negara yang
eksotis seperti Australia, Kanada, Meksiko, Afrika Selatan, Amerika Serikat .

Penyiangan diperlukan untuk memfasilitasi pertumbuhan yang tepat pada tahap awal pendirian tapi akhirnya sampah yang menekan gulma. Bibit muda harus dilindungi dari penggembalaan. Drastis menipis dilakukan saat tanaman telah mencapai lebih dari dua tahun pertumbuhan untuk (30) 37-50 tanaman / ha. Pemangkasan diperlukan untuk mencegah pengembangan ke semak dengan banyak batang utama lemah yang tunduk pada pemecahan dan putus di permukaan tanah. Kayu dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar di tahun keempat setelah tanam. Coppices mudah dan tunas setelah lopping berat yang jarang terjadi pada spesies zona gersang. Spesies ini memiliki akar permukaan luas yang membuatnya tidak populer untuk tumpangsari karena persaingan yang berlebihan untuk air dan nutrisi dengan tanaman. Juga pohon-pohon tua memiliki kecenderungan bertiup diatas angin tinggi (Safaraz. 2009)

Kelangsungan hidup benih dalam penyimpanan bandel terbuka sangat rendah, mungkin tidak lebih dari 1 minggu, setiap hari penyimpanan mengurangi kapasitas germinative dan karena itu keberhasilan hanya bisa dicapai dengan menabur segera. Berdasarkan ukuran benih dan ekologi, spesies mungkin menunjukkan perilaku penyimpanan benih ortodoks. Ada 100 000-286 000 biji / kg(Bekele. 1993).

Manfaat

Tender cabang dan daun memberikan hijauan nilai tinggi, terutama selama periode kering. Namun, kandungan garam yang tinggi memerlukan penyiraman tambahan ternak. Pemeliharaan lebah: Madu adalah coklat tua dengan aroma mint. Bahan bakar: Membakar cukup baik meskipun lambat untuk terbakar. Digunakan untuk kayu bakar dan arang (nilai kalori, 4835 kkal / kg) (Bekele. 1993).

Daun sampah dan cabang-cabang kecil membakar buruk, mungkin karena kandungan garam yang tinggi. Ini memberikan bau tak sedap jika hijau dibakar. Serat: serpihan kayu dengan mudah dengan sedikit debu yang dihasilkan. Chips memiliki kualitas yang baik dan warna, cocok untuk pembuatan papan partikel. Ranting yang digunakan untuk pembuatan keranjang. Kayu: Kayu, dekat-grained, berwarna terang, berserat, cukup keras, berat (berat jenis 0.6-0.7.5) kuat, kepadatan sekitar 700 kg / m³, resistensi shock tinggi, membagi potongan pertama mudah kapan dan di poles dengan baik. Berguna untuk membuat bajak, roda, gerobak, konstruksi, alat menangani, sikat punggung, hiasan, pertukangan, mebel, pekerjaan tukang bubut dan kotak buah. Tannin atau zat warna: Gelembung udara, terutama dari bunga digunakan untuk penyamakan kulit. Kulit juga merupakan sumber yang kaya tanin dan mordan untuk pencelupan. Kedokteran: galls Bunga digunakan sebagai, obat kumur kulit kayu kulit kayu untuk mengobati eksim dan penyakit kulit lainnya. Produk lain: Suku Tuareg di Niger mempermanis air dengan cabang yang membawa manna (Bekele. 1993).

Pengendalian erosi: Spesies ini sangat dihargai untuk menstabilkan bukit pasir karena pertumbuhan yang cepat, dalam dan sistem akar yang luas dan kemampuan untuk menahan pemakaman dengan menggeser pasir. Naungan atau tempat tinggal: Sebuah pohon penting untuk naungan. Sangat berguna untuk mendapatkan tempat tinggal sementara secepat mungkin, yang dapat dihapus setelah pagar pepohonan jangka panjang yang berdekatan telah mencapai ukuran yang cukup. Tanah perbaiki: gudang pohon Daun dan ranting berlimpah membentuk sampah kompak yang meningkatkan kapasitas lapang pasir. Namun, dilaporkan memiliki output air tinggi melalui transpirasi. Hias: Cukup sebuah pohon hias yang menarik. Cabang-cabang tipis dan biru-hijau daun memberikan penampilan bulu-suka dan terkulai kelompok perbungaan berwarna lembut yang menarik, digunakan untuk bangunan pertanian layar dan untuk penanaman jalanan. Layanan lain: Tamarisk digunakan sebagai indikator tanaman untuk jenis tanah dalam survei pertanian. Garam menetes dari daun membunuh semua vegetasi tanah di bawah pohon dan sampah dari itu terlalu salinized untuk membakar sehingga strip dari spesies yang dapat tumbuh untuk menghentikan kebakaran liar dan juga memegang penyebaran kebakaran sepanjang jalan raya atau jalur kereta api disebabkan oleh percikan api atau rokok (Bekele. 1993).

Genus ini diserang oleh lebih dari 125 serangga dan tungau. Spesies ini diserang oleh Amblypalpis oliverella, poros tamariska empedu ngengat (Lepidoptera, Gelechiidae), seorang mantan empedu yang berkembang di cabang-cabang pohon. Octinotis brevicornis, Ornativalva spp. dan Lepidogma orbitralis memakan dedaunan (Safaraz. 2009).

BAB IV

PENUTUP

4.1  Kesimpulan

Berdasarkan dari penafsiran dan hubungannya dengan sains yang telah dbahas diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :

  1.    Tamarisk ( Tamarix aphylla ) adalah merupakan pohon seperti cemara,thurafa’ yang      tumbuh di lingkungan yang tandus, kering, gersang ataupun padang pasir.
  2.    Tamarisk ( Tamarix aphylla ) memiliki struktur yang mirip seperti pohon cemara yaitu daun hijau kebiruan, pohon berumah satu dan bunga-bunga merah muda kecil muncul dari Mei hingga Juli, dan kapsul matang di musim dingin. Di beberapa bagian India, biji matang di tengah bulan Juli sampai pertengahan November. Kapsul matang berubah menjadi cokelat, secara bertahap membuka dan biji yang mudahtertiup angin.
  3.   Tamarisk ( Tamarix aphylla ) berfungsi sebagai peneduh, pengendali erosi, bunganya sebagai obat kumur,dan kulit pohonnya sebagai obat kulit seperti gatal-gatal.

4.1 Saran

Sebelumnya saya minta maaf  kepada Ibu, bila mungkin makalah ini belum begitu sempurna hal tersebut dikarenakan cukup sulitnya mencari sumber-sumber liratur tentang tanaman Tamarisk ( Tamarix aphylla) ini.

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ja’far, Muhammad. 2009. Tafsir Ath Thabari. Jakarta: Pustaka Azzam.

Al Jazairi, Syaikh Abu Bakar Jabir. 2009. Tafsir Al Qur’an Al Aisar jilid 6. Jakarta: Darus Sunnah.

Ash Shiddieqy. Muhammad Hasbi.2000. Tafsir Al Qur’anul Majid An Nuur. Semarang: Pustaka Rizky Putra.

Al Maraghi,Ahmad Musthafa. 1989. Terjemah Tafsir Al Maraghi. Semarang: CV. Toha Putra.

Beentje HJ. 1994. Pohon, semak dan liana Museum Nasional Kenya. Kenya: Unit Konservasi (RSCU).

Bein E. 1996. Pohon dan semak  yang berguna di tanah  Eritrea Daerah  Nairobi. Kenya: Unit Konservasi (RSCU),

Bekele-Tesemma A, Birnie A, Tengnas B. 1993. Pohon dan semak  yang berguna untuk  tanah daerah Ethiopia . Swedia : Konservasi Unit (RSCU), International Development Authority (SIDA).

Hamka. 1976. Tafsir Al Azhar. Surabaya: PT. Bina Ilmu Offset.

Hocking D. 1993. Pohon untuk lahan kering. New Delhi:Oxford  & IBH Publishing Co

Safaraz, K.M., Mir, A.K., Muhammad, A.K., Mushtaq, A., Muhammad, Z., Fazal-ur-Rehman & Shazia, S. 2009b. Fruit plant species mentioned in the Holy Qur’an and Ahadith and their ethnomedicinal importance. American-Eurasian J. Agric. & Environ. Sci. 5 (2): 284-295.

Hello world!

28 Jun

Welcome to WordPress.com! This is your very first post. Click the Edit link to modify or delete it, or start a new post. If you like, use this post to tell readers why you started this blog and what you plan to do with it.

Happy blogging!